Babysitter

1109 Words
Helen berdiri di rumah bernomor 78. Sudah berulang kali ia menekan bel di dekat pintu namun pintu tersebut belum juga terbuka. Sambil melirik keadaan sekitar, Helen berusaha bersikap tenang agar penyamarannya tidak ketahuan. Beberapa tetangga terlihat berlalu lalang untuk berjalan-jalan pagi. Helen melempar senyum ramah kepada beberapa orang yang lewat. “Apa kau Helen?” Saat terlalu asyik menikmati kompleks sekitar, Helen di kagetkan dengan suara seorang wanita. Bukan muncul di depan pintu justru wanita itu muncul di belakangnya sambil memegang stroller berisi dua bayi. “Ya.” “Perkenalkan. Aku Laura. Senang melihatmu sudah datang. Ini dua anak kembarku.” Laura menunjuk dua anaknya yang masih tertidur pulas. “Ayo masuk.” Laura membuka pintu dengan kunci yang ia bawa dan membawa Helen masuk. “Sangat melelahkan berbelanja sambil membawa dua bayi seperti ini. Sudah lama aku menginginkan babysitter, tapi tidak juga menemukannya. Untungnya kau datang hari ini. Aku harus mendatangi pesta pernikahan temanku beberapa hari.” Laura terlalu asyik mengobrol dengan Helen hingga wanita itu tidak peduli dengan anaknya yang masih ada di teras depan. Helen yang menyaksikan hal itu langsung berubah menjadi babysitter. Ia memegang gagang stroller dan membawa dua anak kembar itu masuk ke dalam rumah. “Perlengakapan baby twin sudah ada di dapur bahkan sebagian ada di kamar. Kau hanya perlu menghubungiku jika terjadi sesuatu. Tadi aku sempat berbelanja sayur dan ikan. Tapi, sepertinya aku tidak sempat untuk memasak. Jika kau lapar, kau bisa memasaknya saat baby twin tertidur. Oh ya, jadwal mereka makan dua jam lagi. Ini adalah tempat masak bubur bayi baby twin, di sana adalah alat-alat makan mereka. Pastikan semua steril sebelum digunakan.” Laura berjalan menuju ke kamarnya. Baginya penjelasan singkat yang ia katakan kepada Helen sudah lebih dari cukup. Helen sendiri merasa kaget melihat sikap Laura yang terkesan cuek kepada anak kembarnya. Sebagai seorang ibu seharusnya Laura menyelidiki dan memastikan pengasuh kedua anaknya adalah orang yang baik. Pintu kamar kembali terbuka. Kali ini Laura keluar dengan tas kecil di tangannya. Sambil memasang anting-anting, ia memandang wajah Helen sekilas. “Satu lagi, baby twin tidak meminum s**u sapi. Jika s**u mereka habis, kau bisa membelinya dengan kartu ini.” Laura memberikan sebuah kartu kepada Helen. “Nona, kalau saya boleh tahu siapa nama masing-masing dari baby twin?” Laura melirik kedua anak kandungnya dan tersenyum. “Miller dan Milly. Bukankah nama mereka sangat bagus? Ayah mereka yang memberikan nama itu.” Laura memandang jam di dinding. “Aku harus berangkat. Ingat, hubungi aku jika kau butuh sesuatu atau merasa kesulitan. Nomornya ada di meja.” Laura berjalan begitu saja tanpa peduli dengan pengasuh kedua anak kembarnya. Helen duduk di kursi yang ada di dekatnya. Ia memandang wajah bayi kembar yang masih tertidur pulas. Senyumnya mengembang indah. “Berhari-hari aku latihan agar lolos dari interview hari ini. Tidak aku sangka kalau tidak ada interview.” Helen memegang tangan baby twin yang sudah terbangun. Dua bayi kembar itu tersenyum seolah menyambut kedatangan Helen. “Mulai sekarang bekerja samalah denganku. Aku tidak akan melukai kalian. Hanya sebuah foto dan semuanya tidak akan ada yang terluka.” Helen mengedipkan matanya sebelum beranjak dari kursi. Hal pertama yang harus ia lakukan adalah menyiapkan bubur bayi untuk baby twin sebelum mereka kelaparan. Tentu saja semua itu harus mendapat bantuan dari Maya yang memang sudah berpengalaman sebagai seorang ibu. *** Lima bulan sudah Helen berada di rumah Laura. Sangat membosankan. Karena secara sengaja ia mengubah profesinya yang dulu polisi sekarang menjadi babysitter. Walau begitu Helen sangat menyayangi baby twin. Tingkah lucu dan ocehan mereka membuat Helen melupakan rasa bosannya. Siang ini Helen sedang bermain dengan baby twin. Tiba-tiba saja Laura muncul. “Helen, apa kita bisa berbicara?” Helen meletakkan mainan di tangannya. “Baik, Nona.” Helen meletakkan mainan baby twin yang ada di tangannya sebelum meninggalkan anak kecil itu di dalam box bayi. Wanita itu mengikuti Laura. Laura berdiri di depan jendela dengan ekspresi wajah yang tidak biasa. Ia melipat kedua tangannya di depan d**a. Wajahnya terlihat gelisah seperti ada masalah besar yang ia alami. “Helen, sudah beberapa bulan ini kau bersama kami. Dari sikapmu menjaga kedua anakku, aku yakin kalau kau wanita yang tepat untuk menjaganya kelak.” “Menjaga? Apa maksud, Nona?” Helen terlihat bingung saat itu. Laura memutar tubuhnya dan memandang wajah Helen dengan mata berkaca-kaca. “Dokter memvonisku mengidap penyakit Leukimia. Sudah stadium akhir. Beberapa bulan ini aku memikirkan masa depan kedua anak kembarku. Aku yakin kalau usiaku tidak akan lama lagi. Helen, jika nanti aku tiada berjanjilah untuk menjaga baby twin.” “Nona, apa yang Anda katakan? Saya hanya pengasuh. Bagaimanapun keadaan Anda, baby twin membutuhkan Anda.” Laura menggeleng. “Hari ini saya akan menyerahkan baby twin kepada ayah kandung mereka. Sudah saatnya. Dan kau harus ikut bersama baby twin untuk menjadi pengasuh mereka.” “Ayah kandung mereka?” Seharusnya Helen bahagia karena apa yang ia inginkan selama ini akan segera terlaksana. Namun, tidak tahu kenapa ia justru merasa kasihan dengan Laura. “Bagaimana dengan Anda, Nona? Anda sakit.” “Kau tidak perlu memikirkan keadaanku.” Laura melirik jam yang ada di tangannya. “Sudah waktunya, ayo kita berangkat. Bawa baby twin masuk ke mobil.” “Baik, Nona.” Helen tidak memiliki pilihan lain selain menuruti permintaan Laura. Ia kembali masuk ke dalam kamar baby twin untuk menyiapkan segala sesuatunya. “Apa setelah ini aku akan terbebas dari penyamaran ini? Hanya foto yang aku butuhkan. Ya, hanya foto.” Helen memandang wajah mungil baby twin. “Tapi, kenapa rasanya tidak tega meninggalkan mereka. Walau hanya beberapa bulan saja aku merasa seperti menjadi ibu mereka. Apa lagi mereka sangat penurut dan menggemaskan.” Tanpa Helen sadari, kedua matanya berkaca-kaca. Ia merasa tidak tega meninggalkan bayi kembar itu nantinya. “Astaga, apa yang aku pikirkan. Belum tentu juga mudah mendapatkan foto big boss itu.” Helen segera memasukkan perlengkapan Baby twin ke dalam tas. Ia tidak mau Laura menunggunya terlalu lama di dalam mobil. Setelah semua rapi, Helen keluar bersama baby twin di gendongannya. Sesekali ia bermain dengan dua anak kembar itu dan tertawa bersama. “Hari ini kalian akan bertemu dengan ayah kandung kalian. Apa kalian senang?” tanya Helen sambil berjalan menuju ke mobil. Laura membantu memasukkan barang-barang baby twin. Wanita itu juga terlihat sedih melepas kedua anak kandungnya kepada ayah kandung mereka. Namun, semua harus ia lakukan karena ia tidak mau kedua anaknya menderita. Helen duduk di bangku belakang bersama baby twin. Ia memandang ke depan sambil membayangkan betapa menyeramkannya wajah pembunuh yang selama ini ia cari. “Kira-kira, wajahnya seperti apa ya? Apa di penuhi luka atau jangan-jangan dia pria tua yang suka bermain wanita?” gumam Helen di dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD