Bencana Mulai Datang

1089 Words
Berbekal dari hasil mencaritahu dalam internet. Ify meminum s**u ibu hamil yang ia beli kemarin sore di supermarket terdekat. Ia memilih yang pas untuk perempuan seusia dirinya. Meskipun anak ini ada karena bisa dibilang sebuah kejahatan, Ify tidak bisa untuk membenci sang calon anak. Karena mau bagaimana pun juga janin ini tetap darah dagingnya. Dia akan merawat dan membesarkannya dengan baik. Saat ini ia memang tidak tahu bagaimana caranya untuk bertahan hidup, tapi setidaknya dia akan mencoba. Mendiang ibunya dulu pernah berkata, bahwa setiap bayi itu suci dan selalu membawa keberkahan di setiap kehadirannya. Dan Ify selalu mengingat ucapan itu. “Luar biasa! Koran harian kampus hari ini sold begitu banyak. Semuanya heboh membicarakan kasus itu. Ify, aku yakin jika semua orang tahu kau akan mendapatkan keadilan, dan mahasiswa itu tidak ada pilihan lain selain bertanggung jawab terhadapmu,” Ify tersenyum mendengar pesan suara itu. Ia kemarin melakukan wawancara dengan mahasiswa jurnalistik pengurus koran harian kampusnya. Ia bercerita apa adanya dan namanya dan Deva tentu disensor dalam koran itu, hanya menggunakan inisial I dan D saja. Tanpa memberitahukan kepada Deva lebih dulu tentu saja karena sudah pasti lelaki itu akan marah besar. Ify tidak ada kelas hari ini sehingga setelah menyiapkan sarapan ia bisa segera ke rumah sakit menunggui sang ayah. Rumahnya memang tidak sebesar dulu lagi, karena semenjak sang ayah jatuh sakit ia menjual rumah lama untuk pengobatannya, ia tidak tahu berapa karena semua itu diurus oleh adik dari sang ayah. Setelah rumah dijual, tantenya itu sama sekali tidak memberinya kabar. Ify tidak mempermasalahkan hal itu karena mereka pasti juga sibuk untuk mengurus keluarga mereka masing-masing. Meskipun sebenarnya Ify membutuhkan dukungan namun sudahlah, ia akan fokus saja untuk mengurus sang ayah. Baru saja Ify mengambil tasnya, seseorang terdengar datang dan mengetuk pintu rumahnya dengan sedikit kasar. Ia berteriak sabar dan bergegas membuka pintu berwarna coklat itu. “Loh, anda …,” Ify terkejut melihat beberapa orang yang berdiri di depan pintunya itu. Wanita paruh baya yang menatap dirinya penuh dengan amarah, menerobos masuk ke dalam dan melihat-lihat bagian dalam rumah. Ify berbalik badan dan mengejarnya. “Apa yang anda lakukan di sini??” tanyanya dengan sedikit cemas. Wanita itu, memakai baju berwarna merah dan rok hitam yang nampak mahal. Tas branded dengan hiasan mutiara di sekelilingnya menambah kesan mewah dari dirinya. Dia adalah Bu Siska, ibu dari sang kekasih, Deva. Sementara lelaki paruh baya yang berdiri tak jauh dari sana itu Pak Darius, ayah dari Deva. Ify tidak tahu kenapa mereka ke sini dengan begitu tiba-tiba, yang pasti ini bukan pertanda yang baik. Perempuan itu juga melihat Deva sang kekasih berdiri di depan pintu dengan tanpa menggunakan kacamatanya hari ini. Ia nampak bingung juga menatap Ella. “Hebat sekali ya kau mengarang cerita seperti itu!!” Suara Bu Siska menyadarkan Ify. Wanita itu nampak berang sekali dan berkacak pinggang. “Kau kan sudah aku suruh untuk mengurus masalahmu sendiri, kenapa masih berkoar??” “Apa maksudnya?? Saya tidak mengerti,” “Jangan berdalih!” bentaknya. “Kau berlagak menjadi artis? Dengan melakukan wawancara itu, senang kau sudah terkenal dengan bualanmu itu hah?” Ify tertegun dan mulai mengerti penyebab dari rombongan keluarga ini mendatangi dirinya dengan penuh amarah. Ia kemudian menarik nafas panjang dan kemudian menatap Bu Siska. “Saya tidak menyebut Deva dengan jelas dan tidak mengarah langsung. Saya hanya mengutarakan isi hati saya saja setelah tidak mendapatkan keadilan. Saya rasa saya tidak salah,” “Oh begitu?? Dengan menyebutkan mahasiswa hukum mantan presiden mahasiswa?” sinis Bu Siska. “Orang juga akan segera tahu itu siapa, kau ini w************n yang mencoba untuk menghancurkan hidup anakku kan?” tandasnya. “Apa yang kau inginkan? Uang?? Memang, perempuan murahan selalu mengejar uang. Berani sekali kau mengatakan mengandung anaknya Deva, sudah berapa banyak lelaki yang menidurimu selama ini??” Sakit sekali. Air mata Ify lolos, ia tidak bisa untuk mengatakan apapun. Bibirnya kaku, setiap penghinaan yang dilontarkan oleh Bu Siska begitu menusuk tepat ke arah hatinya. Tidak bisa untuk dia hindari. “Cari saja lelaki yang mau menikahimu, jangan Deva!” bentaknya lagi. “Anakku itu calon jaksa agung, masa depannya cerah! Tidak akan aku biarkan w************n sepertimu menghancurkan dia!” Entah sudah berapa banyak kata-kata itu muncul untuk menghina dirinya. Bu Siska begitu mendominasi, Pak Darius memang tidak mengatakan apapun namun matanya memandang dengan begitu tajam. Sementara Deva, entah apa yang dia lakukan dengan berdiri di sana. “Jika kau tidak mengakhiri semua ini. Awas! Aku akan membuatmu menyesal seumur hidup! Kau ini jika pintar sedikit gugurkan kandunganmu dan aku akan memberikanmu banyak sekali uang!” “Tidak akan!” tegas Ify. Bu Siska tersenyum licik. “Baiklah jika kau tetap berkeras, lihat saja nanti! Dasar perempuan murahan!” setelah mengatakan hinaan yang terakhirnya, Bu Siska melangkah pergi diikuti oleh sang suami. Hati Ify benar-benar hancur, ia belum pernah seperti ini sebelumnya. Jika sang ayah tahu anaknya diperlakukan seperti ini sudah pasti dia akan marah besar. Ify seperti hampir terhuyung untuk melangkah hingga Deva mendatanginya dan merengkuh bahunya. “Maafkan mama ya, aku tidak menyangka dia akan menjadi seperti itu,” ucapnya sembari membantu Ify untuk duduk. “Aku sudah membujuknya tapi tidak bisa,” Ify mendongakkan kepalanya dan menatap sang lelaki dengan air mata yang masih bercucuran. Ia tidak tahu Deva tulus atau tidak namun yang pasti ia menginginkan ketenangan. “Dev …,” “Ssst, sudah jangan bicara dulu. Kau harus tenang, minum dulu ya.” Deva mengeluarkan air mineral dari botol yang selalu ia bawa di tasnya dan membantu Ify untuk minum. Ify tidak bisa menolak karena dirinya memang butuh untuk tenang, yang ia tahu stress yang berlebihan tidak akan baik untuk calon anaknya. Dia juga bersikeras akan membesarkan anak ini meskipun Bu Siska menentangnya keras. “Akh!” Ify sedikit meringis dan meremas perutnya. Tiba-tiba sekali ia merasakan perutnya begitu sakit dan seperti tertusuk ribuan jarum. Kepalanya mendadak pusing dan rasanya mual ingin muntah. Perempuan itu segera berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi dengan masih memegangi perut perlahan. Cairan bening keluar dari mulutnya beberapa kali dan membuatnya lemas. Ify merasakan sakit luar biasa, ia bersandar pada dinding kamar mandi dan terduduk perlahan. Matanya berbelalak kaget begitu melihat darah yang mengalir deras dari kedua pahanya. “Oh tidak …, a-apa yang terjadi …,” Ify merasakan kepalanya berputar dan pusing luar biasa diiringi dengan aliran darah semakin mengalir deras dari pahanya. Tidak berapa lama kemudian dia terkulai tidak sadarkan diri. Dari balik pintu luar, Deva berdiri di sana dengan mencengkeram botol minum yang ia bawa tadi. “Maafkan aku Fy …,” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD