Chapter 2

1167 Words
“Marco..” panggil EL dengan suara sedikit meninggi saat melihat Luna dengan ekspresi wajah gusar, melihat kekasih ya sedang berdiri di pinggir jembatan yang di bawahnya terdapat danau. Di sana lelaki itu tengah bersiap ingin melompat walau beberapa orang mencoba menghalanginya. Tapi ketika mendengar namanya di panggil, Marco menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah EL. “Siapa kamu?” tanya Marco saat semua orang menatap dirinya dan juga EL yang berada di sana. Wanita itu bingung harus memulainya dari mana karena ini pertama kalinya ia di mintai tolong namun di depan orang banyak. Nyali EL mendadak ciut karena ia takut dianggap tidak waras dengan beberapa orang. Namun di sisi lain Luna menatap mata EL dengan tatapan memohon kepadanya. “Jika kau tak segera memberitahu siapa dirimu, aku akan melompat dari sini.” seru Marco dengan nada mengancam dan membuat suasana semakin mencekam. “Cepatlah bicara dengannya dan buat lelaki membatalkan niatnya untuk melompat,” ucap seseorang kala EL masih terdiam untuk beberapa saat. “Selesaikan masalah percintaan kalian dengan kepala dingin,” tambah seseorang yang membuat EL semakin terpojok. “Marco, bisakah kau turun sebentar ada yang ingin aku sampaikan.” Pinta EL memelas. “Aku tak mengenalmu lagi pula hal apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Marco lagi. “Aku ingin menyampaikan pesan yang telah Luna titipkan kepadaku,” jawab EL yang membuat raut wajah Marco berubah menjadi sedikit lebih tenang saat mendengar nama Luna. Beberapa saat ia terdiam entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini. sedangkan EL merasa sakit perut akibat gugup yang berlebihan karena menunggu kepastian lelaki itu. EL tak ingin usahanya yang sudah datang jauh- jauh ke tempat ini berubah menjadi sia- sia dan tak bisa mengantar Luna kembali ke tempat yang seharusnya. “Apakah Luna masih peduli padaku? Apakah ia masih mencintaiku? Tapi mengapa ia tidak datang sampai saat ini?” tanya Marco yang membuat beberapa orang kembali menatap dirinya. Mereka khawatir kalau EL mengatakan hal yang tak sesuai dengan apa yang di harapkan, lelaki itu akan nekat untuk loncat ke danau yang sangat dingin dan akan mati membeku di sana. “EL ijinkan aku meminjam tubuhmu dan berbicara dengannya,” ijin Luna yang suaranya hanya di dengar oleh Elana. Elana pun mengangguk tanda kalau ia memperbolehkan Luna meminjam tubuhnya. Sebelumnya Elana sudah membicarakan soal ini bersama Luna dengan catatan hanya sementara saja. Elana pun memejamkan mata dan bersamaan dengan itu Luna pun langsung masuk ke dalam tubuh EL. “Marco, turunlah dari sana sekarang juga.” Seru Luna sambil menatap wajah Marco. Marco pun seakan mendengar suara Luna ya walau terdengar samar. Lelaki itu terdiam karena bingung namun bersamaan dengan itu Luna membawa tubuh EL mendekati Marco. Beberapa orang pun merasa ada keanehan dengan EL. “Siapa kamu? Mengapa saat ini suaramu terdengar seperti Luna, kekasihku?” tanya Marco yang melepaskan genggaman tangan EL. “Cepatlah turun Kekasih keras kepalaku,” seru Luna lagi yang membuat Marco kali ini menurutinya karena ia tampak tak asing dengan panggilan itu hingga orang – orang di sekitar bernafas lega karena lelaki itu akhirnya pun mau turun juga. Beberapa dari mereka pun akhirnya perlahan meninggalkan Marco dan juga EL walau dengan perasaan sedikit ragu. “Sebenarnya siapa kamu? Mengapa kamu mengingatkanku dengan Luna?” tanya Marco yang meminta kejelasan. Namun bukannya menjawab Luna mengajak Marco untuk berjalan menjauh dari tempat itu agar saat kekasihnya mengetahui kebenaran tentang dirinya yang telah tiada tidak kembali berniat melompat. “Aku adalah Luna, Marco.” Marco tersentak kaget saat mendengarnya. “Jangan bercanda.” “Aku tidak bercanda Marco, aku memanglah Luna kekasihmu yang kau lamar sebulan lalu sebelum engkau tinggal dinas keluar kota. Aku meminjam tubuh EL hanya ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.” Ucap Luna lagi yang membuat Marco menatap dirinya yang kini terlihat dengan sosok Luna yang sesungguhnya. Awalnya lelaki itu merasa ada yang aneh dengan pengelihatannya hingga ia mengucek- ucek kedua matanya dengan kedua tangannya namun yang lelaki itu lihat tetaplah sosok Luna. “Luna mengapa kamu baru datang? Sudah sejak sore aku menunggu kedatanganmu di tempat ini, dan apakah benar kalau kau akan di nikahkan dengan calon pilihan orang tuamu?” tanya Marco yang penasaran. Terlihat ekspresi Luna yang keheranan mengapa Marco bisa mengatakan demikian dan apakah alasan ini juga yang membuat Marco nekat ingin melompat. “Mengapa kau bisa berkata kalau aku akan menikahi laki- laki pilihan orang tuaku?” tanya Luna. Marco pun meraih ponselnya yang ada di saku celananya dan mengotak- atik sebentar ponselnya lalu menunjukkan sebuah pesan dari nomor Luna yang membuat wanita itu terkejut. Luna terkejut kalau sebenarnya itu bukan pesan darinya karena ia saja sudah meninggal dua hari lalu. “Itu bukan pesan dariku Marco karena aku sudah meninggal dua hari lalu,” spontan Luna mengatakan hal itu yang gantian membuat kekasihnya terkejut hingga ponselnya jatuh ke tanah. “Apa maksudmu dengan meninggal dua yang lalu?” “Marco maafkan aku tidak menepati janjiku untuk bertemu denganmu hari ini dengan ragaku sendiri melainkan dengan raga EL.” seru Luna degan tangisnya yang pecah karena ia harus mengatakan kebenarannya. “Enggak mungkin Luna.” Seru Marco yang masih tak percaya hingga memeluk tubuh EL. “Aku sudah meninggal dua hari lalu karena penyakit leukimia, aku pergi meninggalkanmu bukan karena aku menikah orang lain namun aku kalah berjuang dengan penyakit ini.” seru Luna dengan tangis yang kembali pecah hingga Marco juga ikut menangis. “Mengapa kamu merahasiakan ini semua dariku?” tanya Marco sambil melepaskan pelukannya. “Aku tak ingin kamu khawatir karena diriku, aku mohon setelah ini lanjutkan hidupmu dan carilah pengganti diriku.” Seru Luna sambil memegang wajah Marco dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Bagaimana aku bisa menjalani hidupku tanpamu? Bagaimana aku bisa Luna?” tanya Marco. “Kamu pasti bisa Marco,” seru Luna yang memberikan semangat. “Bawa aku bersamamu Luna.” Lirih Marco yang sudah sangat putus asa karena hal yang paling menyakitkan adalah saat ia tinggalkan kekasihnya pergi ke dunia lain bukan di tinggal menikah laki- laki lain. “Aku mohon jangan seperti ini, kalau kau seperti ini hanya akan membuat jalanku sulit dan tak tenang di sana. Aku mohon untuk kali ini saja tetaplah lanjutkan hidupmu tanpa diriku.” Pinta Luna memohon karena ia tak mungkin bisa tenang kalau Marco seperti ini dan hanya akan meninggalkan rasa bersalahnya. Marco pun terdiam seperti sedang menimbang hal yang baru saja di minta oleh kekasihnya. Marco pun menarik satu nafas panjang dan menatap Luna. “Baiklah asalkan kamu bisa tenang di sana, aku akan melepaskanmu pergi dan menjalani hidupku.” Jawab Marco yang sebenarnya berat untuk menerima namun ia tak bisa melihat kekasihnya terus memohon dan tersiksa nantinya. “Terima kasih Marco, jagalah dirimu baik- baik dan jangan lupa untuk makan tepat waktu.” Seru Luna yang merasa bahagia sambil memeluk Marco namun tak lama Marco melihat sosok Luna menjadi butiran debu dengan cahaya terang pergi ke langit. “Aku sayang kamu, Marco.” Ucapnya untuk terakhir kalinya sebelum sosok Luna benar- benar pergi keluar dari tubuh EL.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD