Hampir diperkosa

978 Words
Follow author juga ya.  Klik love dibawah kanan ya, author up setiap hari kok   Citra berhasil kabur dari Niko yang hendak melakukan hal yang sangat memalukan itu terhadapnya. Tidak pernah disangka oleh Citra bahwa lelaki itu akan melakukan hal nekat seperti yang ada di dalam pikirannya. Mata yang terlihat begitu ketakutan, dengan kaki telanjang Citra keluar dari hotel dan berlari keluar sementara Niko tetap mengejarnya dengan tenaga seadanya. Ia berdoa kepada Tuhan semoga Niko tidak menemukannya. Dress yang sudah compang-camping itu membuat Citra terlihat seperti orang yang baru saja sedang bertengkar dengan seseorang. Kesadaran yang terlalu sedikit membuatnya begitu kesulitan untuk berlari dari hadapan lelaki itu. Napas yang menderu serta helaan napas yang berkali-kali dari tadi dia embuskan begitu saja dengan kasar. Di luar sana ada seorang pria yang sedang menerima telepon dan menghubungi salah satu rekannya untuk mencari keberadaan Niko. Dia adalah Alfa Mahendra, sedang berdiri di sebelah mobil putih mengkilat sedang melihat ke arah jam tangan. Ke mana adiknya itu pikirnya? Seorang gadis berlari dengan sempoyongan ke hadapan Alfa. Alfa berusia tiga puluh tahun dan dia benar-benar gila bekerja. Semenjak kepergian sang Ayah, tanggung jawab terhadap kedua adiknya adalah menjadi tanggung jawabnya juga. Apalagi dia menjadi tulang punggung keluarga hingga tidak memikirkan siapa yang akan dia nikahi kelak. Bahkan beberapa kali bunda telah menjodohkannya. Akan tetapi ditolak begitu saja oleh Alfa karena tidak terlalu tertarik dengan gadis yang disarankan oleh sang bunda. Melihat gadis itu berusaha untuk melarikan diri dengan pakaian yang begitu berantakan. "Please bantuin aku. Di sana ada pria yang mau perkosa-" belum selesai ucapannya. Gadis itu justru jatuh pingsan hingga membuat Alfa merasa bahwa gadis tersebut sedang dalam keadaan mabuk. Bau alkohol yang menyengat membuat Alfa mengibaskan tangannya di depan hidungnya. "Bisa-bisanya bocah ini justru mabuk," rutuknya. Akan tetapi dari kejauhan dia melihat seorang pria sedang berusaha mencari keberadaan gadis itu dan langsung membuat Alfa memasukkan gadis yang tidak dia kenali itu ke dalam mobil. Alfa berusaha untuk bersikap biasa saja dan seolah tidak tahu apa-apa mengenai gadis yang ia masukkan ke dalam mobilnya barusan. Alfa beberapa saat kemudian tersadar setelah pria itu mendekat, itu adalah adiknya. "Niko!" panggilnya dan kemudian Niko mendekatinya. "Kak Alfa, kakak ngapain di sini?" "Kamu yang ngapain di hotel?" "Ah, itu kak. Ada acara sama teman-teman. Ngomong-ngomong kakak ada lihat perempuan yang pakai dress kira-kira panjangnya segini," ucap Niko sambil menjelaskan bentuk tubuh serta pakaian yang dikenakan oleh Citra tadi. Alfa yang mendengar pengakuan adiknya justru merasa miris dengan sikap adiknya yang sudah keterlaluan itu. Berani-beraninya dia hendak memperkosa seorang gadis seperti tadi. Alfa menarik napas panjang kemudian, "Pulang, Niko!" "Kak," "Niko, bunda nungguin lo di rumah. Sampai kapan lo itu b******k seperti sekarang ini? Nggak ada niat lo buat berubah, gitu?" Alfa yang begitu emosi apalagi setelah tahu bahwa yang hendak memperkosa gadis yang berlari ke hadapannya tadi adalah adiknya sendiri. Alfa tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya yang keterlaluan itu. "Oke gue balik," Niko berjalan dengan terpincang-pincang sambil berusaha memegangi area selangkangannya dan membuat Alfa mengerutkan dahinya. "Lo kenapa?" "Nggak ada, lo pulang aja. Gue bawa mobil sendiri," perintah Niko. Alfa kemudian masuk ke dalam mobilnya, sesekali dia melihat ke arah penumpang dan melihat gadis itu memiliki beberapa tanda merah yang ada di sekujur tubuhnya. Alfa merasa itu adalah hal yang sangat menjijikkan. Namun, bagaimana caranya dia membawa gadis itu pulang sedangkan dia tidak tahu alamat tempat tinggal gadis itu. Dari tampang yang dilihatnya, Alfa yakin bahwa gadis itu bukan dari kalangan biasa. Melihat perhiasan yang menempel di leher gadis itu serta jam tangan dengan merk terkenal membuat Alfa semakin yakin bahwa gadis ini merupakan gadis yang dari kalangan bukan orang biasa. Alfa terpaksa mau tidak mau harus membawa gadis ini ke apartemennya. Karena tidak tahu lagi harus membawa gadis itu entah ke mana. Apalagi setelah tahu bahwa yang mengejar gadis tersebut adalah Niko. Barangkali gadis itu berusaha menyelamatkan diri dar kejaran Niko barusan. Ia menarik napas panjang setibanya di apartemen. Bagaiamana pun dia tidak pernah membawa seorang lawan jenisnya ke dalam apartemennya. Untuk menghilangkan sebuah keraguan, Alfa menelepon adiknya yang kamarnya beberapa lantai dari tempatnya sekarang ini. Alfa telah berhasil membawa gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Baru saja gadis itu diletakkan di atas sofa. Gadis itu sudah bereaksi layaknya cacing yang tengah kepanasan. Alfa menyangga dagunya dengan tangan kanan yang bertumpu pada tangan kirinya yang bersedekap di depan perutnya. "Ini gadis dikasih minum apa sampai bisa seperti ini?" Sejenak dia meninggalkan gadis itu karena adiknya menelepon dengan alasan bahwa dia tidak berada di apartemen dan adiknya berada di rumah bunda. Alfa menarik napas kemudian masuk lagi dan menemui gadis itu. Akan tetapi suatu pemandangan yang membuatnya terkejut adalah ketika gadis itu hanya mengenakan celana pendek sebagai dalaman dan baju singlet yang membungkus tubuhnya. Bahkan gadis itu terus mengeluh merasa panas. Alfa membuka browser dan mencari tahu apa yang terjadi pada gadis itu, setelah beberapa kali membaca artikel. Setelah membaca artikel, suara desahan dan erangan gadis itu begitu nyaring ditelinga Alfa. Sebagai pria yang masih normal, tentu saja itu sangat mengganggu. Apalagi kini hanya mereka berdua di kamar itu. "Sakit," ucap gadis itu dan memulai aksinya. Duduk di atas pangkuan Alfa sambil menciumi leher Alfa serta membuka kancing kemeja pria itu. Alfa tidak pernah melakukan itu sebelumnya dengan siapa pun. Dan jika dia melakukannya, ia takut jika terjadi sesuatu kepada gadis itu bahkan dia tidak mengenali gadis itu. Ketika gadis itu mencium leher dan daun telinganya, ia benar-benar sudah tidak tahan lagi. "Apa pun yang terjadi, saya akan bertanggung jawab," begitu pikirnya. Dia menggendong gadis itu ke dalama kamarnya. Sebelumnya ia telah mengunci pintu apartemennya begitu rapat. "Saya tahu ini salah, tapi apa pun yang terjadi. Saya berjanji akan tanggung jawab," bisiknya pada gadis yang terus saja mengeluarkan suara desahannya itu. Awalnya sulit bagi Alfa untuk memulai itu, karena ragu apa yang akan terjadi. Apalagi dirinya yang tidak berpengalaman sama sekali. Karena itu merupakan suatu hal yang begitu rumit baginya. Karena pertama kalinya bagi Alfa untuk melakukan hubungan intim itu. Suara desahan gadis itu yang terus saja terdengar membuatnya benar-benar tidak habis pikir akan kejadian berikutnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD