Bab 2

869 Words
"Tunggu.. BUKANKAH INI??!", "UEEE?! (MERRY?!)", ia terkejut melihat Merry seseorang yang merupakan salah satu alasan hidupnya akhir-akhir ini membaik dan terasa bahagia berada tepat di hadapannya. "Kalau begitu, bukankah itu artinya aku masih hidup? Kemungkinan terburuknya adalah aku mungkin ada dalam kondiri kritis", diam. Ellisa memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi pada dirinya yang 'asli', cukup memusingkan dan membuatnya merasa sedikit khawatir. Namun ada hal yang membuatnya lebih heran, "Kenapa aku malah merasa lega dan tenang dengan keadaan ini? Apa ini karena aku yang sudah tidak asing dengan 'dunia' ini?" Mungkin kalian bingung, bagaimana kalau kita mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada Ellisa? ••• Tepatnya pada tanggal 05 Januari 20XX, ketika Ellisa merasa sangat lelah dan dibuat pusing oleh berbagai macam tagihan yang harus segera ia bayar. Ia melihat sebuah perpustakaan, sebuah tempat yang cukup sering ia kunjungi. Dulu. "Ah.. Aku sangat suka membaca buku, ya? Aku hampir melupakan hal itu", ia menatap bangunan yang terus berdiri dengan kokoh di pinggiran kota itu dengan cukup lama, terlihat tenang. Sudah lama ia tak mengunjungin tempat itu. Setelah ia mempertimbangkan hal itu, sepertinya bukan ide yang buruk untuk kembali menikmati sebuah buku, hal yang dulunya sangat ia gemari. Ia membawa tubuhnya yang lelah masuk ke dalam perpustakaan tersebut, sama seperti biasanya tempat itu dipenuhi oleh bau buku dan Ellisa menyukai hal itu. Menjelajahi berbagai sisi gedung tersebut, Ellisa memilih untuk masuk ke area yang dipenuhi oleh novel-novel terbaru. Setelah bingung dan bertarung dengan pikirannya, matanya tertuju pada sebuah novel fantasy remaja. "Hey, Princess", sebuah novel yang secara garis besar menceritakan kisah romansa bagaimans seorang putra mahkota dari kerajaan CELLAMBUS jatuh hati pada gadis bernama Violla Ashananta Morbe dari keluarga Count yang telah bangkrut namun begitu dicintai oleh masyarakat kecil karena kebaikan hatinya yang gemar membantu dan orang-orang yang kesusahan. Setelah menikmati waktunya membaca buku, Ellisa kembali bekerja hingga larut malam seperti hari-harinya yang lalu. "Sayang sekali, ini hanyalah cerita romansa pada umumnya yang berpusatkan pada para tokoh utama dan berfokus pada perkembangan hubungan mereka. Cukup bagus untuk dinikmati secara ringan", ia akhirnya meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang lebih baik. ••• Ellisa's pov Kali ini aku juga berhasil melewati hari melelahkan, merebahkan tubuhku pada tempat tidur yang sudah cukup tua, mencari posisi yang nyaman dengan memejamkan mataku hingga tertidur. "Ughh, cahaya apa ini?", aku membuka mataku dan melihat sekeliling.. cantik. "Ada di mana ini? Bagaimana bisa aku berada di sini?", dibandingkan dengan kebingungan yang melanda, aku justru merasa kagum dengan tempat dimana diriku berasa saat ini, sebuah lorong yang luas dengan nuansa eropa kuno. Aku berkeliling dengan tenang, hendak bertanya kepada seseorang "Sebenarnya aku ada dimana?", Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya aku melihat seseorang yang sedang membawa sebuah nampan dengan segelas s**u di atasnya, ia berpenampilan seperti waiter, namun memiliki paras yang cantik dan memikat. Aku mendekatinya, mencoba bertanya dengan sopan, "Permisi, ini di mana ya?", tanyaku dengan kikuk kepada wanita itu. Ia terus berjalan tanpa memberikan respond sedikit pun, bahkan melirikku saja tidak. Aku mengikuti dengan berjalan tepat di sampingnya, dipenuhi dengan pertanyaan yang tak tertahankan.. Aku akhirnya kembali melontarkan pertanyaan kepadanya dengan harapan akan mendapatkan sebuah jawaban, "Maaf, bisakah aku tau tentang bagaimana aku bisa berada di sini?", nihil. Ia tetap tidak memberikan jawaban apa pun. "Sebenarnya ini di mana?", "Bagaimana aku bisa berada di sini?", "Tidak mungkin aku diculik atau dibawa oleh seseorang ke tempat ini", "Apa aku sedang bermimpi?", "AKU TIDAK TAHAN LAGI!". Aku mempercepat langkahku dan berusaha untuk menghalangi jalannya, "apapun yang terjadi, aku akan tetap mempertahankan posisi ini!", pikirku penuh dengan tekad. "eh?", "EH????", Wanita itu melewatiku begitu saja. Tidak. Lebih tepatnya ia menembus tubuhku, dan terus melanjutkan langkahnya. Tak sempat untuk berdiam, aku berpikir kalau akan lebih baik jika aku mengikutinya, "Siapa tau aku akan menemukan suatu petunjuk, kan?" Setelah berjalan kurang lebih 2 menit, kami akhirnya berhenti di depan sebuah pintu tinggi nan besar. Ia membuka pintu tersebut, aku memperhatikan isi ruangan tersebut dan kembali tercengang untuk kesekian kalinya. Dengan masih mengagumi ruangan itu, kami kembali menghentikan langkah. Aku melihat sosok gadis kecil berusia sekitar 6 tahun yang tengah sibuk menggambar dengan tangan kecil miliknya, "Manis sekali", "Nonna, saatnya tidur siang. Sebelum itu, Anda harus meminum s**u ini terlebih dahulu", ucap wanita tadi dengan nada yang lembut. Gadis itu menghentikan kegiatannya dengan senyum senang menghiasi wajah manis itu. "Ya, Melly. Ah, lihatlah ini! Lili menggambal Lili, ayah, kakak, Melly juga Ed", ia berbicara dengan nada yang menggemaskan khas anak kecil. "Lili juga menulis nama di atasnya, lihatt! Klistall Quin Abelal", lanjutnya dengan penuh semangat "Wah, Anda memang sangan pintar nonna Krystall Quin Aberald", jawab Merry yang tengah menahan dirinya untuk tidak mencubit gemas Krystall. "Baiklah, sekarang saatnya tidur nonna". ••• Setelah malam itu, aku terus melihat Krystall tumbuh menjadi seorang anak yang aktive, periang, namun sangat konsisten, rajin juga memiliki ketertarikan yang tinggi akan suatu hal baru. Aku melihatnya berlatih pedang, berdansa, berenang bahkan belajar tata krama dasar seorang bangsawan. Setiap malam, mimpi itu terus berlanjut. Sebenarnya aku juga tidak masalah dan cukup menikmati semua pemandangan itu, walaupun awalnya memang sedikit mengganggu dan membuatku tidak nyaman.. sekarang aku merasa bahwa hal itu menyenangkan, bahkan membuatku menantinya. Semuanya terasa baik-baik saja hingga hari itu terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD