Chapter 47 : Aku Lapar

1519 Words
Biola Margareth P.O.V Semua yang telah diceritakan oleh Malfoy seketika membuatku kaget. Ini sungguh diluar dugaan, aku juga tersentuh dengan masa lalu mereka berdua, Malfoy dan Olivia. Mereka berdua terikat satu sama lain, bukan sebagai sepasang kekasih, melainkan sahabat yang saling menyayangi. Malfoy menerima Olivia dengan tangan terbuka. Sementara Olivia masih belum bisa menerima seseorang masuk kedalam kehidupannya, tetapi lambat laun, dia paham maksud Malfoy hadir dikehidupannya. Malfoy hanya ingin membuat Olivia tersenyum. Kutatap kedua bola mata Malfoy, lalu berkata, "Jadi, alasan mengapa Olivia selalu menjaga penampilannya? Tidak lain agar misimu sukses, kau tahu, ini adalah kisah yang sangat mengharukan, Olivia memarahimu karena kau menyakiti lawannya? Bukankah itu sangat menakjubkan?" Mendengar itu, Malfoy tersenyum tipis. "Y-ya, aku sangat tidak menduga kalau Olivia akan seperti itu padaku, dia mempunyai hati seperti malaikat? Yaaa, walau tingkahnya ganas, hahaha!" "Tapi Malfoy, kau pasti tidak akan pernah tahu bahwa Olivia yang sekarang sangat berbeda dengan apa yang kau ceritakan, dia sungguh menjadi pribadi yang lembut, sopan, dan menjaga tata bahasanya, bahkan cara berjalannya saja sangat indah," ucapku memotong perkataan Malfoy. "Apakah itu benar?" Malfoy masih belum terlalu percaya. "Kau harus mempercayainya, Malfoy, dia berubah karena dirimu, semua yang telah dia lakukan semata-mata agar kau senang, aku sudah menyimpulkannya sendiri, karena itulah, kau harus bangga, apa kau juga tau, merubah kepribadian seseorang sama saja merubah semuanya, dan itu membutuhkan tenaga dan pikiran yang matang. Olivia sudah berhasil melewati itu semua," Tes. Tes. Malfoy tiba-tiba menitikkan air mata, tubuhnya bergetar, aku langsung menyentuh pundaknya. "Menangislah, Malfoy, pengorbanan yang telah Olivia lakukan, semua itu hanya untuk dirimu, sahabatnya," "Bi-Biola ... Tolong ... Lindungilah, lindungilah Olivia untukku, aku menitipkannya padamu, Biola Margareth," Aku tersenyum mendengarnya. "Tentu saja, aku akan melindunginya, menemaninya, dan membuatnya bahagia, aku berjanji," Jawaban yang dilontarkan olehku membuat Malfoy tiba-tiba memelukku. "Aku percayakan Olivia padamu, Biola," Napas Malfoy mengusap permukaan leherku. "Aku tidak ingin melihatnya menangis lagi seperti waktu itu, aku tidak ingin ... Biola, temanilah Olivia, dia masih sendirian, dia belum punya teman, dia hanya punya keluarganya ... Semua gadis menjauhinya ... Hanya kau Biola, gadis yang layak menjadi sahabatnya," Malfoy mencengkram punggungku, air matanya membasahi pundakku, dagunya bergetar. Aku mengusap punggungnya. "Percayakan Olivia padaku," Aku tersenyum lembut. Kressssss ... Tubuh Malfoy terkikis perlahan menjadi cahaya kuning. "Terima kasih ... Biola Margareth," Malfoy melepas pelukannya, tersenyum padaku dan menghilang. * * * Olivia Malfoy Finiggan P.O.V Kini aku dan yang lainnya dikurung disebuah kandang besar, seperti sangkar hewan namun versi raksasa, dan tentu saja, kami berada dikurungan masing-masing. Ruangan yang menjadi tempat kurungan ini sungguh gelap dan sunyi. Hanya ada suara serangga. Aku duduk disana sendirian, disebelah kananku terdapat kurungan yang isinya seorang wanita bernama Paige. Tubuhku terluka karena hempasan yang dilakukan oleh Colin Hula padaku sampai menabrak tembok keras. "Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apakah kita hanya menunggu kematian menjemput kita?" Zack sedari tadi mengeluh, dia sangat tidak suka dikurung seperti binatang ternak, aku juga sama, aku membenci ini. "HEY! JAWAB AKU! KITA HARUS KELUAR DARI SINI!" "BERISIK!" Seorang wanita berambut pendek menimpali teriakan Zack dengan amarah yang memuncak, kurasa dia yang namanya Summer Rae. "KITA TIDAK BISA BERBUAT APA-APA! KURUNGAN INI TELAH MENGHISAP KEKUATAN SIHIR KITA! SEMUA YANG KITA LAKUKAN SIA-SIA! JIKA KAU KEMBALI MENGELUH! KUHAJAR KAU!" Zack benci dibentak, dia sangat keras kepala. Akhirnya ruangan hening ini diisi oleh teriakan antara Zack dan Rae. Sungguh membosankan. "Tapi, dimana Biola?" Seorang pria yang kurasa bernama Jordan berkata membuat semua orang, dari dalam kurungannya masing-masing, menoleh padanya. "Dia tidak bersama kita? Biola dimana?" Tidak ada yang menjawab. Semua kepala tertunduk, semuanya menangis, bahkan Zack juga. Kakakku, Rio Finiggan yang terlihat sangat tertekan jika mengingat Biola tidak hadir bersama disini. Dia terus mengkhawatirkannya. "Aku ingin pergi dari sini! Aku tidak ingin berada disini!" Cacha menggebrakkan-gebrakkan kurungannya. Dia menjerit-jerit ingin bebas. Sementara diriku? Aku tidak tahu harus melakukan apa, sihirku terhisap, tenagaku juga telah habis. Tidak ada cara lagi selain menunggu seseorang menyelamatkanku, hanya itu yang bisa kulakukan. "MEREKA SEMUA TIKUS KOTOR! AKU BENCI! AKU BENCI! SIHIRKU! AKU TIDAK BISA MENGGUNAKANNYA!" Nori berteriak-teriak frustasi, dia sangat benci dikekang. Kedua mataku menatap seorang pria bertelanjang d**a yang sedari tadi hanya diam. Zombila Mercedes, namanya kurasa. * * * "HAHAHAHAHA! AKU PUNYA BERITA BAGUS UNTUK KALIAN SEMUA! KUHARAP KALIAN JANGAN KAGET YA? HAHAHAH!" Suara Colin menggema ditempat ini, kami semua tersontak mendengarnya, bahkan Kakakku langsung berdiri. "Cepat katakan!" Ucap Kakakku dengan memegang besi-besi yang menjadi dinding kurungannya. "BIOLA MARGARETH TELAH MATI! DIA SUDAH TIDAK BERNYAWA LAGI! HAHAHAHAHAHAHA!" DEG! Sunyi. Semua orang terkejut mendengarnya. * * * Biola Margareth P.O.V Aku kembali sendirian disini, hanya cahaya terang yang mengelilingiku. Namun, entah kenapa aku merasa ada yang datang, suara langkahnya semakin dekat. Sebuah tangan menarik bajuku dari belakang. Aku kaget, kutolehkan kepalaku. Seorang pria kecil berambut biru dengan kedua mata warna-warni menarik-narik bajuku, wajahnya seperti ingin meminta sesuatu. Siapa anak ini? "Maaf, tapi siapa dirimu?" tanyaku dengan berjongkok, mensejejarkan tinggi tubuhnya. Dia memasang wajah malu. "Aku datang kesini karena ingin bertanya sesuatu, bolehkah?" jawabnya dengan gelagat malu-malu. Dia sangat imut. Aku tersenyum. "Tentu saja, ayo tanyalah apapun sesukamu," Anak itu senang mendengar jawabanku. "Namaku Sparrax Miola, aku hanya ingin bertanya, apakah kau salah satu teman Kakakku?" Kakaknya? Siapa? Aku mengernyitkan alis bingung, aku mencoba bertanya, "Memangnya siapa Kakakmu? Coba kau sebutkan namanya, Sparrax," Anak itu memerah malu, lalu dengan suara gemetar dia menjawab. "Z-Za-Zack Finiggan!" DEG! Apakah yang dia maksud Zack yang kukenal? "Kurasa aku mengenalnya," Sparrax langsung tersenyum lebar. "BENARKAH!?" Astaga, aku terkejut mendengar teriakannya. "Iya, memangnya kenapa?" tanyaku lagi dengan ekspresi gemas. "Tapi, bukankah Zack tidak punya adik ya? Dia itu 'kan anak bungsu? Itu yang kutahu," "Sebelum itu, nama kakak siapa?" tanyanya dengan menampilkan ekspresi malu-malu. "Hihihi! Namaku Biola Margareth! Salam kenal, Sparrax," Aku tersenyum tipis, mencubit hidungnya lalu berkata, "Jadi, kenapa kau menyebut Zack sebagai Kakakmu? Apakah dia mengenalmu?" Sparrax seketika memasang bibir cemberutnya padaku. "Dia sendiri yang memerintahkanku untuk menyebutnya sebagai Kakak, dan tentu saja aku mengenalnya!" "Jadi begitu rupanya? Lalu, bagaimana kau bisa bertemu dengan Zack?" Sparrax tersenyum. "Aku akan menceritakannya!" * * * Flashback Sparrax Miola P.O.V "PERGI KAU DARI SINI! KAU HANYA KUTUKAN DARI TUHAN! JANGAN PERNAH TUNJUKKAN WAJAHMU DI DEPANKU! ANAK SETAN!" Aku diusir oleh Ayahku sendiri, sementara Ibuku hanya menangis pasrah, dia tidak bisa melakukan apapun selain diam disana, semua orang menatapku, tempat yang dulunya kusebut sebagai rumah sudah menjadi tempat yang menyeramkan. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa diriku diusir oleh keluargaku sendiri, ini semua karena aku sendiri. Aku tidak tahu kenapa aku ditakdirkan seperti ini, mereka menyebutku sebagai kutukan dari Tuhan atau kotoran dari langit. Aku seorang laki-laki yang berperilaku seperti perempuan, aku juga menyukai sesama jenisku. Itu semua, muncul begitu saja didalam diriku. Aku, memang kutukan dari Tuhan. * * * Tatapan kebencian selalu diberikan padaku, semua mata memandang jijik padaku, aku berjalan melewati rumah-rumah, sesekali sebuah batu terlempar pada kepalaku. Aku langsung berlari. Kotoran langit, kutukan dari Tuhan? Aku tidak berhak hidup disini! Akhirnya, aku malah menangis, sendirian dibawah pohon, dengan menyimpan berjuta luka di dalam hati. Ini semua memang karena kebodohanku. Aku juga membenci diriku sendiri! "Hiks ... Bodoh! Kutukan ... Aku hanyalah kutukan dari Tuhan!" Ini semua sangat mengerikan, aku ingin hidup seperti mereka, tertawa bersama keluarga, namun, semua itu tidak akan pernah terjadi padaku. Kotoran sepertiku memang tidak layak memiliki keluarga! Diusiaku yang masih terbilang kecil, harus merasakan kepahitan ini. Apakah aku bunuh diri saja? "HAHAHAH! BUKAN AKU! ITU SALAH KAK OLIVIA! LAGI PULA, JIKA KAK RIO MENENDANGNYA KENCANG! ITU BISA MASUK IYA 'KAN! HAHAHA!" Aku mendengar seseorang yang sedang tertawa bersama saudara-saudaranya, bisa kulihat dari sini, mereka berlima tersenyum. Aku ingin seperti itu! "Hey, Zack! Kau disini yang paling bodoh! Kenapa kau membiarkan Melinda memasuki gawangnya!" "ITU BUKAN SALAHKU!" "Kau yang salah disini!" Aku ... Aku iri pada mereka semua! Aku menginginkan kehangatan! Aku terus terisak, menyembunyikan diriku dibalik pohon, rumput-rumput mengusap kakiku dengan tajam. Bahkan, rumputpun membenciku! Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, tidak kumohon jangan. Jangan mengusirku. Hanya ini tempat yang nyaman, walau aku tidak punya rumah, setidaknya pohon rindang ini dapat melindungiku dari panas dan hujan. "Hey? Sedang apa kau? Kenapa sendirian?" Suara itu? Tidak jangan! Itu pemilik suara yang tadi, dia yang tertawa itu. Jangan mengusirku. "Kumohon ... Hanya ini tempat tinggalku ... Aku tidak tahu harus kemana lagi! Jangan mengusirku! Kumohon ...," Aku langsung bersujud pada pria asing itu. Aku sudah tidak punya harga diri lagi, toh, aku hanya kotoran dari langit! "Eh!?" Pria itu terkejut kurasa dengan tingkahku. "Hey Zack! Siapa yang sujud kepadamu?" Seorang wanita datang mengampirinya. "Aku juga tidak tahu, dia aneh! Lebih baik, kita lanjutkan main-mainnya, ayo Nori!" * * * Akhirnya mereka meninggalkanku, syukurlah ... Krooooo ... Sial, perutku bersuara, aku lapar. Aku terkejut, lima orang itu, mereka semua sedang menyantap makanannya masing-masing. Aku lapar! Pria itu lagi, dia datang kesini! Dia berjongkok, menatap mataku. Kedua tangannya memegang roti. Lalu, salah satu roti itu diulurkan padaku. "Kau mau?" DEG! Tentu saja aku mau! "Maaf, tidak perlu, aku belum lapar," Jawabku bohong. Aku sangat menginginkan makanan itu! "Ambil saja, mungkin untuk cemilanmu?" "TIDAK MAU!" Pria itu terkejut. BLETAK! Dia menjitak kepalaku! "BUKA MULUTMU!" "TIDAK MAU!" "CEPAAAT! AKU TAHU KAU LAPAR!" BLUPP! Dia membuka paksa mulutku dan memasukkan roti itu sekaligus kedalamnya. Glek! Aku menelannya, dia sangat kasar. Pria itu tersenyum padaku. "Namamu siapa nak?" "Sparrax Miola," ucapku dengan malu-malu. "Hahah! Namamu lucu sekali!" Aku memasang wajah jengkel. "Jangan mengejekku!" "HAHAHAHAH! KAK RIO! KAK OLIVIA! KAK NORI! KAK MELINDA! KEMARILAH!" Di-dia memanggil semua saudaranya! Astaga! Aku pemalu! Aku gemetar jika berhadapan dengan mereka semua! Pria dengan jas hitam, Wanita berambut merah panjang, dan dua gadis kembar datang kesini. Mereka semua memandangku. "Ada apa Zack?" tanya seorang wanita yang mempunyai kecantikan luar biasa. "Siapa anak kecil ini?" "HAHAHAH! NAMANYA SPARRAX MIOLA! DIA LUCU SEKALI!" BLETAK! Wanita cantik itu menjitak kepalanya. "Jangan tertawa Zack! Dia masih anak-anak!" "Ini sudah sore, kenapa kau belum pulang? Namaku Nori Finiggan!" Salah satu si kembar berbicara padaku. Aku bingung harus menjawab apa. "Ak-aku ... Aku tidak punya rumah." DEG! * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD