Pengkhianat Masa Lalu

569 Words
Ruang tahanan bawah tanah itu bercahaya minim dan terasa lembab, bau anyir pun menusuk hidung siapapun yang masuk ke dalamnya. Kei berjalan menuruni satu persatu anak tangga. Di bawah tangga, semua penjaga tahanan membungkuk memberi hormat padanya, mereka akan terus dengan posisi seperti itu sampai Kei berjalan melewati mereka. Langkah kaki Lord Kitsune itu berhenti pada salah satu sel tahanan. Salah satu penjaga membukakan pintu untuknya. Kemudian ia masuk ke dalam. Di sana terlihat seorang pria paruh baya yang di rantai dengan keadaan berdiri. “Kita berjumpa lagi, Kitaro,” ujar Kei, ia berjalan mendekati pria paruh baya itu. Pria paruh baya yang dipanggil Kitaro itu seketika menatapnya. “Dimana putriku?” tanya Kitaro dengan nada lemahnya. “Kau tenang saja, dia aman bersamaku. Lagi pula dia itu pengantinku, jadi kau tidak perlu merasa khawatir. Aku tidak mungkin melukainya, kecuali ... dia mengkhianatiku seperti ayahnya,” tukas Kei. “Lord,” lirih Kitaro—ayah Mira. “Saya mohon biarkan putri saya dan istri saya kembali ke dunia manusia. Anda bisa membunuh saya sebagai gantinya,” pinta Kitaro. “Apa yang kau katakan?!” pekik Azumi yang berada di sisi lain penjara bawah tanah itu—dia adalah istri Kitaro sekaligus ibu dari Mira. Wanita paruh baya itu juga diikat dengan rantai besi dalam posisi berdiri. “Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk kalian berdua,” lirih Kitaro pada istrinya. Azumi menangis, hari yang ia takutkan selama ini akhirnya terjadi juga. “Lord, tolong kabulkan permintaan saya. Saya mohon,” pinta Kitaro lagi. Kei menatapnya sinis, “Kau ingin berkhianat lagi? Kau ingin memisahkanku dari pengantinku? Apa kau tahu, berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk mencarimu yang tidak mematuhi aturan dunia ini dan pergi membawa putrimu padahal kau tau jika putrimu itu adalah pengantinku? Kitaro, bukankah itu terdengar kalau kau benar-benar seorang pengkhianat ulung?” tukas Kei. Ayah Mira mendongakkan kepalanya, menatap Kei lekat, “Anda tidak bisa bersamanya, Lord. Putri saya tidak akan bahagia bersama anda, Mira hanya akan terluka jika hidup dengan anda. Karena dia hanyalah seorang manusia yang lemah sama seperti ibunya. Tidak selayaknya seorang manusia menjadi pendamping seorang Lord Kitsune yang memiliki kekuatan besar seperti anda. Kedepannya, Mira hanya akan menjadi kelemahan terbesar bagi anda,” terang Kitaro, ia berusaha menjelaskan dengan harapan agar Lord Kitsune itu mau mendengarkannya. Kei tertawa dengan semua perkataan Kitaro, dia pikir apa yang ayah Mira katakan itu hanyalah sebuah alasan belaka. “Kau pandai sekali membuat alasan, ya? Pengkhianat sepertimu memang seharusnya mati sejak dulu,” ujar Kei. Lord Kitsune itu kemudian mengeluarkan kuku-kuku tajam dari jari-jari tangannya, ia menekan bahu pria paruh baya itu dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satunya masih menggantung di udara, siap mencabik-cabik perut Kitaro kapan saja Kei mau. “Silakan anda bunuh saya, Lord. Tapi biarkan putri dan istri saya kembali ke dunia manusia, biarkan mereka pergi dari dunia ini,” lirih Kitaro disela-sela ringisannya menahan perih di bahunya. Kei mencebik, “Dengarkan aku Kitaro. Kau itu adalah pengkhianat, tidak sepantasnya kau meminta apapun dariku. Jika bukan karena putrimu adalah pengantinku, dapat aku pastikan, kau sudah mati sejak awal aku menemukanmu,” tegasnya. Kei semakin menekan kuat bahu pria paruh baya itu, hingga salah satu kuku tajamnya berhasil menembus kulit Kitaro, membuat pria paruh baya itu mengerang kesakitan. “Saya mohon jangan bunuh suami saya!” Pinta Azumi dengan histerisnya. Kei tersenyum miring, ia menatap kedua pasangan suami istri itu bergantian. “Ah, benar. Aku tidak mungkin membunuh kalian, karena kalian adalah senjata terbaik untuk membuat pengantinku menuruti semua perintahku,” ujar Kei dengan senyuman menyeringai yang menghiasi wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD