Chapter 10

1154 Words
Pukul tujuh Attala sudah berada di depan gerbang Rumah Elana namun ia tampak terkejut saat melihat dua mobil polisi di sana dan di penuhi oleh banyak orang. Attala pun keluar dari mobilnya dan menghampiri kerumunan banyak orang di Rumah Elana. “Ada apa ini, Pak?” tanya Attala kepada salah seorang yang berdiri di bagian belakang sebelum lelaki itu menerobos orang- orang yang berada di depannya. “Enggak tahu persisnya sih tapi sepertinya Rumah ini baru di lempari batu oleh orang lain,” jawab beliau yang membuat Attala semakin khawatir dengan keadaan Elana dan berniat ingin menemui wanita tersebut. “Terima kasih, Pak,” seru Attala kepada beliau dan mulai menerobos kerumunan di depannya. “Maaf Mas, anda tidak boleh masuk ke dalam karena sedang di lakukan pemeriksaan di dalam,” kata seorang polisi yang menahan Attala untuk masuk ke dalam. “Tapi saya ini seorang Jurnalis sekaligus teman dekat sang pemilik Rumah ini,” jawab Attala sambil menunjukkan kartu identitasnya yang menunjukkan kalau dirinya adalah seorang Jurnalis. Attala sangat berharap jawabannay dapat membuatnya menemui Elana. “Baiklah kalau begitu, silahkan anda masuk tanpa menyentuh apa pun,” kata sang polisi membolehkan Attala untuk masuk ke dalam rumah Elana. Setelah mendapatkan ijin lelaki itu pun langsung segera masuk ke dalam dan melihat Elana yang sedang ketakutan sambil memberikan kesaksiannya. “Elana, kamu tidak apa- apa ?” tanya Attala ketika ia sudah berada di hadapan wanita yang ia khawatirkan sedari tadi. Tanpa di sangka Elana langsung memeluk dirinya dan menangis di dalam pelukannya. Attala bisa memahami kalau apa yang baru saja terjadi oleh Elana mungkin sangat menakutkan untuknya. Lelaki itu pun langsung mengelus- elus punggung Elana agar ia bisa merasa tenang. “Pak, apakah masih ada yang di butuhkan dari keterangan Elana saat ini?” tanya Attala yang berharap kalau keterangan yang di dapat dari Elana sudah cukup atau setidaknya beliau mengerti dengan kondisi Elana saat ini. “Saya rasa sudah cukup dan kami akan mulai menyelidiki malam ini namun lebih baik jika memang Nona Elana tidak tinggal di Rumah sendirian atau mungkin bisa tinggal di tempat kerabat dekat,” kata polisi tersebut memberikan saran kepada Elana. “Baik Pak, terima kasih sudah membantu kami,” jawab Attala sambil tersenyum karena beliau sangat peduli dengan kondisi Elana saat ini. “Elana sekarang kamu duduk di sofa terlebih dahulu karena aku akan mengantar polisi keluar Rumah,” suruh Attala setelah melepaskan pelukan Elana dan menuntun wanita itu untuk duduk di Sofa. Attala pun mengantar beberapa polisi untuk keluar dari Rumah Elana dan kembali menemui wanita tersebut. “Apakah malam ini kamu bisa menemani aku di sini karena aku tak punya kerabat yang bisa ku percayai dan juga Rumah Ibuku berada di daerah Bandung. jika aku pergi malam ini ke Rumah Ibuku, aku takut jika orang itu akan mengikuti tapi tenang aku akan memberikan bayaran kepada mu dengan uang atau pun bersedia untuk di wawancarai,” jawab Elana yang akhirnya menyerah karena ia selalu merasa takut jika hal ini terjadi secara berulang seperti sudah menimbulkan trauma yang mendarah daging baginya. Attala pun senang mendengarnya namun ia masih punya perasaan untuk tidak memanfaatkan keadaan yang terjadi di antara keduanya. “Baiklah aku akan menemani mu malam ini di sini tapi bolehkah aku memasukkan mobilmu ke dalam garasi Rumah ini?” tanya Attala yang di jawab anggukan oleh Elana. “Kalau begitu aku akan keluar sebentar untuk memasukkan mobilku,” pamit Attala kepada Elana mengingat mobilnya yang masih ada di luar Rumah Elana. “Tunggu tapi apakah kau sudah makan malam?” tanya Elana kepada Attala saat perutnya terasa sangat lapar. Langkah Attala terhenti dan hal yang memalukan terjadi yaitu perutnya berbunyi tanda lapar karena memang ia berniat akan memesan makanan online sesampainya di depan Rumah Elana. Wajah Attala memerah karena rasa malu yang ia rasakan kini hingga ia hanya bisa tersenyum ke arah Elana. Elana pun ingin sekali tertawa tapi ia tahan karena wanita itu sadar kalau saat ini ia berada di posisi lelaki tersebut pasti merasakan hal yang sama. “Baiklah aku akan memesan makanan untuk mu juga tapi apakah kau ingin merekomendasikan makanannya?” Elana yang takut jika ia memesan makanan tak sesuai dengan selera Attala. “Apa saja aku pasti akan memakannya kalau begitu aku keluar sekarang ya,” jawab Attala cepat karena ia sudah tak sabar ingin segera keluar dari Rumah Elana untuk memaki dirinya sendiri terutama cacing di perutnya. Setelah Atalla keluar dari Rumahnya, Elana pun segera memesan makan di tempat yang tadi siang ia datangi bersama Attala dan menunya pun sama persis seperti yang mereka pesan tadi siang. Setelah itu barulah Elana pergi ke Dapur untuk mengambil sapu dan juga pengki untuk membersihkan kaca jendelanya yang masih bertaburan di lantai. “Elana biar aku saja yang membersihkannya nanti kau akan terluka,” Seru Attala saat masuk ke dalam Rumah dan melihat wanita itu sedang menyapu lantai. Ia pun segera mengambil sapu dan pengki yang di pegang Elana. “Tapi ini akan merepotkan mu, Attala,” seru Elana yang merasa tidak enak . “Tenanglah, aku sudah terbiasa melakukan hal ini lebih baik kau duduk saja,” suruh Attala dan Elana menurutinya. Elana yang merasa tidak enak kalau Attala sudah bersikap baik padanya pun berniat pergi ke Dapur untuk membuatkan minuman. * * * Setelah selesai makan malam dan menambal kaca yang pecah Elana menyuruh Attala untuk beristirahat di kamar tamu namun lelaki itu menolak dan akan tidur di Ruang tamu untuk berjaga takut jika orang itu malam ini akan kembali datang. Elana pun memutuskan untuk mengambilkan selimut dan membawa obat nyamuk agar Attala tak kedinginan serta di gigit nyamuk. “Kalau begitu, kau bisa beristirahat di kamarmu dan jangan lupa untuk kunci pintu dan jendelanya,” kata Attala mengingatkan kepada Elana. “Baiklah Attala, aku akan beristirahat di kamarku tapi jika memang kau memerlukan sesuatu bangunkan saja aku. Lalu jika kau ingin minum atau lapar saat malam kau bisa pergi ke Dapur,” pesan Elana sebelum meninggalkan Attala yang masih kekeh untuk beristirahat di Ruang tamu. “Oke,” jawab Attala singkat. “Oh ya sekali lagi aku berterima kasih karena kau sudah mau menolongku untuk kedua kalinya dan aku minta maaf untuk kejadian siang tadi karena..” “Lupakan saja apa yang terjadi siang tadi malah justru aku sendiri yang minta maaf karena sudah memanfaatkan keadaan untuk memaksa mu di wawancarai tapi kau tenang saja karena aku tak akan kembali melakukan hal itu. Dan untuk malam ini anggaplah sebagai permohonan maafku,” jelas Attala yang sangat tulus ingin meminta maaf kepada Elana. “Ah kalau begitu aku akan beristirahat sekarang dan selamat malam, Attala,” pamit Elana yang merasa lega sudah menghapus kesalahpahaman antara keduanya. “Selamat malam Elana semoga kau mimpi indah dan tak perlu kembali khawatir atau pun cemas karena aku akan terus berjaga di sini,” balas Attala yang di jawab senyuman serta anggukan dari Elana lalu wanita itu pun naik ke lantai atas untuk segera beristirahat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD