Perbuatan Kejam

1077 Words
“Kau menyuruhku untuk aborsi??” Ify tidak bisa untuk menahan amarahnya sekali lagi. “Ini anakmu! Apakah kau tega untuk membunuhnya?” Deva menggelengkan kepalanya. “Tapi aku juga tidak siap. Masih banyak hal yang harus aku lakukan, aku ingin lulus dan mengejar cita-citaku. Aku ingin menjadi jaksa!” “Dasar egois. Lalu bagaimana dengan diriku?” tantang Ify. “Masa depanku hampir hancur, dan kau masih ingin menghancurkan lagi?”   “Aku juga tidak tahu harus berbuat apa, orang tuaku menolak dan bersikeras itu bukan anakku. Mereka bilang kau hanya mengarang cerita!” Ify tersenyum pahit, ia menatap lelaki yang sudah hampir dua tahun menjadi kekasihnya itu dengan pandangan sayu. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu, Ify merasa ucapan itu bukan hanya apa yang dikatakan oleh orang tuanya Deva. Tapi seakan juga Deva meragukan anak yang sedang tumbuh di dalam kandungannya ini bukan merupakan anak dari lelaki itu. Ify merasakan hatinya seperti tertusuk ribuan jarum hingga membuat sakit yang tidak bisa ia tahan lagi. “Kau tahu kan kalau ini anakmu?” tanya Ify mencoba untuk menguatkan hatinya sendiri. “Kau juga tahu kan bahwa semua ini karena perbuatan kurang ajar dirimu padaku?” Ify menambahkan. Deva terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ify barusan. “Hmm …, yah mungkin saja benar. Hanya saja aku tidak tahu akan secepat ini. Dan aku rasa memang …, entahlah,” ucapnya sedikit kebingungan. Ia mengusap hidungnya beberapa kali pertanda dirinya memang sedang tidak yakin dengan apa yang dia katakan. Matanya juga tidak berani untuk menatap Ify secara langsung. “Kau …, astaga!” Ify memegang kepalanya yang sedikit pening, ia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan respon dari kekasihnya itu seperti ini. “Jika aku mau, aku bisa melaporkanmu. Apa yang kau lakukan padaku itu termasuk tindak kejahatan, kau melakukan pelecehan seksual Dev!” tegas Ify kali ini menatap Deva kembali. “Apa maksudmu? Kau sudah sepakat untuk tidak mengungkit hal itu kan?” ucap Deva terdengar terkejut sekali, ia terlihat ketakutan dengan apa yang dikatakan oleh Ify barusan. Ify menggelengkan kepala cepat. “Hanya jika kau bertanggung jawab dengan perbuatanmu ini,” ucapnya sedikit memberikan pertengkaran. Semua ini memang terjadi dengan tidak Ify rencanakan. Deva membujuk dirinya untuk melakukan perbuatan haram itu namun ia selalu bisa untuk menolaknya. Hingga saat mereka merayakan anniversarry, makan malam yang romantis itu berubah menjadi hal yang mengerikan. Deva memberikannya minuman spesial yang membuat dirinya tidak sadarkan diri. Begitu terbangun, ia sudah berada di tempat tidur sebuah hotel bersama dengan Deva di sebelahnya. Tanpa berbusana satu pun, Ify tidak bodoh dan langsung bisa mengetahui apa yang tengah terjadi pada dirinya. Marah dan kecewa bercampur jadi satu. Ify menangis sejadi-jadinya karena sesuatu yang ia jaga selama ini direnggut oleh seseorang yang ia percaya untuk mampu menjaga dirinya. Namun, Deva yang begitu pintar dalam berbicara mampu menenangkannya dengan berkata akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada Ify. Lelaki itu begitu jantan saat mengatakan hal itu. Meskipun ternyata semuanya berubah saat ia mengatakan pada lelaki itu bahwa dirinya positif hamil. Deva berubah menjadi seseorang yang pengecut. “Fy,” ucap Deva sembari memegang tangan Ify lembut. “Tidak bisakah kita melupakan apa yang terjadi? Aku harus mengejar karirku, kau pun juga sama. Jadi, tidakkah sebaiknya kita menuruti apa yang menjadi saran dari mama?” tanya lelaki itu kemudian. “Kau ingin membunuh anak kita?” air mata Ify sudah tidak bisa untuk dibendung lagi. Ia begitu tertegun dengan apa yang dikatakan oleh sang kekasih barusan. “Kau ingin aku menjadi seorang pembunuh?” Deva menggelengkan kepala. “Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja ini untuk kebaikan kita Fy. Kau harus merawat ayahmu, aku juga harus menyelamatkan keluargaku dari aib ini, anak itu hanya akan membuat kita hancur Fy, percayalah.” Kini Ify tahu apa yang sebenarnya Deva pentingkan. Rupanya ia begitu salah telah memberikan kepercayaan pada lelaki pengecut seperti Deva. Fakta ini semakin membuat penyesalan semakin merayapi hati Ify. “Ayahku akan kecewa jika tahu aku membunuh calon anakku. Kau tidak bisa menyuruhku melakukan hal seperti ini,” pungkas Ella. “Tapi ayahmu tidak akan tahu!” Deva memotong. “Dia tertidur di ranjang itu dan tidak akan peduli kau melakukan apa. Dan bahkan dia belum tentu untuk bisa bangun kembali! Jadi sudahlah, pikirkan masa depan kita saja!” Tanpa sadar, Ify berdiri dan tangannya meraih gelas dihadapannya yang berisi jus jeruk. Tanpa banyak berkata ia menyiramkan isi gelas itu ke wajah Deva dengan kencang. “Apa yang kau lakukan???” pekik Deva. “Kau gila??” “Ya aku gila!!!” bentak Ify. “Aku gila karena dirimu lelaki pengecut! Aku tidak akan menuruti apa yang kau katakan, aku akan memburumu sampai kau mau untuk bertanggung jawab!!” Setelah mengatakan hal itu, Ify segera berbalik menyambar tasnya dan pergi meninggalkan Deva yang bersumpah serapah. Hatinya hancur, kekasih yang begitu ia cintai dengan tulus menyuruhnya untuk melakukan hal keji. Mau sampai kapanpun dia tidak akan menjadi pembunuh. Mau bagaimana juga ini adalah anaknya, dia tidak akan tega membunuh calon anaknya ini. *** “Kenapa kau tidak mendatangi bagian majalah mahasiswa saja? Kau bisa melaporkan hal ini dengan anonim dan mendapatkan dukungan,” Ify mengangkat kepalanya dan menatap seorang perempuan yang tengah mengemut lolipop itu di hadapannya. “Mereka tidak akan keberatan kok, ini kasus yang seru bagi mereka jadi ini mungkin satu-satunya kesempatanmu untuk mendapatkan keadilan.” “Tapi …, apakah akan berhasil?” gumam Ify ragu. “Deva itu mahasiwa hukum yang begitu terkenal dan bahkan mantan presiden mahasiswa. Apakah aku akan berhasil Mel?” Amelia, gadis yang dihadapan Ella itu terlihat mengangguk. “Aku yakin berhasil Fy. Kau perlu untuk mencoba segala cara, bukankah ini demi kebaikanmu juga?” ucapnya kembali memberikan saran. Ify terdiam, menimbang-nimbang apa yang disarankan oleh sang sahabat ini adalah usul yang bagus. Setidaknya nanti ada yang mendengarkan ceritanya dan juga lebih berhati-hati kepada para lelaki. Ia tahu jika melakukan hal itu akan menimbulkan suatu masalah yang lain, namun tidak menutup kemungkinan juga Deva akan terketuk hatinya dan mampu mau untuk bertanggung jawab. Bagi keluarga Deva, mendapatkan hal yang memalukan tentu tidak akan pernah sanggup mereka untuk bayangkan. “Baiklah akan aku coba,” putus Ify setelah memantapkan hatinya. “Jika memang kau sudah siap, aku akan mengenalkanmu dengan mahasiswa pengurusnya. Tenang saja, datamu akan aman dan tidak akan dibocorkan oleh mereka. Yang harus kau lakukan adalah bercerita dengan sesungguhnya,” Ify menganggukkan kepalanya. Ada secercah harapan bagi dirinya untuk mendapatkan keadilan. Semoga saja kali ini usahanya akan berhasil. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD