Part 40 Sang Desainer

1118 Words
10 Tahun Kemudian Menjadi seorang desainer terkenal adalah cita-cita seorang Kiandra sepuluh tahun yang lalu. Kini cita-citanya dulu sudah menjadi kenyataan. Kiprahnya dalam bidang desain tidak bisa diragukan lagi. Dengan tangan dinginnya, Kiandra bisa menciptakan berbagai gaun yang sangat cantik memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Semenjak dia lulus dari sekolah desain, Kiandra lebih memilih menetap di Paris. Mengembangkan karirnya sebagai seorang desainer internasional. Tiba-tiba ponsel Kiandra bergetar, saat melihat ponselnya, dia tersenyum. Karena yang menghubunginya kali ini adalah sahabat baiknya. Yang tidak lain adalah Aurel. Kiandra pun langsung mengangkatnya. “Tumben menghubungiku. Aku kira sudah lupa kalau mempunyai sahabat,” sindir Kiandra. Terdengar tawa dari Aurel. Kiandra yang mendengar tawa sahabatnya itu, dia pun juga ikut senang. “Kian, Apa kamu tidak pengen pulang ke Indonesia?” tanya Aurel. “Aku belum bisa pulang. Karena masih banyaknya peragaan busana yang harus Aku hadiri. Jika jadwalku sedikit longgar, mungkin bisa aku sempatkan untuk pulang. Tapi untuk dekat-dekat ini masih belum bisa,” ucap Kiandra. Sebenarnya Kiandra juga sangat merindukan kamu halamannya. Sudah sangat lama dia belum pulang ke Indonesia. Karena yang lebih sering, keluarganya yang datang ke Paris untuk menemuinya. “Sangat disayangka, Kian. Karena sekolah kita mau mengadakan reuni Akbar angkatan kita. Apa kamu tidak ingin pulang mengikuti reuni?” tanya Aurel. Aurel sangat berharap sahabatnya itu bisa pulang dan menghadiri acara reuni. Karena dia sangat merindukan sahabatnya itu. Sudah lama dia tidak berjumpa. “Aku lihat jadwalku dulu, Rel. Karena aku disini juga sudah teken kontrak. Jadi tidak bisa sembarangan buat pulang dan berlibur,” ucap Kiandra. Aurel yang tahu kesibukan sahabatnya itu, hanya bisa menghela nafas dan mencoba mengerti. “Baiklah kalau seperti itu. Aku berharap kamu bisa datang di acara pernikahanku. Meskipun kamu tidak bisa datang di acara reuni,” ucap Aurel. Qiandra yang mendengarnya tersenyum simpul. “Kalau untuk acara pernikahanmu, aku akan mengusahakannya datang. Bagaimana mungkin aku tidak datang di acara pernikahan sahabatku sendiri. Sahabat macam apa aku kalau seperti itu. Tenanglah, aku sudah mengosongkan jadwalku di tanggal pernikahanmu. Jadi aku pasti akan pulang. Aku pun sudah menyiapkan gaun terindah untuk sahabatku ini di acara pernikahannya nanti. Aku ingin sahabatku terlihat sangat cantik layaknya seorang Cinderella. Dan menjadikan tatapan mata semua orang tertuju kepada dirinya,” ucap Kiandra. Aurel yang mendengarnya, benar-benar sangat bahagia. Dia tidak menyangka kalau sahabatnya itu sudah mempersiapkan segalanya buat dirinya. “Aku sangat merindukanmu, Kian,” ucap Aurel yang sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Kiandra yang melihat sahabatnya menangis dari panggilan video tersebut, dia mencoba tetap tersenyum. “Jangan menangis. Lihat matamu itu bengkak karena menangis. Aku juga sangat merindukanmu. Sudah tutup saja teleponnya aku sedang sibuk,” ucap Kiandra sambil menutup panggilan dari Aurel. Bukan tanpa alasan Kiandra melakukan semua itu. Dia tidak ingin sahabatnya melihat dirinya sedih. Terlebih lagi menangis. Lebih baik sahabatnya melihat dirinya tersenyum daripada menangis. Setelah selesai telepon, Kiandra pun melanjutkan pekerjaannya. Untuk kali ini, dia sedikit extra untuk menyelesaikan semua tanggungannya yang ada di Paris. Banyak para artis Hollywood yang memesan gaun kepada dirinya. Karena di Paris, Kiandra sudah mempunyai nama nama dan juga butik yang sudah cukup terkenal. “Miss... Apa gaun ini sudah bisa kita packing?” tanya salah satu pegawai butik miliknya itu. Kiandra menatap gaun yang ada di tangan salah satu pekerjaannya, dan dia pun menganggukkan kepala.. “Packing yang rapi gaun itu. Karena gaun itu adalah gaun pesanan Tuan Thomas untuk sang istri. Sebagai kado anniversary pernikahan mereka. Jadi tolong bungkus yang rapi. Karena sebentar lagi Tuan Thomas akan mengambilnya,” ucap Kiandra. “Baik, Miss,” ucap Felic. Salah satu pekerja di butik milik Kiandra. Kiandra menghentikan pekerjaannya. Menyandarkan kepalanya di kursi. Jika teringat akan sekolah, Kiandra tiba-tiba teringat akan Davon. Sesosok pria yang sudah mencuri hatinya. Semenjak dia pergi, Kiandra tidak pernah mendapat kabar darinya sama sekali. Dia seperti hilang ditelan bumi. Teman-temannya pun tidak ada yang tahu kabarnya. “Entah aku masih bisa bertemu denganmu apa tidak, Von. Sudah lama sekali kamu pergi,” ucap Kiandra. ☃️☃️☃️ Waktu 10 tahun sudah merubah sosok Davon menjadi pria yang mapan dan juga sukses. Billionaire muda adalah sebutan dari nya saat ini. Parasnya yang tampan semakin membuat sosok Davon diidolakan banyak para wanita. Terlebih lagi tangan dinginnya saat mengelola perusahaan. Namun sangat berbeda jauh dengan kisah percintaannya. Semenjak dia pindah ke New York, Davon tidak pernah sekalipun terlihat membawa seorang wanita. Banyak sekali orang mengira kalau dirinya tidak normal. Suka akan sesama jenis. Karena kalau kemana-mana dia lebih sering dengan sahabat laki-lakinya. Dari keempat sahabatnya yang bernama Lion, Steve, Vai dan juga Ramon, dia sendiri yang tidak menggandeng wanita. Jika para sahabatnya mengenalkan seorang wanita padanya, dia lebih sering menolak daripada menerima. Davon menatap gedung-gedung pencakar langit yang terlihat jelas dari perusahaan miliknya. Sampai saat ini, Davon diam-diam selalu memantau Kiandra yang berada di Paris. Rasa cintanya kepada Kiandra, tidak berkurang sedikitpun. Meskipun dia sudah tidak pernah bertemu lagi lagi dengan Kiandra. Namun, Davon percaya. Kalau Tuhan akan mempertemukan dirinya dan juga Kiandra pada waktu yang tepat. Dia masih ingin melihat Kiandra menggapai cita-citanya terlebih dahulu. Dan jika waktunya sudah tepat dia akan menemuinya dengan caranya sendiri. Sahabatnya pun tidak ada yang tahu akan kisah percintaannya itu. Karena buat Davon, kisah percintaannya hanya milik dia. Bukan konsumsi untuk public. “Apa yang sedang kau lamunkan, Von,” ucap Steve mengagetkan Davon. Davon pun menoleh ke asal suara. Dan ternyata para sahabatnya datang menemuinya. Davon sangat heran. Tumben-tumbenan mereka datang secara bersamaan ke perusahaannya. Karena mereka biasanya lebih sering bertemu di klub atau ke apartemen. “Ada acara apa kalian datang semua ke sini? Apa ada hal yang penting yang mau kalian bicarakan? Karena kalian juga masih memakai baju kantor?” tanya Davon. Tanpa menjawab pertanyaan Davon, mereka berempat duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Davon. “Kenapa kalian tidak menjawab pertanyaanku?” Davon sedikit kesal melihat tingkah para sahabatnya itu. Dan akhirnya Lion pun mulai membuka suaranya. “Von, kita berempat mau kamu kencan buta dengan wanita pilihan kami,” ucap Lion mewakili para sahabatnya. Davon yang mendengar perkataan sahabat itu, dia menepuk jidatnya. Bagaimana mungkin para pria matang yang ada di depannya kali ini menyuruh dirinya untuk kencan buta. Dia merasa kalau dirinya benar-benar sudah tidak laku lagi. Sampai-sampai para sahabatnya menyuruh dirinya untuk kencan buta. “Kalian sudah gila apa menyuruhku kencan buta? Emangnya aku pria yang tidak laku? Sampai-sampai kalian mempunyai pikiran menyuruhku untuk kencan buta? Aku sendiri bukan berarti aku tidak mencintai seorang wanita. Aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk mengenalkan dia kepada kalian semua,” ucap Davon. Semua sahabatnya pun kaget mendengar perkataan Davon barusan. Karena mereka belum pernah sama sekali melihat Davon menggandeng seorang wanita. Malahan sekarang bilang mencintai wanita. Mereka berempat semakin bingung dibuatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD