Tiga

1454 Words
Malam hampir tiba, namun Andre masih berkutat dengan pekerjaan kantornya, dengan ragu Icha melangkah masuk setelah mengetuk pintu ruangan bosnya itu. "Om, aku pulang duluan ya," tutur Icha, wanita itu sudah mengenakan blazzernya. Andre mendongak, dia ingin meminta tolong beberapa hal sebenarnya tapi tidak tega melihat Icha yang tampak kelelahan. Pekerjaan di awal bulan sangat banyak memang. "Bisa bikinin kopi dulu cha?" tanya Andre, Icha mengangguk berjalan riang ke arah pantry dia akan segera pulang, perutnya sudah sangat lapar. Setelah menyeduh kopi panas, dia berjalan ke arah Andre, namun tak memperhatikan langkah hingga tersandung dan membuat kopi itu tumpah ke pahanya. Icha mengaduh dan berdiri, roknya basah. Andre terkejut, segera bangkit dan membantu Icha, melihat rok Icha yang basah dengan kepulan asap tentu wanita itu masih kepanasan. Andre segera menghela Icha ke dalam toilet. Duduk diatas closet yang telah ditutup, lalu Andre menyiram paha Icha dengan kran Shower. Andre berjongkok di hadapan Icha sambil terus menyirami paha nya yang memerah. Icha seperti ingin menangis, berkali-kali Andre meniupi pahanya agar tak kepanasan. Aliran air terus mengguyur paha Icha, tak luput dari pandangan Andre ketika air itu meluncur mengenai celana dalamnya. Sialll Icha memang tidak mengenakan celana pendek. Andre menelan salivanya kasar, berdehem untuk mengusir pikiran buruk di otaknya. "Makanya lain kali hati-hati," "Iya,  Om." Icha menggigit bibir bawahnya, menahan tangis. "Mulai besok jangan pakai rok pendek lagi." "Kenapa Om?" Andre mendongak menatap wajah Icha dari jarak dekat, imut dan nampak menggemaskan, pandangannya terarah ke bibir Icha yang tampak ranum. "Saya laki-laki Icha, kamu enggak takut saya tergoda?" Andre terus menatap tajam Icha dengan tangan yang masih memegang kran shower untuk mengaliri air. Icha menggeleng yakin, serius dia tak takut Andre tergoda. "Om enggak akan tergoda lah sama cewek kayak Icha, sama tante Tania aja enggak tergoda kan? Padahal dia seksi," "Tau darimana?" "Staf lain," tutur Icha cengengesan, sepertinya pahanya sudah tak kepanasan lagi. "Kalau saya tiba-tiba ingin melakukan ini karena melihat busana kamu gimana?" Andre tak menunggu Icha menjawab karena dia segera melumat bibir Icha dengan rakus. Tangan sebelahnya digunakan untuk menahan tengkuk Icha agar tak menjauh, sementara tangan yang memegang shower tak sengaja menyiram kewanitaan sekretarisnya itu. Icha hanya terdiam tak membalas ciuman panas yang diberikan Andre, tepatnya dia tak mengerti cara membalasnya. Hanya saja, bibir lelaki itu terasa manis dan penuh. Icha berusaha menggeser kran shower karena telah membuatnya sangat basah, Andre melirik tangan Icha dan menjatuhkan shower itu, dia semakin mempererat pegangan pada tubuh Icha, melepas ciumannya dan membisikkan sesuatu di telinga Icha. "Kalau begini? Dan saya tak bisa melepaskan lagi bagaimana?" tangan Andre mengusap paha Icha yang halus turun naik sampai ke pangkal paha dan mengusap kewanitaan Icha yang masih tertutup kain tipis. Malam ini dia ingin memberi pelajaran pada setan kecil itu untuk tak menggodanya dengan berpakaian seksi. Icha merasakan sesuatu tersengat dibawah sana, rasanya asing dan anehnya dia seolah mendamba sentuhan Andre di miliknya. Andre menyapu telinga Icha dengan bibirnya dan turun ke lehernya. Sementara tangannya sudah mengelus paha ke lutut Icha. "So, jangan pernah pakai pakaian seksi lagi dihadapan saya, karena saya lelaki normal!" ucapnya sebelum mengecup bibir Icha dan berdiri meninggalkan Icha yang tengah kebingungan. Andre menarik nafas panjang diluar toilet, membuka dasinya dan melemparkan ke sofa. Dia menjatuhkan bokongnya dan menyilang kaki. Tangannya mengurut pelipis yang rasanya berdenyut pusing. Namun Icha tak jua keluar kamar mandi. Andre jadi merasa kasihan pada wanita itu. benaknya berpikir apakah dia terlalu kejam menghukum Icha hingga wanita itu ketakutan dan tak mau keluar dari toilet? "Cha," panggil Andre. "Ya om?" suara Icha terdengar biasa saja membuat Andre menghela nafas lega kekhawatirannya hilang seketika, saat Icha keluar dari kamar mandi dengan berjalan agak aneh. "Kenapa?" "Celana dalam aku basah, enggak bawa gantinya," Icha menunjukkan kepalan tangannya, dimana celana dalamnya sudah berada digenggaman tangan. Andre melongo, jadi wanita itu tak mengenakan apa-apa saat ini? "Bawa hairdryer enggak?" "Ada tapi di laci, aku ambil dulu ya?" Diluar pasti ada security yang berkeliling dan Andre tak mau security itu berpikir yang tidak-tidak, karena itu dia yang mengambil hair dryer dan menyerahkan nya pada Icha. "Colokin dimana?" Andre baru ingat kalau colokan di walking closet kamar mandi rusak. Diapun menunjuk colokan listrik dekat lemari. Icha berjongkok membelakangi Andre dan mulai mengeringkan celananya. "Om jangan ngintip," desisnya, membuat Andre mengeram kesal. Imajinasi liarnya jadi berkelana sekarang dan sial nya mengapa dia menjadi sangat penasaran pada setan cilik dihadapannya itu. "Besok bawa baju ganti, satu set sekalian! Ini kunci ruangan itu, nanti bajunya letakkan disana aja ada lemari ganti saya, oke?" Andre meletakkan anak kunci itu di meja, Icha membalik tubuh dan mengangguk, Andre membuang muka tak mau melihat hal yang tak seharusnya dilihat, diapun memutuskan untuk merokok di balkon yang tersambung dengan ruangannya. Tak berapa lama Icha menyusulnya, "Om, aku pulang sekarang ya, kopinya mau dibikinin lagi enggak?" Andre menoleh dan memperhatikan Icha yang telah mengenakan tas nya. "Enggak, sebentar lagi juga saya pulang." "Jadi aku bersihin bekas kopinya saja ya?" "Sudah kamu pulang saja, nanti saya suruh cleaning service shift malam yang membersihkannya." Icha pun pamit pulang, berjalan gontai memesan ojek online. Dia sangat lelah dan lapar. *** Sesampainya dirumah, Icha mendapati rumahnya yang gelap. Dia menyalakan lampu dan meletakkan sepatunya di rak sepatu. Berjalan kedapur dan harus menelan kekecewaan karena ternyata ibunya tak masak apa-apa hari ini. Icha melihat kulkas, kosong! Tak ada bahan makanan. Sama seperti rak yang biasa berisi mie instan pun kosong. Sejak kakak keduanya meninggal, keluarganya seperti berantakan. Ibu yang biasa dipanggil Mami olehnya seringkali mengurung diri di kamar, meratapi nasib dan menangis. Ayahnya jarang sekali pulang karena sering bekerja di luar kota. Nanda, kakak pertamanya memang sudah tak tinggal disana, mempunyai apartmen sendiri. Namun berbeda dengan Dinda, yang dekat padanya. Nanda justru sangat acuh dan tak pernah memperdulikannya. Icha merasa separuh hidupnya ikut pergi. Tak ada lagi tawa dirumah ini, tak ada kebersamaan lagi seperti dahulu. Saat kuliah kemarin pun, ayahnya seringkali lupa memberikan uang jajan, harus selalu Icha yang meminta, kadang telepon ayahnya mati sehingga Icha harus menahan lapar. Sering kali ayahnya menitip uang pada ibunya, namun ibu yang terlalu terpuruk seolah tak memikirkan masih ada satu nyawa yang perlu diurusnya. Sebelum kerja, Icha seringkali memasak saat pagi, berhemat demi bisa menyimpan uang sampai ayah pulang. Ibunya hanya makan sesuap dua suap lalu kembali tiduran di kamarnya, seolah tak punya semangat hidup. Icha membuka pintu kamar ibunya, tampak sang ibu lelap tertidur. Diapun menutup pintu dan berjalan gontai ke kamarnya. Telungkup di ranjang sambil menangis, selama ini dia berusaha menjadi seorang yang ceria agar dianggap ada, agar tak membuat khawatir orangtuanya. Dia terbiasa memasang senyum palsu yang terlihat tulus, agar  tak ada orang yang mengasihaninya. Terlintas ucapan sekretaris lain yang ditemui semalam tadi, yang ditinggalkannya karena melihat para pria dengan pandangan menggoda. Dia bilang, 'pekerjaan kita itu tidak mudah, banyak yang ingin mendapatkan posisi seperti kita, karena itu kita harus bertahan apapun yang terjadi, syukur-syukur kalau bos kita masih single dan mau menikahi kita. Jadi kita tetap bisa melanjutkan hidup dengan baik. Tanpa kekurangan.' Itu yang membuat Icha tadi tetap menahan perlakuan Andre padanya. Dia membutuhkan pekerjaan ini, dia butuh uang untuk pergi dari rumah ini dan menata hidupnya sendiri. Icha harus bertahan jika ingin tetap hidup. Karena itu dia mengirim pesan pada ayahnya. "Pi, Icha lapar, mami enggak masak. Enggak ada apa-apa di dapur. Uang Icha tadi sisa dua puluh ribu untuk naik ojek soalnya Icha gak bisa naik bis, rok Icha basah. Papi kirimin Icha uang sekarang ya, plis Pi." Icha mengirim pesan itu dan mencoba memejamkan mata, namun dering telepon membuyarkan kantuknya. Panggilan dari Andre. Icha menghapus air mata dan berdehem agar tak kentara bahwa dia habis menangis. "Hello, Om boss, ada apa nelpon malam-malam?" tanya Icha dengan ceria. "Kamu salah kirim pesan?" Icha membelalakkan mata, menekan tombol home dan mencari pesannya ternyata benar dia salah mengirim ke Andre. Kenapa pula mereka berdua tak memakai foto profil dan chat terakhirnya atas bawah, membuat Icha salah kirim tanpa memperhatikan isi teks sebelumnya. "Maaf Om, aku enggak sengaja, ngantuk hehe," "Hmm, kamu enggak ada uang? Kirim nomor rekening biar saya transfer," "Jangan Om, aku gak mau repotin Om," "Anggap aja ini kasbon, nanti dipotong gaji, gimana?" Icha tampak berpikir, "Yaudah kalau gitu Om, tapi kirimin seperapat gaji aku aja yaa, soalnya aku ada keperluan urgent nanti pas gajian," Andre terdiam, membuat Icha menjauhkan handphone dan melihat apakah panggilannya masih tersambung? Namun tak nampak Andre memutuskan kontak. "Hello om? Masih ada kan?" "Ehm, iyaa  ya sudah kamu kirim sekarang nomor rekeningnya ya." Andre pun memutus panggilan tersebut. Icha segera mengirim nomor rekening, lalu meng copy paste pesan memelas tadi untuk dikirim ke ayahnya. Namun sayang pesannya pending, Icha merengut sebal, kebiasaan papi kalau lagi diluar kota, handphone sering mati. Sungutnya. Namun manyunnya tak bertahan lama ketika ada sms masuk dari mobile banking yang menunjukkan nominal uang untuknya menyambung hidup. Dengan segera, Icha memesan makanan via ojek online, perutnya sangat lapar saat ini. Dan makan, biasanya mampu menghilangkan gundahnya. Icha segera berganti baju dengan pakaian tidur, berupa piyama bergambar keropi, tak berapa lama pesanannya datang, diapun segera melahap makanannya dengan rakus. Dengan begini, dia akan kekenyangan dan tidur pulas, sehingga saat bangun nanti dia akan lebih mampu menghadapi hidup dengan baik dan meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja. *** bersambung ^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD