Lost

756 Words
Kei tertawa dengan semua perkataan Kitaro, dia pikir apa yang ayah Mira katakan itu hanyalah sebuah alasan belaka. “Kau pandai sekali membuat alasan, ya? Pengkhianat sepertimu memang seharusnya mati sejak dulu,” ujar Kei. Lord Kitsune itu kemudian mengeluarkan kuku-kuku tajam dari jari-jari tangannya, ia menekan bahu pria paruh baya itu dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satunya masih menggantung di udara, siap mencabik-cabik perut Kitaro kapan saja Kei mau. “Silakan anda bunuh saya, Lord. Tapi biarkan putri dan istri saya kembali ke dunia manusia, biarkan mereka pergi dari dunia ini,” lirih Kitaro disela-sela ringisannya menahan perih di bahunya. Kei mencebik, “Dengarkan aku Kitaro. Kau itu adalah pengkhianat, tidak sepantasnya kau meminta apapun dariku. Jika bukan karena putrimu adalah pengantinku, dapat aku pastikan, kau sudah mati sejak awal aku menemukanmu,” tegasnya. Kei semakin menekan kuat bahu pria paruh baya itu, hingga salah satu kuku tajamnya berhasil menembus kulit Kitaro, membuat pria paruh baya itu mengerang kesakitan. “Saya mohon jangan bunuh suami saya!” pinta Azumi dengan histerisnya. Kei tersenyum miring, ia menatap kedua pasangan suami istri itu bergantian. “Ah, benar. Aku tidak mungkin membunuh kalian, karena kalian adalah senjata terbaik untuk membuat pengantinku menuruti semua perintahku,” ujar Kei dengan senyum menyeringai yang menghiasi wajahnya. Kei kemudian melepaskan cengkeramannya, lalu berbalik, membelakangi kedua suami istri itu. Kini ia menatap satu persatu para penjaga tahanan bawah tanah itu. “Lepaskan rantai yang mengikat mereka. Seingatku, aku tidak pernah memerintahkan kalian untuk merantai mereka seperti itu, cukup kurung mereka di ruangan ini,” tegas Kei. Semua yang ada di ruangan itu termasuk Yvonne dan Red pun menundukkan kepalanya, takut. Tak ada yang berani menatap ke arah lord mereka. "Maafkan saya, Lord. Saya yang menyuruh mereka untuk merantai kedua orang ini, saya tidak tahu jika Lord tidak menyukainya,” ucap Yvonne seraya berlutut di bawah kaki Kei, diikuti oleh Red dan kemudian semua penjaga tahanan yang ada di sana. Kei menatap mereka tanpa ekspresi, wajahnya datar berselimut aura dingin yang begitu kental. “Berdirilah,” suruh pria berambut perak itu. “Bukan karena aku tidak suka dengan tindakanmu, Yvonne. Tapi—bagaimanapun juga, mereka adalah orang tua dari pengantinku. Jadi, perlakuan mereka dengan baik, dan hanya aku yang boleh menyakiti mereka,” tukas Kei, lalu tersenyum miring ke arah kedua orang tua Mira. “Oh ya. Kalian berdua akan dibebaskan saat upacara Kitsune no Yomeiri dilangsungkan. Karena, kalian berdua akan ikut serta sebagai orang tua dari pengantinku,” cakap Kei lagi. Kemudian, Kei pergi meninggalkan pasangan suami istri itu yang mulai dilepaskan dari rantai yang mengikat mereka. Kei menghela napasnya dan berjalan menaiki tangga keluar ruang tahanan bawah tanah itu. “Yvonne, suruh pelayan untuk menyiapkan makanan dan bawa ke kamarku,” perintah Kei. “Baik, Lord.” Yvonne menunduk hormat, setelah itu berjalan mundur menjauh dari lord-nya itu. Kei kembali melangkahkan kakinya menuju kamar, diikuti Red yang terlihat susah payah mengikuti langkah cepat lord-nya. Sesampainya di depan pintu kamar, Kei langsung masuk ke dalam kamar tersebut. Sedangkan Red yang masih mengikutinya, ia berdiri di sisi pintu kamar yang kembali tertutup itu, layaknya seorang penjaga pintu. Kei menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan saat dirinya tidak melihat Mira di atas ranjang. "Pengantinku? Di mana kau?" panggil Kei sembari melepaskan jubah kerajaan dan mulai mencari Mira yang sepertinya menghilang dari kamarnya. Kei memcari di kamar mandi dan walk in closet serta balkon kamar, tetapi tidak ada tanda-tanda ataupun jejak dari gadis itu. Kei mengusap wajahnya kasar, dia mulai panik. Belum lama ia menemukan penggantinya itu tapi sekarang pengantinnya sudah menghilang. Padahal ia hanya meninggalkan gadis itu sebentar. “Red!” panggil Kei sembari keluar dari dalam kamarnya. “Hormat, Lord,” jawab Red. Pria itu kemudian menatap lord-nya dengan kening berkerut heran. “Apa yang terjadi, Lord? Anda terlihat menghawatirkan sesuatu,” tanya Red. “Dia hilang! Pengantinku tidak ada di kamar,” seru Kei dengan suara yang bergemuruh marah. “Maksud anda Nona Lamira hilang, Lord? Tapi, bukankah gadis itu belum sembuh sepenuhnya? Berarti dia masih berada di dalam atau sekitar istana ini,” urai Red. Kei berpikir jika perkataan Red itu benar. Tubuh Mira masih lemah, untuk berjalan saja terlihat kesusahan, jadi jika memang dia kabur pasti tidak akan jauh dan masih berada di sekitar istana ini. Tapi, satu hal yang Kei yakini, Mira tidak mungkin kabur saat orangtuanya masih berada dalam genggamannya. Ya, kemungkinan gadis itu sedang berusaha mencari orangtuanya. “Perintahkan semua penjaga istana dan panggil semua prajurit untuk mencarinya. Bawa dia padaku dan jangan sampai ia terluka, se-di-kit-pun,” titah sang Lord. Red mengangguk, pria itu kemudian menunduk, memberi hormat pada lord-nya, lalu setelah itu dia berlalu untuk melaksanakan titah dari sang lord.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD