Chapter 5

1641 Words
Kingdom Of Atheria King Of Heimidalr Kerajaan Atheria berada di jantung Ibukota Fallenheim. Satu-satunya wilayah dengan pertahanan sihir yang paling kuat. Bukan saja di dukung oleh Para Pendeta Agung dari Dataran Bukit Eddas, melainkan juga karena garis keturunan Heimidalr memiliki kekuatan yang diberkahi oleh Para Dewa Agung dari Puluhan ribu silam. Raja Atheria yang sekarang adalah seorang pria jangkung berbadan besar yang terlihat berusia 45 Tahun. Dia adalah Raul Erqian Heimidalr. Raja Heimidalr berdiri bersama dengan ratu, Inca Herrias Laurentius di Herja Hall. Sebuah Gazebo yang terletak di bagian utara kerajaan dan di tengah-tengah danau. Herja Hall di bangun sangat megah untuk mengenang Istri Kedua Raja, yaitu Herja. Raja memandangi langit yang tampak berkabung. Seolah dia tidak akan pernah melihat warna biru yang cerah lagi. Banyak hal yang membuat dirinya bertambah semakin lemah. Terutama ketika dia melihat Fallenheim yang semakin lama semakin sekarat. 300 tahun lamanya mereka mencari penyelamat terakhir, harapan terakhir Fallenheim. Akan tetapi tidak ada tim yang berhasil menemukan dia. Raja bahkan telah memerintahkan tim elit khusus yang terdiri dari kumpulan orang-orang terhebat di seantero Fallenheim. Lalu betapa terguncang dirinya, ketika matanya memandang ke balik bukit batu yang mengelilingi Kerajaan Atheria. Langit yang seolah tidak akan pernah berwarna lagi tiba-tiba saja tersibak bak tirai. Dan semburat warna biru keluar dengan cahaya matahari yang bersinar sampai-sampai membutakan mata. “Demi Para Dewa!! Apa Itu?” Teriak suara-suara dayang dan para pengawal Raja dan ratu yang berdiri 20 meter dari Herja Hall. Raja dan Ratu tertegun beberapa saat. Lalu seolah seluruh beban hidup yang menghantui mereka hampir sepanjang sejarah keberadaan mereka di Fallenheim ter-enyahkan begitu saja. “Apakah itu sama seperti yang aku pikirkan, Yang Mulia?” Ucap sang Ratu menatap Rajanya dengan bergelinang air mata. Sang Raja bahkan tidak dapat berkata apa-apa, hanya mengangguk pelan seraya meneteskan air mata. “Selamat, Yang Mulia Putra Heimidalr” Ucap Ratu bersimpuh di hadapan raja dengan menundukkan kepala hormat kepada Raja lalu diikuti oleh seluruh Dayang dan Pengawalnya. Mereka mungkin bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud Sang Ratu. Namun kewajiban bagi mereka untuk mengikuti Raja dan Ratu mereka. “SELAMAT, YANG MULIA PUTRA HEIMIDALR” Ucap mereka serempak. “Bangunlah, Ratuku.” Balas Raja menarik Ratu Inca berdiri. “Akhirnya, Dia datang” Sambung sang Raja singkat lalu kembali memandangi langit yang sekarang telah hidup kembali. Mungkin sudah ratusan tahun lamanya, Raja tidak pernah langit dengan warna biru. Sejak wabah Benih Kegelapan menggerogoti Fallenheim segala yang tampak hidup menjadi mati, sekarat bahkan tiba-tiba saja musnah. Namun sekarang, harapan yang dia pikir tidak akan pernah ada muncul di hadapannya bagaikan berkah hujan yang turun di musim kemarau panjang. Belum lagi Raja pulih dari rasa tertegun dengan apa yang terjadi saat ini, dia kembali dikejutkan oleh sesuatu yang dia pikir tidak akan pernah dia temui sampai dia mati. Air tiba-tiba saja beriak lalu berputar-putar membentuk sebuah Tornado. Dan membentuk lubang hitam yang menganga. Dari dalam lubang itu muncul satu wujud mungil bercahaya perak dengan mata hitam bulat. Sang Ratu, yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya mengambil satu langkah ke belakang. sedangkan para dayang dan pengawal mereka terkesiap dan berteriak. Jika saja bukan karena kesetiaan mereka terhadap Raja Heimidalr, mungkin saja mereka sudah berlari dari sana. Raja dapat memaklumi tingkah mereka. Mengingat makhluk yang tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka ini adalah perwujudan yang paling tua di tanah Fallenheim. Bahkan lebih tua dari keberadaan Para Dewa dan Valkyrie. Mereka merupakan perwujudan yang tidak pernah muncul di hadapan bangsa Mortal. Jika legenda bukan hanya sekedar mitos, maka Nimfa lebih berbahaya dari Wabah Benih Kegelapan itu sendiri. “Apakah, kau Raja Bangsa Mortal?” Tanya Daisy dengan nada datar dan suara menggelegar di hadapan Sang Raja. “Benar, Wahai Makhluk Agung Yang Diberkahi Para Dewa” Jawab Raja Heimidalr sesaat setelah pulih dari rasa terkesima dan Shock. Raja Heimidalr bukan raja yang mudah takut. Meskipun itu adalah makhluk Immortal yang hanya pernah di dengarnya dari cerita-cerita leluhurnya, lantas tidak membuat dia ketakutan. Dia telah melalui banyak hal untuk merasa takut dengan hal-hal seperti dongeng. “Demi Para Dewa, Apa yang dapat saya bantu, Wahai Makhluk Agung?” Sambung Sang Raja menatap langsung ke dalam bola mata hitam milik Daisy yang seperti lubang hitam tanpa ujung. Daisy menatap Raja Heimidalr seraya menimbang-nimbang “Kau cukup berpotensi untuk kuberikan tanggung jawab, Wahai Raja Bangsa Mortal.” Kata Daisy. “Kuharap, Kau tidak akan pernah mengecewakanku” “Suatu Kehormatan untuk saya, jika dapat menjalankan perintah yang anda berikan” Balas Sang Raja. Jantung Raja berdetak cukup cepat. Bukan karena takut. Dia hanya was-was, apa maksud dari Makhluk Abadi yang berusia milyaran tahun itu. “Demi Para Dewa, aku menitipkan Putri Terakhir Para Dewa kepadamu.” Kata Daisy sangat serius. “Jika sesuatu terjadi padanya, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu, Wahai Raja Bangsa Mortal.” Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, Raja dikejutkan oleh hal-hal yang tidak terduga. Entah itu suatu keberkahan atau malah melapetaka yang sedang mendatanginya. “Saya bersumpah, Demi Para Dewa dan Dewi Yang Agung, Saya Raja Raul Erqian Heimidalr, akan melindungi dan menjaga Putri Terakhir Para Dewa seperti nyawa saya sendiri” Kata Raja bersumpah seraya meletakkan tangan kanannya pada jantung. Sumpah ksatria yang biasa diberikan kepada Raja, namun kini seorang Raja memberikannya kepada Penguasa Negeri Fallenheim. Sumpah yang jika di langgar akan digantikan dengan nyawa sendiri. Raja melirik Ratu sekilas. Dan melihat dia ketakutan ketika mendengar sumpah yang diucapkan olehnya. Raja Heimidalr tahu, tentu saja sumpah itu sangat beresiko. Karena memiliki ikatan yang abadi. Namun dia rasa itu cukup sebanding dengan berkah apa yang mungkin saja dapat diberikan oleh seorang Putri Dewa. Valkyrie terakhir untuk umat Fallenheim. “Aku percayakan dia padamu, Wahai Raja Agung. Kuharap kau tidak akan mengecewakanku” Balas Daisy merasa puas setelah mendengar sumpah Raja. “Perintahkan kepada Putra Pertamamu untuk mencarinya. Dia adalah adalah Benang Takdir milik, Yang Mulia.” Tanpa menunggu jawaban dari Raja Heimidalr, Daisy menghilang dari hadapan mereka. “Tunggu_!!!” Teriak Raja, lalu terdiam. Nimfa yang sesaat yang lalu berada dihadapannya menghilang secepat kilat menyambar di langit. Terlalu banyak hal yang tidak mengerti Raja, Benang Takdir? Pikir sang raja kalut. Bukan hanya saja Putra terakhirnya yang bermasalah, namun kini Putra pertamanya pun terikat dengan sesuatu yang tidak akan mampu mereka tanggung. Raja menarik napas dalam-dalam. Terlalu letih untuk menghadapi kemelut hidup orang-orang yang dikasihinya. Lalu, dari manakah Sang Nimfa, mengetahui tentang Putra Pertamanya? Pikir Raja bergidik ngeri. *** Perbatasan Timur Dataran  Ashland Sejak tersesat ke wilayah Dataran Ashland, lalu memasuki hutan Ashland yang tersembunyi dari mata Bangsa Mortal, Pangeran Erasmus selalu berusaha kembali kesini setiap dia melakukan ekspansi wilayah. Terutama setelah pertemuannya dengan Dewa Penjaga Hutan Ashland, dengan mudah baginya menemukan hutan yang tidak terlihat itu. Terutama karena sekarang dia adalah penjaga yang dipilih oleh Dewa sendiri. Mungkin itu sekitar 300 tahun lebih di masa lalu, tepatnya saat dia berusia belasan tahun. Sejak kelahiran Pangeran Kedua, Ayahnya maupun ibunya lebih banyak menghabiskan waktu bersama adik kecilnya. Bukannya dia keberatan, karena saat itu adiknya lebih membutuhkan mereka daripada dirinya. Namun tetap saja, terkadang Pangeran Erasmus merasa kesepian. Sehingga dia lebih banyak meluangkan waktu di luar istana. Pada saat dia dan para pengawal pangeran di serang oleh makhluk-makhluk abadi yang telah berubah karena wabah Benih Kegelapan, tanpa sengaja dia masuk ke dalam wilayah hutan Ashland. Lalu dia bertemu dengan Dewa Feyr. Saat itu, Sang Dewa menawarkan pertolongan dan sebagai gantinya, Pangeran Regan harus bersedia menjadi Penjaga Hutan Ashland yang baru. “Apa kebiasaanmu, tidur siang di dalam hutan ini?” Tegur sebuah suara kepada Pangeran Erasmus yang tengah berbaring di bawah pohon Ash berwarna emas. “Bukankah Aku adalah penjaga hutan ini?” Balas Pangeran Erasmus tersenyum menatap satu sosok di depannya. Sejak dulu hingga sekarang dia masih selalu terkesima dengan wajah Dewa Feyr. Kulitnya Coklat dengan sulur-sulur perak di sekujur tubuhnya. Membentuk rune-rune yang tidak dapat dimengerti oleh Pangeran. Dia pernah bertanya kepada dewa, jika rune itu adalah bahasa kuno para dewa yang telah punah. Wajahnya sangat tampan. Bahkan ketampanannya mampu membuat seorang laki-laki seperti Pangeran Erasmus tertegun. Dewa memiliki sepasang bola mata berwarna perak dan rambut hitam panjang yang di jalin membentuk untaian pita. Jatuh sampai ke punggungnya. Tubuhnya bahkan sangat ramping. Dia tampak begitu rentan, namun siapa pun dapat melihat aura agung dan kuat yang selalu di bawa kemana pun Dewa Feyr melangkah. “Sudah Lama tidak bertemu dengan Anda” Sambung Pangeran Erasmus menyapa Dewa Feyr yang berdiri kaku. Dewa tersenyum kepada Pangeran Erasmus. “Kau harus mulai berlari ke Wilayah Utara, jika kau mau bertemu dengannya” Ucap Dewa Feyr menunjuk arah kepada Pangeran Erasmus. Saat itu juga, Pangeran Erasmus langsung tahu apa yang dimaksud dengan perkataan Dewa. Tanpa menunggu aba-aba, Pangeran mengambil pedangnya lalu berlari ke arah yang di tunjuk oleh Dewa Feyr. “Ingatlah Pangeran, Fallenheim ada di tanganmu. Bimbing Dia dan Tolong dia” Ucap Dewa Feyr kepada Pangeran. Sesaat pangeran berhenti, melihat kepada Dewa Feyr yang berdiri dengan kedua tangannya terlipat ke belakang. Ciri khas sang Dewa setiap kali memberi peringatan atau pun pesan kepadanya. Pangeran Erasmus mengangguk kecil, lalu melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di tempat yang dimaksud sang Dewa, dia melihat sesosok wanita yang tengah bertarung dengan Para Makhluk Abadi yang terkena Wabah Benih Kegelapan. Meskipun sekarang wujudnya telah berlumuran darah hitam milik mereka, Pangeran tahu jika dia adalah Valkyrie, Putri Para Dewa yang di tunggu-tunggu oleh Fallenheim selama ribuan tahun lamanya. Seseorang yang harus dia lindungi sampai kematiannya datang. “Jangan Ganggu!” Ucap sebuah suara mengangetkan Pangeran. Dia berpaling dan segera menarik pedangnya. Namun Pangeran langsung jatuh bersimpuh ketika melihat sosok di hadapannya adalah Roh Air, Nimfa yang memiliki usia lebih lama dari Para Dewa. “Belum saatnya kau bertemu dengan dia, Wahai Putra Heimidalr.” setelah mendengar kata-kata Sang Roh Air, Pangeran Erasmus kehilangan kesadarannya. Dan hal terakhir yang dia dengan adalah raungan penuh amarah dari seorang Valkyrie, Valkyrie nya Pangeran Erasmus.                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD