Chapter 36 : Kemarahan Zack

1650 Words
"Hinamo sayang Kakek." * * * Pria itu terkejut mendengar apa yang dikatakan Hinamo, tubuhnya yang rusak terus dipeluk oleh gadis bertudung itu dengan lembut. Isakan tangis menyelimuti mereka berdua. Aku tersenyum memandang hal itu. "Kau menyayangiku?" tanya Pria yang dipanggil Kakek itu pada Hinamo. Wajahnya masih menunjukkan kekesalan yang memuncak. Aliran darah kemarahan mencekik ekspresinya, tetapi Hinamo tidak peduli reaksi yang ditunjukkan oleh Kakeknya itu. Dia terus mengkencangkan pelukannya agar kehangatan terus muncul diantara dirinya dan Kakeknya. "Aku sangat menyayangi Kakek," jawab Hinamo dengan nada yang menggetarkan pilu. * * * Ketika ketakutan dan kebahagiaan menyatu dalam hati, Hinamo mengeluarkan kristal-kristal cair dari kedua matanya, mengubah raut wajahnya yang sebelumnya sendu menjadi sumringah. Dilepaskan pelukan hangat itu dari kendalinya, lalu kedua bola mata birunya menatap wajah Sang Kakek yang tampak tampan di hadapannya itu. Belaian angin membuat rambut Sang Kakek menari mengikuti irama. Sampai suatu kenikmatan itu berhenti ketika bibir pria beriris merah itu terbuka pelan. "Dengar, Hinamo. Sudah kubilang berkali-kali, aku bukanlah Kakekmu, semua yang kaulakukan untukku tidak ada artinya bagiku. Kasih sayang yang kau tumpahkan padaku hanya akan menjadi hal yang sia-sia. Maka dari itu, berhentilah mencoba menolongku. "Hentikan semua hal yang kau anggap baik padaku, asal kau tahu, sebenarnya, aku memiliki niat untuk membunuhmu. Namun, aku selalu menundanya, kenapa? Karena kau terlalu bodoh untuk dibunuh!" Deraian kata-kata yang muncul dari mulut manis Sang Kakek tidak membuat Hinamo rapuh, bisa kulihat, gadis bertudung itu tetap jelas mempertahankan apa yang seharusnya dia lakukan. Dari ekspresi wajahnya, aku mengerti apa yang ada dipikirannya saat ini. Dia tidak peduli dengan perkataan Pria itu, Hinamo masih tetap menyayanginya sebagai seorang Kakek. Suara langkah sepatu Zombila sekilas membuat kepala Hinamo dan Kakeknya menuju wajah temanku. Senyuman yang disunggingkan oleh Zombila bukan semata-mata untuk mencairkan suasana. Tetapi, dia juga bermaksud untuk menyatukan dua Manusia itu menjadi keluarga. "Nah, Hinamo, sekarang kau dapat menenangkan dirimu terlebih dahulu. Jauh-jauh lah dari tempat ini, kami akan melakukan tugas kami," perintah yang dikemukakan Zombila membuat Hinamo tertegun sesaat sampai akhirnya dia mengangguk mengerti dan mencoba untuk menjauhi Kakeknya, walau sebenarnya dia tidak rela. "Kuharap kalian dapat menyelesaikan misi ini dengan sempurna, jika berhasil, aku akan memberikan kalian hadiah yang tidak ternilai oleh apapun. Aku permisi!" Hinamo keluar dari ruangan itu, menundukkan kepalanya dan berjalan lemas menuju pintu. Pakaiannya yang robek-robek menghiasi penampilannya seakan-akan tidak peduli dengan apapun, sementara tampilan wajahnya yang penuh luka kebiruan tetap dia pertahankan agar menjadi bukti nyata kalau dia telah dibelai oleh Kakek kesayangannya. Pandanganku teralihkan pada Jordan yang tengah meletakkan tubuh mungil Cacha di lantai dingin. Paige pun melakukan hal yang sama pada Summer Rae, namun lebih kasar kurasa. "Kalian tidak perlu melakukannya," Sang Kakek berbicara lantang membuat suaranya menggema pada ruangan kecil nan gelap ini. "Percuma saja, obat itu tidak akan berguna sama sekali, aku sudah ditakdirkan seperti ini, Penyihir kecil seperti kalian tidak akan mampu merubah jalan takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Kalian tidak lebih butiran pasir merah yang tidak berharga." Aku menelan ludah mendengar apa yang diucapkannya, kata-kata yang dilontarkannya pada kami disertai tatapan yang menusuk memberikanku ketakutan yang tiada tara. Rio menahan napas dan menjawab, "Bahkan kita belum mencobanya? Lebih baik dicoba dahulu sebelum menilai sesuatu dengan cara berlebihan seperti itu, aku sangat menyukai percobaan-percobaan yang gagal, kenapa? Karena kegagalan adalah suatu pengalaman yang berharga sekali. "Terkadang, kita selalu hanyut ke dalam ambisi untuk berhasil dalam meraih percobaan, padahal, dibalik hal itu, kegagalan lebih bagus agar menjadi pedoman untuk memperbaiki kesalahan yang akan datang. Jadi, cobalah terlebih dahulu?" Pria itu mematung mendengar ucapan Rio yang sangat lembut dan menyentuh. "Uhuk! Uhuk!" Seketika, Rae terbatuk-batuk dahsyat sampai memecahkan keheningan yang baru saja muncul. "Dimana kita sekarang?" tanya Rae pada siapapun itu, tangan kanannya masih memegangi tenggorokannya yang gatal. "Di dalam rumah Hinamo Hula," Rae terkejut mendadak mendengar jawaban dari Paige. Wanita itu menoleh pada Pria bermata merah itu lalu menaikkan alis. "Dia? Hinamo Hula?" tanya Rae polos, bahkan kepolosannya begitu menyebalkan saat ini, karena bukan waktunya untuk bersikap lucu sekarang. "Kukira orang yang bernama Hinamo Hula itu seorang perempuan? Ternyata dugaanku salah ya?" "Dia bukan Hinamo Hula, melainkan Kakeknya," jawaban yang diucapkan Jordan membuat Rae meloncat kaget. "A-APA KAU BILANG? PEMUDA YANG SEDANG BERDIRI DI SANA ADALAH KAKEK DARI HINAMO HULA!?" pekik Rae tidak percaya. "DIA MASIH MUDA! KENAPA KITA MEMANGGILNYA SEBAGAI KAKEK? DAN JUGA, DIA TERLALU GAGAH UNTUK SEORANG KAKEK?" Bagus sekali, lengkingan keras dari Summer Rae membuat kedua telinga Pria asing itu memanas. "DIAM!" Dan bentakan kencang keluar dari mulut tipis Sang Kakek kepada Rae. Rae terdiam seketika, mencengkram pergelangan tangan kirinya. "Aku tidak mengerti, kenapa pria itu bisa-bisanya dijuluki sebagai seorang Kakek, menurutku ini aneh, pemuda tampan seperti itu disebut Kakek? Ini tidak masuk akal!?" Rae menjawab hal ini dengan cerewet sekali. "Rae, aku akan menjelaskannya kalau kita telah menyelesaikan misi ini, sekarang, kita akan memaksa pemuda itu memakan daun Zizi," ucap Rio memakai bahasa yang tenang dan damai. "Hmm?" Rae mengangguk terpaksa. "Apakah Kalian akan mengepungku? Begitu?" ejek Sang Kakek menunjukkan kilatan merah dari kedua matanya pada kami. "Ayo!" Zombila berlari mendekati keberadaan pemuda tua itu, tetapi, ternyata menangkap seorang Kakek ternyata susah juga ya? BUGH! Paige terhempas ke langit-langit ruangan lalu kembali dibanting dengan dahsyat ketika kembali mendarat. "Ah!" Cairan merah kental keluar dari hidung Paige, membuatku khawatir. TRAK! Besi-besi yang tergeletak di sembarang arah langsung melayang kencang pada Rae. Tidak sadar akan hal itu, Rae terkena tubuh beberapa besi besar yang sangat panas. Kulit Rae melepuh seketika, dia meringis. "Ku-kurang ajar!" pekik Rae menatap mata Sang Kakek tampan itu. * * * "Bisakah kalian berhenti melakukan hal itu? Percuma saja, itu tidak akan berguna, kekuatanku lebih besar dari anak-anak seperti kalian! Disini aku adalah seorang Senior!" BRAGH! Rio terbanting kasar dengan mengejutkan, tubuhnya mengenai besi-besi yang lancip, dan kulitnya bergesekan dengan benda tajam itu. Luka muncul diseluruh tubuhnya. TRANG! Sebuah jeruji besi melayang menuju Cacha yang sedang terlelap. Sontak, Jordan langsung berlari dan memukul benda itu agar tidak mengenai Cacha, setidaknya, detik ini dia dapat melindungi nyawa seseorang. * * * Suara kepakan sayap burung tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Dan ternyata benar, ribuan burung terbang memasuki ruangan ini, memutari Sang Kakek yang tengah kebingungan. "Sihir ini!? Aku tahu, ini milik seorang pengendali tubuh!" "HAHAHAHA!" Muncullah derai tawa yang menggelora, dari suaranya, jelas sekali, aku kenal siapa dia! "ZACK!" Rio melengking ketika dirinya menemukan salah satu adiknya tengah berdiri santai di dekat pintu masuk dengan seringaian kejam. "APA YANG KAU LAKUKAN DISINI!?" "Tenanglah, aku hanya ingin membantu kalian, itu saja. Setidaknya, aku dapat mempercepat misi ini bukan?" jawab Zack dengan wajah memerah malu. Rambutnya yang mirip landak terus berdiri tegak, menolak belaian angin sekitar. "Hanya kelembutanlah yang dapat menyadarkan hati seorang Kakek," Dengan langkah gontai, Olivia Malfoy Finiggan berjalan sexy memasuki ruangan ini, melewati Zack yang memandangnya kesal. "Maaf, aku mengganggu." ucap Olivia membungkukkan tubuhnya pada kami semua. "Merasa lebih baik? Itu sangat hebat! Namun, jangan salah sangka jika rantai emas akan menjerat siapa saja yang merasa dirinya paling baik! Karena kesombongan adalah hal yang kubenci hari ini!" Melinda meloncat cepat dan muncul secara tiba-tiba di samping Olivia dengan memasang wajah brutal. "Banyak sekali tikus-tikus kotor yang sering mengganggu aktivitasku, maka dari itu, aku harus memberinya pelajaran agar mereka dapat bersikap layak di hadapanku!" Nori Slowmotion Finiggan menunjukkan dirinya di bawah Zack yang sedang berdiri, dia menampilkan ekspresi cemberut. "Apa tujuan kalian datang kesini!?" tanya Sang Kakek dengan raut wajah kemarahan, aliran darah mengalir lebih cepat ketika dia berbicara. Olivia tersenyum cantik mendengar suara lelaki yang menurutnya hot sekali, dia menghampiri Sang Kakek lalu membelai wajah tampannya. "Ketampananmu itu membuatku tertarik, tetapi sayangnya, usiamu sangat berbeda jauh denganku, jadi, tidak ada cara lain selain melenyapkanmu dari muka bumi ini, Colin Hula!" DEG! Colin terkejut mendengarnya, dia tidak mampu berkata-kata lagi setelah mendengar perkataan Olivia. Wuuuushhhhhh! Dengan kelembutan, Olivia meniup ruangan ini dengan pelan, dan seketika, aura kegelapan yang menyelimuti tempat ini lenyap. Digantikan oleh warna cat merah delima, dan lantai pink imut, bahkan ruangan ini berubah menjadi seperti kamar wanita remaja. Semuanya serba cerah. "Ah, maaf, aku takut dengan kegelapan, jadi dengan sangat terpaksa, kusihir saja tempat ini menjadi lebih hidup," jelas Olivia setelah dirinya selesai meniup ruangan ini, dia tersenyum cantik pada Colin. "Bagaimana? Apakah kau suka dengan desain kamar barumu? Colin? Atau mungkin kau ingin boneka beruang untuk melengkapi kamarmu ini?" "Kembalikan kamar ini menjadi seperti semula!" bentak Colin pada kami semua, dia sangat marah sekarang. "Eh!? Kita sedang ada dimana? Kenapa ruangan ini begitu IMUUUUT!?" Cacha terbangun dan menepuk tangannya kegirangan. Dia sangat senang sekali dengan perubahan ini. Olivia tersenyum memandang Cacha, lalu pandangannya kembali pada Colin. "Mengembalikan? Menurutku ini sempurna?" "SEMPURNA KATAMU!?" WUUSH! BRAKK! Olivia terhempas kencang dan menabrak dinding merah dengan keras. Wanita itu kesakitan. "JANGAN LUKAI KAKAKKU!" Nori berteriak marah, dia membuat semua benda melayang-layang, dan menuju pusat yang ditentukannya, yaitu Colin Hula. "MATILAH KAU! TIKUS TUA!" BRAK! Astaga, ini tidak bisa dipercaya, serangan Nori barusan langsung ditangkisnya dengan santai oleh Colin. "Hanya segitukah kemampuan Para Hero Finiggan?" WUUSH! BRAK! Nori pun mengalami hal yang serupa dengan Olivia, dia dihempaskan menuju dinding dengan kasar sekali. "DIA KEMBARANKU! BERANINYA KAU!" Rantai-rantai emas keluar dari berbagai arah, semuanya menuju ke arah Colin, Melinda mengendalikan itu semua dengan sempurna. TRSKKK! Rantai-rantai itu langsung mengikat tubuh Colin Hula dengan kencang. Namun, BRAK! Rantai emas itu dengan mudahnya dipatahkan oleh energi dari tubuh Colin, Melinda terkejut. WUSHH! BRAK! BRAK! Kali ini, Melinda lebih s***s, dia dihempaskan dua kali dengan kecepatan yang luar biasa menyakitkan. Tinggal Zack yang tersisa, dia menyeringai memandang seluruh saudaranya kalah dalam bertarung. "Kalian semua payah! Hanya melawan Kakek tua saja kalah! Dasar payah!" ejek Zack pada Olivia, Nori dan Melinda. Rio hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat hal itu. "Akan kuhajar dia sekarang!" Zack mengaktifkan kekuatannya. Tubuh Colin sama sekali tidak bisa digerakkan dengan bebas. Zack tersenyum, dia melangkah, mendekati Colin. "Ini akan menjadi hukuman untukmu karena telah menyakiti Cucumu sendiri dan Saudara-saudaraku!" DUAR! DUAR! DUAR! * * * *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD