Obat Perangsang

1076 Words
Seperti yang author bilang jangan lupa tekan tanda love ya untuk nambahin cerita ke perpustakaan kalian Follow author juga ya.  Klik love dibawah kanan ya, author up setiap hari kok Tubuh Citra pun mulai tidak terkendali lagi. "Masih mau mabuk, Cit?" tawar Jane. Citra mengambil minuman lagi untuk yang kesekian kalianya. Akan tetapi sengaja di senggol oleh Niko kemudian menukarnya dengan minuman yang sudah dicampur dengan obat perangsang itu. Jane dan Niko tersenyum satu sama lain dan Citra yang sama sekali tidak sadari itu bahwa dirinya sedang dijebak oleh sahabat dan juga orang yang sudah pernah menyatakan cinta kepadanya itu. "Aku harap kamu benar-benar enggak ngadu sama orang tua aku kalau aku mabuk, hahaha," ucap Citra yang sudah benar-benar sempoyongan. Jane merasa puas karena telah berhasil untuk mengerjai temannya itu. Dia sangat senang bisa menjebak Citra. Apalagi malam itu akan menjadi malam yang sangat membahagiakan dan penuh kemenangan bagi Jane untuk membalas dendamnya. Dia menyaksikan sendiri bagaimana dahulu Niko pernah menyatakan cinta kepada sahabatnya itu. "Ah, cuih. Persetanan dengan persahabatan itu. Kamu sudah merebut apa yang harusnya menjadi milikku, Citra," kata Jane sambil tertawa kegirangan karena berharap bahwa hidup Citra benar-benar hancur malam itu juga. Meski Niko nanti akan merasakan tubuh Citra. Tetapi dia akan tetap mencintai pria itu sebagaimana mestinya dan berusaha untuk tidak memikirkan apa yang pernah terjadi antara Niko dan juga Citra. Apalagi niat dari lelaki itu hanya untuk membalas dendam karena kesombongan dari sifat dari teman Jane itu. Beberapa saat kemudian reaksi dari obat perangsang yang telah diberikan oleh Niko kepada Citra itupun mulai bereaksi. Terlihat dari tingkah Citra yang seperti cacing kepanasan dan mulai mengibaskan tangan didepan wajahnya kemudian mengeluh kepanasan. "Cit, kamu kenapa?" tanya Jane yang sengaja memberi perhatian agar tidak ada satu orang pun yang curiga terhadap akisnya bersama dengan orang yang dicintainya selama ini. Gadis itu terus mengibaskan kedua tangannya, "Pa-panas banget, Jane. Sumpah aku tidak tahan lagi," keluh Citra kemudian hendak melepaskan dress yang digunakan dengan cara menyentuh resleting yang ada dibelakang itu dan hampir saja menurunkannya. Tetapi tangan Jane begitu gesit dan menahan tangan Citra. "Jangan gila dong, Cit. Di sini itu ramai banget, kamu nggak bisa seperti ini. Kamu mau tubuh kamu dilihat sama yang lain?" Jane berusaha untuk menahan agar Citra tidak melakukan hal itu. Tubuh seksi Citra pun terekspos begitu nyata karena hanya mengenakan dress dengan rok pendek. Kulit putih serta kulit yang bersih dan mulus membuat pria mana saja yang melihat akan langsung terangsang. Jane memberikan kode kepada Niko agar lelaki itu mengambil alih dan tidak menimbulkan kecurigaan bagi siapa saja yang ada di sana. "Biar gue yang bawa pulang," kata Niko berusaha meyakinkan yang lainnya. Di sana juga ada Via yang menyaksikan, gadis itu merupakan teman sekelas dari Citra yang juga diundang. "Mau bawa Citra ke mana?" "Mau antarin pulang," "Dia kan mabuk. Bisa-bisa orang tuanya marah," cegat Via dan berusaha menahan Niko yang hendak membawa Citra pergi. Jane yang melihat keduanya berdebat, ia menghampiri Via yang berusaha menahan aksi Niko. "Tenang aja lo, Via. Dia bakalan bawa Citra ke tempat gue kok, kita kan masih ada acara," "Sialan lo semua cerewet banget, gue nggak tahan," ucap Citra. Via langsung menatap Citra curiga, tidak seperti biasanya gadis itu bersikap seperti orang yang penuh gairah. Ia melihat dengan penuh kecurigaan. "Tenang aja, lo tahu sendiri, kan. Gue sahabat baik Citra dari dulu," kata Jane berusaha meyakinkan. Via tidak bisa berkomentar apa-apa karena dia tahu bahwa Jane dan Citra bersahabat dengan begitu baik bahkan sudah seperti saudara kandung. Yang ke mana-mana selalu saja bareng. Via melepaskan tangan Niko yang menahan lelaki itu pergi membawa Citra entah ke mana. Jane tersenyum memberikan kode kepada Niko dan dibalas dengan senyuman oleh lelaki yang sangat dia cintai itu. Niko merasa sangat menang dan berhasil membawa Citra keluar kemudian membawa gadis itu masuk ke dalam mobil spot yang diberikan oleh kakaknya. Alfa Mahendra, siapa yang tidak mengenal pria dengan watak yang super dingin bahkan bisa dikatakan bahwa dia adalah gila bekerja. Kakaknya merupakan direktur dibeberapa perusahaan dan Niko mengambil jalan berbeda. Dia yang tidak berniat sama sekali untuk mengenal bisnis dan menyibukkan diri seperti kakaknya. Berhasil masuk ke dalam mobil, Niko membawa Citra keluar dari tempat Jane mengadakan pesta ulang tahun itu. Tepat di depan hotel mewah di Jakarta. Niko masuk dan membawa Citra dengan keadaan mabuk. Beberapa orang pun membantunya. "Dia adik saya, dan saya tidak berani membawanya pulang karena mabuk. Orang tua menyuruh saya menjemputnya," itu adalah alasan yang dilontarkan oleh Niko saat ditanya keadaan Citra yang sangat mabuk berat. Jalannya yang sempoyongan. Bahkan dia sudah tidak tahan lagi jika melihat lekuk tubuh dari Citra yang sangat menggoda itu. Tubuh dari gadis yang hanya ditutupi dengan dress dan kulit mulus Citra menyentuhnya beberapa kali dan membuat Niko merinding jika bersentuhan langsung dengan gadis tersebut. Bagaimana mungkin dia bisa menahan dirinya jika melihat Citra yang begitu cantik dan bersih. Tentu saja sebagai gadis kaya raya, perawatan selalu rutin dilakukan. Niko meneguk salivanya saat sudah berada di kamar hotel. Gadis itu telah terbaring di sana dan sepatuhnya yang sudah dilepas oleh Niko tadi sebelum membaringkan gadis itu. Sebelah kaki Citra terangkat dan menampakkan celana pendek yang dikenakan sebagai dalaman kedua oleh gadis itu. Lagi-lagi Niko sudah tidak tahan dan segera ingin menyerang gadis itu, akan tetapi melihat tampang polos dari Citra membuatnya tidak tega jika menghancurkan hidup Citra saat itu juga. Malam itu ia akan memiliki Citra beserta tubuh gadis yang sudah menolak cintanya waktu itu. Kemudian itu yang menjadi dendam bagi Niko dan merasa berat untuk tidak membalas kepada perlakuan Citra yang sudah keterlaluan. Selama ini tidak ada satupun gadis yang menolakya. Namun, dengan bodohnya gadis itu menolak dengan alasan bahwa dia tidak ingin berpacaran. Niko memulai aksinya dengan mengelus bahu Citra perlahan hingga suara lenguhan mulai terdengar hebat. "Pelankan suaramu, Baby!" ucap Niko kemudian mencium kening Citra. Citra memang mabuk berat, akan tetapi dia masih bisa merasakan bagaimana perlakuan seorang pria terhadapnya. Mata Citra terbelalak ketika menyadari apa yang sedang dilakukannya, "Niko!" ucapnya terkejut. Dia melihat Niko mencium lehernya. Dengan kekuatan yang masih tersisa dimiliki oleh Citra. Ia mendorong akan tetapi kekuatan Niko jauh lebih besar. Ia membiarkan Niko terus mencecapi setiap inci lehernya dan menunggu Niko lengah. Buuugh Tendangan dari lutut Citra tepat mendarat pada area s**********n Niko hingga membuat lelaki itu jatuh dari atas tubuh Citra. Ia menyingkirkan tubuh Niko yang merasa begitu kesakitan. "Citra b******k," Citra menarik kembali resleting dressnya yang diturunkan dan belum sempat dibuka oleh Niko. Tentu saja dia yakin bahwa dilehernya pasti sudah penuh dengan tanda merah akibat perbuatan Niko. Dengan kepala yang begitu pusing dan panas yang menjalar disekujur tubuhnya Citra berusaha kabur dengan cara membuka pintu kamar hotel dan berlari keluar.... . 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD