Kejadian kemarin malam membuat kepala Rena masih berdenyut pusing hingga pagi ini. Semuanya terasa membingungkan. Rendi sahabatnya berteman dengan Dimas. Dimas yang tidak suka Rendi dekat-dekat dengannya, semua itu membuat Rena kembali meringis. Sepertinya ia butuh obat agar rasa sakit itu segera hilang. “Mbak Lastri,” panggilnya. Asisten rumah tangga sekaligus kakak baginya itu kini sudah berada di samping tempat tidur Rena dengan nampan di depan d**a. “Ada yang bisa Mbak bantu, Non?” Mbak Lastri curiga jika Rena tidak baik-baik saja. Bibir gadis itu pucat dan pelipisnya berkeringat. Mbak Lastri langsung mendekati Rena, ia tidak peduli jika dianggap lancang. Yang terpenting adalah keadaan Rena. Saat memeriksa kening Rena, Mbak Lastri membulatkan mata

