Bab 1

1001 Words
- Sebelum keluar dari benteng - * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * =*     Tidak ada yang tahu akhir dan awal kehidupan seseorang bagaimana. Hanya saja, semua orang menjalani kehidupannya bagaimana kehidupan ini membawa mereka ke sana da ke sini. Tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang berencana sesuai terus menerus di kehidupanya. Pemikiran itu adalah yang terlintas di pikiran Chris saat melihat Mischa berjalan dengan senyuman yang tidak pernah pudar di wajahnya.     “Aku semalam diomeli ibuku.” Kata Mischa setelah cukup dekat dengan Chris.     Chris terkekeh, “kenapa ?”     Seperti biasa, Chris berpura - pura tidak tahu. Memang harusnya seperti itu. Mischa keluar dari kediamannya di istana dengan pakaian normal orang-orang di sekitarnya. Menggunakan setelan atas kain putih polos berlengan panjang dengan terusan celana hitam sampai mata kakinya. Penampilan yang berbeda sangat jauh sekali dari pakaian biasanya dia di istana.     Jika di istana, tentu saja Mischa di tuntut untuk memberikan penampilan baik dan tentu saja menarik. Namun, diluar sini Mischa adalah Mischa yang hanya menyentuh alat senjata dan tentu saja buku usang yang biasanya di pinjam dari perpustakaan sudut kota ini.     “Aku pikir untuk membicarakan apa yang ada di pikiranku saat ini pada ibuku, Chris.” Kata Mischa masih terus berdampingan dengan Chris yang berjalan ke arah perpustakaan, “ibuku hanya tidak suka dan mengomelku untuk hal itu.” Katanya lagi.     Chris lagi - lagi terkekeh dengan sikap Mischa yang masih ke kanak - kanakan dan tentu saja tetap menggemaskan di mata sipit milik Chris. “Memangnya, apa yang kau bicarakan dengan ibumu semalam ?”     Tarikan nafas dari Mischa membuat Chris menahan senyumnya, entah kenapa, masih sama dia benar - benar tidak bisa menahan senyumannya untuk Mischa, Mischa benar - benar terlalu menggemaskan dirinya sendiri. “pada intinya, aku masih menginginkan kakakku.” Kata Mischa.     Kalimat dari seorang Mischa barusan membuat langkah kaki Chris terhenti secara mendadak. Senyuman yang tadi ia pasang kini memudar seiring detikan waktu dan seiring dengan denyut jantung miliknya. Dia diam mematung sampai Mischa menatapnya. Langkah kakinya berjalan mendekati Mischa yang berada di depannya tidak jauh dari tadi ia menghentikan langkahnya.     “Kau tahu dia sudah mati, Mischa ?” kata Chris pelan sambil memegang bahunya dan mengatakan hal yang tidak ingin Mischa dengar sebenarnya.     Mischa menggeleng, “kau tahu, aku adiknya dan aku rasa dia masih hidup. Tidak ada bukti juga dia mati.” Ucap Mischa ringan.     “Dia hampir sepuluh tahun menghilang, Mischa.” Kata Chris kepada Mischa dan meyakinkan Mischa bahwa kakaknya itu tidak mungkin ditemukan dalam keadaan hidup. “Usia saat dia menghilang adalah delapan tahun. Kau tahu, dia tidak akan bertahan hidup di waktu itu.”     Mischa mendesah pelan dan menurunkan tangan Chris di pundaknya. “Kau sama saja seperti ibu dan ayah, Chris. Kau meragukan seorang pangeran.” Kata Mischa tidak terima, “aku cukup yakin jika dia masih bertahan hidup. Sampai aku menemukan mayatnya dan orang yang melihat dia di makan hewan buas atau bangkai dari tubuhnya, aku baru akan percaya jika kakakku sudah tidak ada di dunia ini.” Kata Mischa kemudian berjalan mundur dan selanjutnya membalikkan badannya dan dia berjalan ke depan meninggalkan Chris di belakang sana yang menggeleng karena tidak percaya jika seorang Mischa adalah seorang yang keras kepala. Tentu saja di balik sikap menggemaskannya tadi, ada satu hal yang paling dihindari oleh Chris dari seorang Mischa. Itu adalah sikap keras kepalanya itu. Baru saja dia benar - benar berhadapan dengan Mischa yang lain. Mischa yang bahkan hanya mementingkan kepercayaan dirinya sendiri daripada logika dan kenyataan yang menuntunnya sampai di sini.     Mischa menggosok - gosok hidungnya sendiri dengan baju lengan panjangnya sebelah kanan. Hidungnya sedikit memerah. Mischa sendiri punya kebiasaan yang seperti itu. Menggosok hidungnya untuk menahan tangis. Entahlah itu berguna atau tidak. Yang pasti itu berhasil kepada Mischa selama ini. entahlah jika orang lain mencobanya. kemungkinan berhasilnya tentu saja kecil. Ini tidak ada dalam sejarah siapapun. hanya untuk seorang Mischa seorang saja.     “Mischa,” sahut Chris dengan suara lembut menyusul langkah seorang Mischa kemudian memegang lengannya. “Maaf.” Katanya. Selain merasa bersalah, Chris juga tidak tahan dengan hal seperti itu. Berdebat dengan orang yang cukup dekat dengannya dan tentu saja mungkin akan berlangsung lama jika tidak cepat di selesaikan. Dan itu dimulai dari dirinya seorang saja.     Yang di tahan langkahnya kini menatap Chris, “kau tidak perlu minta maaf.” Katanya sambil tersenyum kepada Chris. “Aku hanya mengharapkan seorang kakak kandung yang mungkin bisa menggantikanku nanti untuk memimpin kota ini.” Ucap lanjutan dari seorang Mischa dengan suara yang cukup kecil dan dipercayai oleh Chris bahwa itu adalah salah satu sifat pertahanan diri milik Mischa.     Chris diam tidak bisa menjawab pernyataan dari Mischa. Kemudian Chris hanya menuntunnya sampai ke perpustakaan. Jika ditanya kenapa Mischa mengatakan hal seperti barusan alasannnya hanya satu. Mischa tidak ingin memimpin kerajaan. Apalagi dirinya adalah seorang eprempuan yang mungkin tidak pantas untuk memimpin semua kalangan rakyat dan juga semua orang di dalam benteng ini.     “Dia mungkin berusia dua puluh tahunan.” Kata Chris masih terus berjalan senada dengan langkah yang dibuat oleh Mischa. “Jika memang dia masih hidup, apa kau akan mengenalinya, Mischa ?”     Mischa bergedik kecil, “mungkin aku akan memastikannya dengan beberapa kebiasaan yang dia sering lakukan dulu.” Kata Mischa. “Aku masih ingat dengan jelas dan tentu saja tidak mungkin melupakan hal itu. Dia sangat berharga untukku.” Kata Mischa lagi kemudian menatap Chris, “sama berharganya dengan kau.”     Chris tersenyum, “aku lupa.” Katanya, “hari ini ada seleksi menjadi petugas benteng jika sudah besar dan akan langsung di latih oleh orang yang professional.” Kata Chris bersemangat, “aku tidak bisa menemanimu ke perpustakaan.” Ucap Chris dengan nada penyesalan.     Mischa kini mengangguk, “bolehkah aku ikut mencobanya juga ?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD