bc

Mr. Lady (I'm Not A Girl)

book_age18+
319
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
reincarnation/transmigration
dominant
badgirl
drama
comedy
bxg
campus
office/work place
office lady
like
intro-logo
Blurb

Mulai update tiap hari pada bulan Juni

Devano Putra Anderson atau yang akrab disapa Devan, adalah mahasiwa tingkat akhir jurusan Teknik Elektro. Devan termasuk jajaran mahasiswa sangat popular di kampusnya.

Karena kepopulerannya itu, Devan pun menjadi pria angkuh dan gemar bergonta-ganti pasangan. Setiap satu bulan sekali, Devan akan memutuskan pacar-pacarnya dan mencari penggantinya kembali dalam waktu cepat.

Devan gemar sekali memainkan perempuan, dan tak jarang salah satu di antara mereka akan Devan bawa ke atas ranjang untuk memuaskannya.

Hingga suatu hari Devan memutuskan salah satu pacarnya yang tidak mau ia tiduri. Karena merasa terhina oleh sikap dan perlakuan Devan, mantan pacar Devan itu pun bersumpah dan mengutuk Devan agar merasakan bagaiman rasanya menjadi seorang perempuan.

Ternyata kutukan itu terjadi, Tuhan mengabulkan doa mantan pacar Devan, Devan terbangun di tubuh seorang perempuan.

Cover edit by hyerana kim (PicsArt)

chap-preview
Free preview
Part 1: Awal
Tampak seorang gadis cantik yang tubuhnya masih berbalut jas almamater universitasnya berdiri di depan gerbang fakultas kedokteran. Sepertinya gadis itu tengah menunggu seseorang. “Loh, Net kamu masih di sini?” Suara seseorang menginterupsi gadis itu. Netalia Hasanah adalah nama gadis cantik itu. “Iya, hehehe …,” jawab Neta sembari cengengesan. “Tumben belum pulang? Biasanya juga pulang paling cepet,” ujar Kenzo—senior Neta di kampus. “Lagi nungguin kak Devan jemput,” jawab Neta. “Oh.” Bibir Kenzo membulat—membentuk sebuah huruf vocal ‘O’. “Yakin Devan mau jemput kamu?” tanya Kenzo sedikit tidak yakin. Kenzo ini adalah sahabat Devan, ia sudah hafal karakter Devan seperti apa. Neta tampak menganggukkan kepalanya, tanda jika ia yakin Devan akan menjemputnya. “Oh, kalau gitu Kakak duluan ya, kalau sampai tiga puluh menit Devan enggak ada, jangan terus nungguin, kamu langsung pulang aja,” pesan Kenzo. “Iya Kak, makasih.” “Ingat ya, Net, kalau sampai tiga puluh menit Devan enggak muncul juga kamu langsung pulang aja.” “Iya, Kak.” Kenzo pun melajukan motornya meninggalkan area fakultas kedokteran, meninggalkan Neta sendirian di sana, berdiri menunggu Devan datang menjemputnya. Setelah Kenzo pergi, Neta kembali menghela napasnya panjang. Sebenarnya ia sudah menunggu Devan dari tiga puluh menit yang lalu. Neta melirik kembali arlojinya yang melingkar indah di tangannya yang putih bersih itu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang, tetapi Devan belum kunjung juga datang. “Kak Devan ke mana, sih,” gumam Neta kesal. Neta pun kembali mengirimi pesan kepada pacarnya itu. Me Kakak lagi di mana? 17.25 Setelah mengirimi pesan kepada Devan, Neta pun berjalan ke arah sebuah bangku taman yang terletak tidak jauh dari gerbang fakultas kedokteran. Lima menit. Lima menit sudah ia duduk di sana, namun Devan belum juga datang. Pesannya juga tidak dibalas, jangankan dibalas dibaca saja tidak. Sebenarnya Devan ke mana? Jika tidak bisa menjemputnya, kenapa tadi Devan menyuruhnya menunggu di depan gerbang fakultas kedokteran? Jas almamater semakin Neta rapatkan karena udara semakin dingin. Langitnya biru kini sudah berubah menjadi keorenan, menandakan sebentar lagi waktu mendekati adzan maghrib. Itu terbukti saat telinga Neta menangkap suara seseorang bershalawat di masjid agung yang letaknya di alun-alun kota dan tak jauh dari tempatnya menuntut ilmu. Pandangan matanya tak lepas dari arah jalanan yang dilalui kendaraan roda dua dan empat. Namun seseorang yang ia tunggu-tunggu belum juga datang. Mau sampai berapa lama lagi ia menunggu? Neta pun buru-buru membuka ponselnya, melihat siapa yang barusan mengiriminya pesan. Neta harap itu adalah Devan—pacarnya. Kak Devan Maaf Net, Kakak enggak bisa jemput kamu. Kamu pulang sendiri ya. 17.30 Neta pun segera membalas pesan dari Devan. Jika tidak, maka Devan akan memarahinya. “Kamu tahu, Kakak enggak suka ya ada seseorang yang telat balas atau enggak balas sama sekali pesan Kakak padahal dia udah baca pesan Kakak!” Kata-kata itu yang sudah sangat Neta hafal betul. Ia tidak mau membuat pacarnya itu kesal atau marah, karena ia sangat mencintai Devan. Kak Devan Kamu persa ojol aja, nanti Kakak gantiin ongkosnya besok 17.31 Me Iya Kak 17.33 Kecewa. Satu kata yang tergambar dari dalam diri Neta saat ini. Ini bukan pertama kalinya Devan membatalkan janjinya, namun tetap saja rasanya kecewa. Neta memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya, lalu setelah itu ia segera beranjak menuju halte yang letaknya cukup jauh dari gerbang fakultas kedokteran. Halte bis terletak di depan gerbang utama universitas tempat ia menuntut ilmu sebagai calon dokter selama hampir kurang lebih tiga tahun. Namun baru saja Neta melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seseorang yang membunyikan klakson. Neta menoleh. Keningnya berkerut melihat siapa yang barusan membunyikan klakson motornya. “Loh Kak, kenapa balik lagi? Ada yang ketinggalan?” tanya Neta keheranan. Kenzo tidak menghiraukan pertanyaan yang terlontar dari bibir tipis Neta. Kenzo malah berkata, “naik, enggak usah nunggu Devan, dia enggak bakalan jemput kamu.” Neta menaikkan sebelah alisnya, dari mana Kenzo tahu Devan tidak bisa menjemputnya? “Yeh, malah ngelamun, cepet naik sebentar lagi adzan,” titah Kenzo. Neta terlihat ragu menerima tumpangan yang Kenzo berikan kepadanya. Walaupun Devan bersahabat dengan Kenzo, sejak dulu Devan mewanti-wanti kepadanya untuk tidak terlalu dekat dengan Kenzo. “Tapi—” “Enggak usah mikirin si Devan yang bakalan marah sama kamu, nanti biar Kakak jelasin sama dia. Suruh siapa buat janji palsu sampai pacarnya nungguin berjam-jam!” omel Kenzo yang entah kenapa di mata Neta terlihat sedang kesal. Bukannya ia ya, yang harusnya kesal dengan sikap Devan? “Cepetan Net, keburu adzan nih.” Suara Kenzo kembali menginterupsi. Neta pun memilih menerima tawaran Kenzo yang tentunya gratis dibandingkan ia harus naik angkutan umum, walaupun nanti ongkosnya akan Devan ganti. Neta pun naik ke motor sport milik Kenzo. Ia menempati jok belakang yang biasanya diisi oleh Tirani—sahabatnya. Setalah memastikan Neta duduk dengan benar dan nyaman, Kenzo pun menyalakan mesin motornya, membelah jalanan kota yang sangat padat oleh kendaraan bermotor. Sesekali Kenzo menoleh ke kaca spion, melihat wajah Neta yang tampak sedih. Dan sudah dipastikan yang membuatnya sedih adalah Devan—sahabatnya. Kenzo tidak habis pikir kenapa Neta masih bertahan dengan sahabatnya yang b******k itu. Yups, b******k adalah kata yang pantas disematkan kepada sahabatnya itu. Tadi Kenzo tidak sengaja melihat Devan di sebuah kafe sedang bermesraan dengan pacarnya yang entah ke berapa. Sebenarnya itu bukan pertama kalinya ia memergoki Devan bersama perempuan lain. Devan itu terkenal dengan label cap playboynya. Entah Neta tahu atau tidak dengan kelakuan pacar brengseknya itu, yang pasti Kenzo kasihan melihat Neta yang selalu disakiti oleh Devan. Kenzo ingin sekali memberitahu atau menunjukkan kelakuan b***t Devan kepada Neta, namun Kenzo tidak sanggup mengatakannya. Kenzo terlalu sayang dengan Neta hingga tak sanggup melihatnya sedih. Yups, selama ini Kenzo menyimpan rasa kepada Neta tanpa diketahui oleh siapa pun, termasuk para sahabatnya. Kenzo mengenal Neta saat ia ikut mengospek mahasiswa baru di kampusnya. Kenzo langsung tertarik dengan Neta dan berencana akan menyatakan perasaannya kepada Neta—sang pujaan hati. Namun ia telat, Devan sudah lebih dulu menyatakan perasaannya kepada Neta. Dan yang lebih sakitnya lagi, Neta menerima Devan menjadi pacarnya. “Kak, kok jalan sini, sih?” Suara Neta menginterupsi Kenzo yang sedang meratapi nasibnya yang malang. “Oh, biar cepet dan enggak ketemu polisi. Kamu ‘kan enggak pakai helm, jadi kita ngambil jalan tikus aja,” jawab Kenzo. “Oh.” Bibir Neta membulat—membentuk sebuah huruf vocal ‘O’. “Karena aku enggak ingin kamu sedih kalau kita lewat jalan itu dan ngelewatin kafe yang di dalamnya ada pacar kamu yang tengah bermesraan dengan perempuan lain,” lanjut Kenzo dalam hati. Kenzo harap Neta dan Devan secepatnya putus, dan Neta tidak merasa sakit hati saat diputuskan oleh Devan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.9K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook