Kamu bilang apa?

946 Words
Tepat jam 7 malam ponselku berbunyi dan Teddy yang menghubungiku mengatakan bahwa dia sudah di depan rumahku. Aku bergegas keluar dan menghampirinya. Teddy menyambutku dari balik kemudi dengan senyuman manis yang sangat menggoda. “Ahhh kenapa bisa menggoda? Bukankah aku sudah biasa melihat senyum itu?”, batinku. “Kok bengong?”, tanya Teddy yang mengembalikan kesadaranku yang sempat hilang beberapa detik. “Oh gak kok. Kita mau makan dimana?”, tanyaku mengalihkan topik. “Kamu akan suka tempat ini, liat aja ntar”, jawab Teddy sambil tetap fokus pada setirnya. Kami pun terlibat dalam pembicaraan seputar kantor dan pekerjaan dan tanpa terasa kami sudah sampai di tempat tujuan. Aku mengumpat dalam hati, bukan karena kesal tapi terpana. Aku sangat menyukai desain mewah restoran ini dan juga restoran ini sempat begitu viral di media sosial tanah air.   Kami berjalan menyusuri sebuah tanjakan menuju lantai 2, ya disana tidak ada tangga tapi adanya hanya tanjakan, mungkin biar orang yang pake kursi roda juga bisa mengakses lantai 2, begitu sih menurutku. Kami berjalan mencari meja yang kosong karena tempat ini sangat ramai meskipun ini bukan akhir pekan. Kami menghabiskan waktu makan malam ini dengan bercerita mengenai pemilik restoran mewah ini beserta keluarganya, Teddy sangat mengenal mereka karena sang pemilik merupakan salah satu klien pribadinya. Tak terasa hidangan makan malam kami telah ludes berganti dengan hidangan penutup.   Setelah Teddy membayar, kami pun beranjak dan berjalan menuju lobby untuk menunggu mobil Teddy dibawa keluar oleh sopir valet parking disana. Kami kemudian masuk mobil setelah Teddy menyerahkan sejumlah tip kepada sopir valet tersebut. Sepanjang perjalanan kembali, kami membahas mengenai kampus dan seorang dosen killer yang dulu pernah menjadi pembimbingku, entah kenapa pembahasannya bisa sampai kesana. Sesekali kami terbahak ketika mengingat kejadian-kejadian lucu di kampus dan suasana ini sangat menyenangkan untukku yang kini sedang merasa butuh hiburan. Tanpa terasa kami telah sampai di depan rumahku kembali. Aku mengucapkan terimakasih ketika hendak turun dari mobil namun Teddy tidak membalas sehingga aku bergegas turun. Ketika hendak menutup pintu, tiba-tiba Teddy mengatakan “aelopyu”, dengan suara lembutnya. Aku sedikit kaget dan tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar, lalu berbalik dan bertanya kepada Teddy untuk menegaskannya, “Kamu bilang apa?”, tanyaku sembari mendongakkan kepalaku ke dalam mobil lagi melalui kaca karena pintunya telah kututup. “Ahh bukan apa-apa. Masuklah dan istirahat. Besok pagi kita ada meeting pagi di kantor”, katanya dengan nada mengusir.   Aku berjalan pelan masuk ke dalam rumah sambil mengerutkan dahiku. “Sepertinya aku tidak salah dengar”, gumamku dalam hati. Namun aku segera mengalihkan pikiranku karena menurutku itu tidak mungkin dan pasti aku hanya salah dengar. Aku bergegas masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian dengan pakaian tidurku berharap bisa segera memejamkan mata.   Sudah sangat larut, jam di dindingku telah menunjukkan pukul 01.20 namun sayang mataku sangat susah terpejam, entah kenapa ucapan Teddy mengusikku. Pikiranku melayang kemana-mana dan aku merutuki diriku sendiri karena seharusnya malam ini aku tidur lebih awal agar besok tidak mengantuk saat meeting pagi yang biasanya membosankan. Akhirnya aku putuskan untuk membuka laptop dan menonton film.   “Tet tet tet tet tet tet......” Suara alarm pagi memaksaku untuk membuka mata yang masih berat sekali rasanya, aku meraih ponselku untuk mematikan alarm tersebut. Aku sedikit kaget mendapati laptopku yang menemaniku di ranjang semalaman, seingatku terakhir aku sedang menonton film action barat dan sepertinya aku ketiduran. Aku merapikan laptop dan kamarku kemudian bergegas mandi dan bersiap untuk bekerja.   Aku memasuki kantor 30 menit sebelum jam kerja karena aku ingin bersantai dulu menyiapkan diriku, menyiapkan meja kerja dan peralatan tulisku dan sebagai bahan meeting pagi ini, aku sudah siapkan beberapa catatan yang akan menjadi pertanyaanku saat meeting berlangsung. Tepat 5 menit sebelum meeting dimulai, Teddy baru datang dan menyapaku serta rekan-rekan lainnya. Aku hanya membalas senyuman Teddy dengan anggukan kecil kemudian aku berjalan menuju ruangan meeting. Tampak beberapa orang sudah berada disana termasuk 2 rekan notaris muda yang baru bergabung di kantor Ibu Nuri ini. Teddy pun memasuki ruangan tepat waktu dan kini ia memimpin rapat menggantikan Ibu Nuri.   Rapat hari ini tergolong cepat dan santai, hanya berlangsung selama 15 menit karena memang tidak banyak yang bisa dibahas mengingat sebagian besar pekerjaan sedang dalam tahap pengerjaan pada pihak ketiga. Ketika meeting telah usai, kami pun berhamburan untuk kembali ke meja masing-masing namun aku menyempatkan diri untuk membuat minuman hangat sebagai pengganti sarapanku. Ternyata bukan hanya aku yang mengarah ke dapur, bahkan beberapa staff admin juga ada disana. Kamipun saling bertegur sapa dan mulai berbincang.   Aku telah menyelesaikan beberapa draft Akta untuk aku kirimkan melalui email kepada Ibu Nuri, ketika sedang meregangkan tanganku, tiba-tiba Teddy bersuara. “Laras, kamu kenal dengan Mr. Bert kan? Pernah handle dia kah?”, tanyanya. Meja kami letaknya berhadapan sehingga aku hanya perlu mengangkat wajahku untuk dapat melihatnya. “Ah Mr. Bert, klien dari Perdana Law Office kan? Iya aku pernah nanganin beberapa perjanjian sewanya. Ada apa Ted? Apa dia mau buat perjanjian lagi?”, balasku. “Hmmm, sepertinya begitu, Ibu Nuri forward email dari Perdana Law Office nih, eh di cc ke kamu juga tuh, coba refresh emailmu deh”, jelas Teddy. Aku kembali ke layar komputerku dan merefresh emailku, benar saja ada email dari Ibu Nuri disana. Akupun membacanya dengan seksama dan dengan suara kecil menyimpulkan isi email tersebut. “Prenuptial Agreement... hmmm okeeee... kecantol sama orang kita nih... dan eh apaaa????”, pekikku yang membuat seisi ruangan kaget. Teddy yang melihatku begitu panik kembali membaca email tersebut dengan seksama dan menepuk jidatnya. “Astagaaa tanteeee.. kenapa baru sekarang email ini di teruskan? Sementara ini janji temunya adalah hari ini”, lagi-lagi Teddy menepuk jidatnya. “Kita hanya punya waktu 1 jam nih untuk sampai disana, sebaiknya kita berangkat sekarang”, ajakku pada Teddy yang dibalas anggukan. Kamipun merapikan meja kerja kami, mengambil tas dan beberapa dokumen lalu beranjak pergi menuju tempat pertemuan yang telah dijanjikan oleh Ibu Nuri pada Mr. Bert dan kuasa hukumnya dari PLO.  * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD