Chapter 04

1341 Words
"Papi Mami!" Aya merengek sambil memeluk paha Nevan karena ia sudah terlalu bosan ingin cepat pulang. "Iya sabar, kasir nya lagi antri. Belanjaan kita juga harus dibayar lho." Reya menunjukkan keranjang belanjaan mereka yang menggunung. Aya menghentakkan kakinya dengan bibir bagian bawa yang melengkung serta kedua tangan yang terkepal. "Sama kakak aja, itu dia." Nevan menunjuk Nia yang sedang duduk tidak terlalu jauh dari mereka. Nevan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Nia, tidak mungkin ia memanggil anaknya dari jarak yang cukup jauh sedangkan mereka sedang berada di tempat umum. Nia menatap Nevan karena mendapatkan telepon dari Ayahnya. "Tadi diajakin gak mau." Nia datang seraya menggendong Aya. Aya hanya diam dengan mata yang merah karena ia ingin segera pulang. "Diem duduk di sini, jangan nangis." Nia meletakkan Aya di kursi yang terbuat dari besi lalu Nia ikut duduk di sebelah Aya. "Aya mau pulang." "Ya udah pulang sendiri sana, tadi ngotot minta ikut." Mata Aya berkaca-kaca mendengar ucapan acuh Nia. Nia menoleh dan mendapati wajah adiknya terlihat begitu masam sekaligus Nia merasa tidak enak karena sudah berbicara cukup kasar. "Mau beli donat?" Tawa Nia karena Nia tahu betul yang paling disukai oleh Aya adalah donat. Aya menoleh dan mengangguk. "Yuk kita beli." Nia memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya lalu menggendong Aya menuju toko donat. "Pilih mau yang mana." Nia menurunkan Aya di depan etalase. "Chocolate." Aya menatap Nia seraya menunjuk donat dengan toping cokelat di atasnya. Aya yang sedang bermain boneka terkejut ketika ada yang menyentuh pinggangnya. "Abang!" Pekik Aya langsung memeluk Zio. "Aya kangen." Aya memejamkan kedua matanya memeluk erat leher Zio. "Abang enggak." Pelukan Aya mengendur. Aya menatap Zio dengan sendu. "Abang bercanda. Abang kangen Aya." Zio tertawa sambil mencium pipi Aya. Aya tersenyum dan kembali memeluk Zio yang sudah tidak bertemu dengannya selama tiga hari karena Zio sedang camping yang dilaksanakan langsung oleh pihak sekolah. "Siapa yang bisa jadi bahan percobaan." Gumam Nia dengan mata yang tertuju ke arah laptopnya dimana Nia baru saja menonton tutorial make-up. "Ini punya Mimi." Nia langsung menoleh menatap Aya yang sedang bermain masak-masakan. Nia tersenyum. "Aya!" Nia beranjak berdiri dan menghampiri Aya. "Ih Aya mau main." Ucap Aya ketika tangannya ditarik oleh Nia. "Ya udah main sama kakak." Aya pun pasrah berjalan sambil digandeng oleh Nia menuju ke kamar orang tua mereka. "Duduk diem ya, jangan goyang-goyang." Aya mengangguk menatap pantulan dirinya melalui cermin. Aya menggeleng menutupi wajahnya saat Nia memakaikan eyes shadow ke kelopak matanya. "Aya gak mau!" "Ih, gak boleh gitu. Kan nanti jadinya Aya makin cantik." "Bohong!" "Enggak. Liat kakak dulu." "Aya gak mau." Nia menahan Aya yang hendak turun dari kursi. "Mau jadi adek yang durhaka biar dikutuk jadi pohon?" Ucapan Nia berhasil membuat Aya tenang. "Udah diem." Nia menjauhkan tangannya dari tubuh Aya dan berlutut di depan adiknya untuk memulai make-up ala-ala dirinya. "Dipejemin matanya." Ujar Nia. Dengan perasaan tidak ikhlas Aya pun memejamkan kedua matanya. Aya memegang tangan Nia saat bibirnya hendak dipakaikan lipstik. "Biar makin seksi bibir Aya." "Enggak!" Aya menggeleng menjauhkan tangan Nia dari bibirnya. "Hih! Susah banget sih." Gerutu Nia meletakkan lipstik milik ibunya di meja. Nia memegang dagu Aya untuk melihat hasil make-up nya. "Not bad. Bagus!!!" Kata Nia puas melihat hasilnya dan langsung mengambil ponselnya. "Foto dulu. Liat kamera." Aya yang sedang menatap dirinya melalui cermin beralih menatap kamera ponsel Nia. "Heh, bocil!" Aya yang baru saja melewati Nia mendadak berhenti dan menatap kakaknya yang sedang berdiri di dekat pintu taman belakang. "Aya." Koreksi Aya karena ia tidak ingin dipanggil bocil. "Bocil! Kenapa emang kalo bocil?" Aya hanya diam seraya memainkan jemarinya. "Mau kemana?" "Belenang." Balas Aya kembali jalan ke arah Reya yang sedang duduk bersantai di gazebo bersama Zio dan Fazra. "Mami," panggil Aya dengan suara childish nya. "Aya mau belenang." Lanjut Aya berjalan dengan sangat hati-hati saat ia berjalan di pinggiran kolam renang yang basah. "Aya mau belenang sama siapa?" Zio meraih tubuh adiknya dan membawanya ke pangkuannya. "Cendili." Kata Aya sambil membuka sendiri kancing bajunya. "Kak, ambilin baju renangnya Aya dong. Di kamar Mami." Nia yang baru berjalan ke arah gazebo langsung berhenti. "Ih! Kan ada Fazra." Fazra yang sedang mengunyah makanan langsung berhenti menatap sinis Nia. "Yang di suruh kan elo." Kata Fazra. "Tadi gue udah beliin garem ya, sekarang elo lah!" "Garem congor Lo! Mami baru aja belanja bulanan ya." Hingga akhirnya terjadilah perang mulut antara Fazra dan Nia. "Ya udah Abang aja yang ambil." Kata Zio memindahkan Aya dari pangkuannya. Sampai Zio sudah pergi pun untuk mengambil baju renang Aya, Fazra dan Nia tetap adu mulut bahkan saling sindir. Aya berjongkok dan menyentuh air kolam renang yang terasa dingin dengan hati-hati. "Abang belenang?" Tanya Aya pada Zio yang sedang mengawasinya dari belakang. "Enggak, Abang nemenin Aya di sini." Aya tersenyum lalu memegang erat telunjuk Zio untuk mencelupkan ujung jempolnya di air. Byuurr. Aya tertawa ketika wajahnya terkena cipratan air. Ternyata Aya tidak sendiri, ada Fazra dan Nia yang juga ikut berenang. "Aya berenang nya di sini aja, di situ dalem." Zio menahan Aya yang hendak pergi dari kolam renang berbentuk lingkaran dengan kedalaman hanya sebetis orang dewasa dan kolam renang itu khusus dibuat untuk Aya oleh Nevan. "Aya mau cama Abang cama kak Ia." Aya menunjuk Fazra dan Nia yang sudah berenang. Zio pun menggendong Aya. "Kita cari dulu pelampung renang Aya, ya." Aya mengangguk antusias tidak sabar untuk ikut berenang bersama Abang dan kakaknya. Beberapa saat kemudian Aya sudah duduk di tepi kolam renang dengan masing-masing pelampung renang yang ada di tangannya. "Mau ke sini gak?" Tanya Nia. Aya mengangguk mengulurkan kedua tangannya. Aya memekik saat tubuhnya sudah masuk ke dalam air dengan digendong oleh Nia. Nia melepaskan gendongan nya secara perlahan membiarkan Aya berenang sendirian dengan bantuan pelampung yang ada di lengan adiknya. "Papi!" Pekik Aya saat melihat Nevan baru saja pulang. "Waah, lagi berenang ya." Nevan berdiri di tepi kolam renang memperhatikan Aya. Nevan beralih memperhatikan Fazra dan Nia yang sedang berusaha saling menenggelamkan satu sama lain. Lelah melihat tingkah keduanya, Nevan memilih untuk bergabung bersama Reya dan Zio yang sedang berbincang. " Aya mau pake apa sayang?" Tanya Nevan sambil memegang piring makan Aya. Aya menegakkan tubuhnya agar dapat melihat dengan jelas menu makanan mereka malam ini. "Ayam." Nevan pun langsung mengambilkan ayam goreng untuk anaknya yang paling kecil. "Pake kecap?" Tanya Nevan karena ia sudah tahu apa teman dari nasi dan ayam goreng milik Aya, kecap. Aya langsung mengangguk sambil makan kulit ayam goreng buatan Reya. "Abang, kakak, jangan berantem." Reya datang sambil membawa buah-buahan menegur Fazra dan Nia yang sedang ribut dan entah apa yang dipermasalahkan oleh dua anak itu. "Fazra Nia." Gantian Zio yang menegur dua adiknya. "Aakkhhh!" Fazra memegang tangannya yang habis dicubit. Fazra tidak membalas karena mereka sudah mendapat teguran dari Zio. "Gelo maneh!" Ucap Nia sebelum ia makan. "ADUH PAPIII!" Teriak Nia sambil memegangi kakinya. Nevan hanya bisa menghela napas. "Kok Lo cubit kaki gue sih?!" "Lo duluan yang cubit gue tadi kan?" "Ya Lo gak usah bales lah! Gue cewek, wajar gue cubit Lo. Lo cubit gue gak wajar! Lo cowok suka nya main cubit, KEK CEWEK LO!" Suara Nia kian naik pada kalimat terakhirnya. Nia menjauh saat tangan Fazra hendak menghimpit kepalanya di bawah ketiak Abangnya, namun saat Nia mengelak dan tangan Nia berusaha menahan tangan Fazra tiba-tiba saja terjadi hal yang tidak mengenakkan. Dug! Mereka semua terdiam, Fazra langsung duduk di bangkunya sementara Nia sudah ketar-ketir melihat Aya yang tadinya sedang mengunyah mendadak berhenti sambil memegang pelipisnya. "HUUAAAHHHH!!!" Tangis Aya pecah memenuhi ruangan makan kala siku Nia menghantam pelipisnya dan kebetulan Aya duduk di sebelah Nia. "Ih Aya jangan nangis." Nia langsung memeluk Aya mengusap-usap kepala Aya. Aya menangis dengan makanan yang berada di dalam mulutnya. "Mami!" Aya mencari-cari Reya. "Ini Mami sayang." Reya langsung membawa Aya ke gendongannya menenangkan Aya sembari mengelus-elus punggung Aya. Jika sudah seperti ini Fazra dan Nia tidak berani berkutik sedikitpun. Apalagi Nevan sedang menatap mereka dalam diam. "Ikut Papi." Kata Nevan dengan nada suara yang tegas. Nevan beranjak dari duduknya dan pergi dari ruang makan menuju ruang kerjanya. "Elo sih!" Bisik Nia pada Fazra sambil menyusul Nevan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD