Dari kursi depan, Barra memandangi punggung Alma yang tertidur pulas di kursi belakang dengan tubuh terbungkus selimut. Ditatapnya beberapa saat, sampai kemudian dialihkan kembali pandangannya ke depan. Ke jalan tol yang mulai gelap. Ditariknya nafas dalam-dalam. "Kenapa, lu?" Tanya Dominik, melihat wajah Barra yang berubah galau. "Gua lagi mikir. Dia bela-belain bikin dirinya susah demi gua. Ninggalin hidupnya yang aman dan nyaman. Ninggalin kuliahnya. Orang tuanya. Ketakutan dikejar-kejar Ayahnya sendiri... Gua takut yang dia perjuangin itu enggak worth it." "Maksud lu, takut nantinya dia kecewa sama lu?" Dominik melirik Barra dengan sudut matanya. "Ya..." Kini Barra mengalihkan perhatiannya ke jendela di sampingnya. Menghindari pandangan mata sahabatnya itu. Ia merasa malu. "Ya, ka

