Seperti hari-hari yang ia lewati biasanya, ia pulang dengan penuh semangat, namun kali ini pikirannya dipenuhi tentang Krystall,
"Kali ini apa ya? Apa mereka akan bermain? Berlatih pedang? Belajar lagi? Atau sekedar minum teh di taman?", "Ah, aku menantikannya!"
Sesampainya di rumah, Ellisa memilih untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket karena terus berkeringat sepanjang hari terlebih dahulu. Begitu selesai, ia mulai merebahkan tubuhnya perlahan. Lelah. Setelah menemukan posisi yang nyaman, ia mulai memejamkan matanya yang sudah amat berat itu dan memasuki alam mimpi yang selalu dirinya nanti.
•••
Ellisa's pov
Aku membuka mataku perlahan, menatap sekeliling dengan begitu antusias, memperhatiakan setiap orang yang ada di sana.
"Eh, apakah sekarang aku berada disebuah kereta kuda? Kami akan pergi kemana hari ini?",
"Aku menantikannya!".
Setelah perjalan yang cukup lama dengan jalan berbatu dan berlumpur akibat hujan yang terus turun akhir-akhir ini, sepertinya kami telah sampai di tempat tujuan. Tepat di hadapanku terdapat sebuah castell yang bisa dibilang amat besar,
"Wah.. Luas sekali!", ucapku terkagum-kagum. Namun tak sempat mengagumi tempat itu, terdengar suara pelan yang mengatakan "Yah lumayan, namun tentu saja tempat ini tak sebesar milik keluarga Aberald", Krystall! Bagaimana bisa kamu mengomentari tempat tinggal seseorang semudah itu? Tapi di sisi lain, tentu bukan suatu hal yang mengherankan mendengar seorang antagonis berbisa dengan tajam.
Krystall melangkahkan kakinya turun dari kereta tersebut, dapat terlihat seorang butler menghampiri kami, memberikan salam dengan tatapan yang menunjukan sedikit ketakutan melihat nonna muda yang terus menatapnya dengan angkuh itu,
"Selamat datang di kediaman Arcello, saya akan mengantar Anda ke arah ruang dimana acara itu akan dilaksanakan. Mari, nonna Aberald",
Butler itu mengarahkan kami ke sebuah taman indoor yang dipenuhi dengan berbagai macam bungan dan kupu-kupu, terlihat sangat indah!
"Nonna, kita telah sampai. Kalau begitu saya akan undur diri, selamat menikmati waktu anda", setelah mendapatkan anggukan dari Krystall, pria itu membungkukkan badannya lalu melenggang pergi.
Krystall masuk ke taman itu, menerima sapaan dari nonna bangsawan lainnya yang tengah menikmati teh dengan ditemani tawa dan senyuman pada wajah mereka. Aku melihat Krystall mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang kosong, lalu seorang pelayan menghampirinya dengan menyajikan secangkir teh yang nampak sama seperti teh lainnya.
"Maaf atas keterlambatanku, ternyata perjalanan ke kediaman Arcello ini cukup memakan waktu", ucap Krystall berbasa-basi
"Tak apa nonna, berjalan-jalan menggukanan kereta kuda memang menjadi sedikit sulit akibat hujan yang terus menghujami kerajaan akhir-akhir ini", balas salah satu nonna dengan senyumnya, mendengar itu Krystall menunjukan 'senyuman'-nya
"Astaga, Anda begitu pengertian nonna. Betapa berterima kasihnya saya mendengar hal itu",
"Ah, Anda tidak perlu berterimakasih apalagi berbicara dengan formal kepada saya seperti itu. Nama saya Laura, senang rasanya bisa bertemu dengan Anda di sini",
"Laura? Nama yang cantik, kamu bisa memanggilku Krystall",
"Mana mungkin saya berani melakukan hal itu? Anda terlalu merendahkan diri", mendengar jawaban Laura, Krystall hanya memberikan senyum tipis lalu menyesap teh yang ada di hadapannya dengan tenang seraya mendengarkan secara hati-hati pembicaraan para nonna yang tengah asik berbincang itu.
•••
Entah mengapa, namun waktu terasa amat cepat berlalu. Ternyata para nonna ini memiliki berbagai macam obrolan, entah gossip miring tentang bangsawan yang sedang hot, para pemuda-pemuda tampan di kerajaan ini, pakaian, aksesoris atau kabar tentang bangsawan baru yang tengah naik daun.
Sudah berapa lama mereka berbincang seperti ini? Apa mereka tidak merasa lelah sama sekali dengan celotehan panjang itu? Aku memperhatikan Krystall yang telah mengisi ulang cangkirnya untuk yang keempat kali, entah mengapa namun teh itu terlihat sedikit aneh. Warnanya terlihat lebih pekat.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya tea party itu selesai, setelah saling berpamitan para nonna itu mulai beranjak dari tempat duduknya. Begitu juga dengan Krystall, aku dapat melihat wajahnya yang terlihat cukup lelah dengan dia yang terus memapah tubuhnya sendiri dengan memanfaatkan tembok yang ada di lorong itu.
Tepat setelah ia melihat Merry yang sedang mendekat, menyambut dirinya. Ia terhenti dan kehilangan kesadaran.
Dapat terlihat jelas bahwa Merry sangat khawatir, ia berteriak ke arah ksatria dari keluarga Aberald yang mengawal perjalanan mereka. Laura yang melihat itu pun tak hanya diam, ia langsung meminta bulternya untuk segera memanggil tabib untuk memeriksa keadaan 'teman'nya itu.
•••
Setelah diperiksa secara menyeluruh oleh tabib kepercayan keluarga Arcello, tabib itu menyatakan bahwa tidak ada hal aneh sedikitpun pada Krystall. Pria paruh baya itu berkata
"Tidak ada yang masalah apapun pada tubuhnya, beliau hanya kekurangan cairan dan mungkin karena faktor dimana beliau juga kelelahan, nonna ini akhirnya kehilangan kesadaran", semua orang yang ada dalam ruangan tersebut dapat bernafas dengan lega setelah mendengar pernyataan dari tabib tersebut.
Setelah mengucapkan terima kasih, Merry berpaminatan untuk kembali ke kediaman Aberald. Kami kembali menempuh perjalanan yang tidak sebentar dengan ditemani guncangan di sepanjang perjalanan. Aku terus
berpikir, sibuk memikirkan hal yang baru saja terjadi pada Krystall.
"Kekurangan cairan, katanya?", ujanku dengan penuh rasa heran
Namun, bukankah Krystall terus meminum teh sepanjang obrolan tadi berlangsung? Jika tidak salah, aku mendengar salah satu nonna mengatakan bahwa teh chamomile yang disajikan terasa nikmat. Dehidrasi? Setelah dirinya menghabiskan 4 cangkir teh chamomile? Bagaimana mungkin itu terjadi??
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, aku menatap Krystall yang bibirnya mulai membiru. TUNGGU! MEMBIRU???? APA INI AKAN BAIK-BAIK SAJA????
Aku merasakan kekhawatiran yang begitu besar, kenapa? Bukankah dirinya hanyalah seorang tokoh antagonis pada suatu novel?
Akhirnya kami tiba di kediaman Aberald, Merry langsung bergegas keluar dari kereta kuda dan mencari pendeta sementara Ed ksatria itu membopong Krystall lalu mengikuti langkah Merry dengan perasaan yang tak kalah khawatir.
Ed masuk ke dalam kamar Krystall, meletakan nonna yang sudah terlihat sangat lemah itu di atas ranjang. Tak lama kemudian seorang tabib datang bersamaan Dominic Aberald yang merupakan kepala keluarga sekaligus ayah Krystall.
Ketika tabib telah selesai dengan pemeriksaannya, Albert Aberald, putra tertua Dominic datang dengan tergesa-gesa
"Maaf, tuan. Nonna sudah tidak bisa diselamatkan, beliau telah tiada", ucap tabib itu dengan perasaan berat. Semua orang yang ada di ruangan itu terlihat terkejut
"BAGAIMANA BISA PUTRIKU MENINGGALKANKU TERLEBIH DAHULU?! APA MAKSUD DARI OMONG KOSONGMU?! APA KAU SIAP MENANGGUNG AKIBAT DARI PERKATAANMU ITU??", gertak Dominic tak terima
"Maaf tuan, namun jika mendengar penjelasan yang Merry dapat dari tabib keluarga Arcello saya merasa yakin bahwa nonna telah diracuni dengan racun yang sangat sulit didapatkan. Pada awalnya orang yang meminum itu akan merasa lemas, pusing, kehilangan kesadaran hingga racun itu menyebar keseluruh tubuh yang dapat mengakibatkan kelumpuhan hingga kematian", jelas tabib itu kepada tuannya.
•••
*GASP* Aku terbangun dari mimpi itu masih dengan perasaan cemas dan bingung, mencerna apa yang telah terjadi pada Krystall.
Awalnya ia mengira bahwa mimpi itu akan berakhir, namun ia terus memimpikan Krystall ketika ia beranjak dewasa secara berkali-kali juga melihat berbagai macam kejadian dimana Krystall berakhir terbunuh.