Bagi Noah melihat para wanita memakai pakaian seksi di klub miliknya sudah menjadi tontonan biasa dan ia tidak pernah sekalipun merasa tergiur menikmati pemandangan gratis ketika kaum hawa itu sedang meliukan tubuhnya di tengan area berjoget mempertontonkan kemolekan tubuh mereka. Awal mengelola klub ini juga tadinya ditantang sang opa untuk menguji kemampuan Noah dalam bisnis. Jadi tidak ada dalam pikiran Noah untuk memanfaatkan menikmati sisi gelap sebuah kehidupan klub malam yang tidak dipungkiri identik dengan pergaulan bebas juga obat terlarang.
Sedang Juan, Javier, Lodi dan Miko merasa senang melihat kehadiran anggota baru di kelompok mereka apalagi seorang wanita dewasa yang tidak terlihat seperti usianya di tengah mereka seakan menambah kesegaran baru dalam pertemanan mereka semua.
Juan sengaja mengajak Nola, pacarnya ke klub Melati karena perintah Noah sebelum pria itu berangkat ke klub untuk menemani Eloise. Kebetulan Nola juga seorang dosen hanya saja mengajar di universitas berbeda. Lucunya lagi Usia Juan lebih muda dua tahun dari Nola, jadi dengan Eloise masih bisa menyambung untuk diajak ngobrol. Tentu saja Tante Gina didaulat menemani para wanita disana mengantisipasi untuk tidak minum berlebihan.
Kali ini mereka mengambil lantai bawah sebelah ujung sedikit jauh dari tempat melenggok di tengah ruangan besar itu. Sengaja Noah meminta tempat itu supaya mereka tidak terlalu kelihatan pengunjung.
Karena sudah beberapa kali menemani Juan menjaga klub ini, Nola sudah terbiasa hanya saja lebih sering menemani Juan di kantor klub ini dan jarang turun langsung ke lantai bawah. Hanya sesekali saja jika sedang menemani Juan mengecek bartender.
Sedangkan Eloise yang baru pertama kali masuk ke klub dengan hingar binger dentuman musik kencang terlihat lucu oleh mereka semua ketika memperhatikan raut wajah El yang bersemangat dipenuhi dengan senyuman lebar di bibirnya itu. Melihat sikap dosennya itu, Noah mendecih kesal. Baru saja wanita itu ketakutan lalu marah dan sekarang seperti anak kecil yang kegirangan. Benar-benar tidak seperti wanita seusianya saja, bagaimana Noah tidak ketar-ketir terpaksa menjaga awas tatapannya ke sekeliling.
“Hai, Nola. Kayaknya umur kita ngak beda jauh, manggil nama saja yah.”
“Hai, Eloise. Panggil El saja kalau gitu.” Sahut El tidak mempermasalahkan soal panggilan.
“Sayang, sini sama Tante. Duh duh duh, senang banget bisa ketemu sama kamu lagi. Yang kemarin itu ngak bikin kapok kan?” Ucap Gina yang dimengerti oleh El juga Noah and the gang.
“Lumayan kaget, Tan. Tapi ngak kapok kok.”
“Good, Noah ini memang harus ditemani wanita kuat bukan yang manjaan.” Ucap Gina sambal menyeringai memindai matanya ke Noah.
Sedangkan yang dilirik pura-pura tidak mendengar dan menoleh sembarang arah seolah sedang memantau keadaan dengan wajah dinginnya.
“Memang harus yang begini, Tan baru takluk. Kalau yang lembekkan mah bukan selera Noah..” Ucap Jav tertawa kemudian ditoyor kepalanya oleh Noah yang sedang mendelik kesal.
Ganti El yang pura-pura melihat ke depan memasang sikap seperti tidak mendengar. Entah pujian atau bukan yang pasti berhasil membuat kepala El seperti membesar.
“Nola kita ke tengah yuk. Kepingin nyobain disana.”
Juan, Jav dan yang lainnya malah meringis. Mana mungkin Noah akan membiarkan El ke lantai dansa. Nola yang sedang ditarik El saja sampai melirik tidak enak hati pada Noah.
“Jangan cari penyakit kamu. Duduk disini saja, sama-sama nikmatin musik juga kan.”
Betul kan tebakan kelompoknya. Noah menarik tangan El sampai terduduk lagi dengan gerutuan bapak-bapaknya padahal usia Noah lebih muda.
“Kalau gitu kamu temani El saja, Noh. Yah kasihan juga lah dia, masa kemari cuma disuruh duduk doang lihatin orang lain disko.” Sahut Gina yang paling berani karena tahu Noah tidak akan berani membentaknya.
“Nola juga ngak dikasih sama Juan, Tan.” Balasnya tidak mau kalah.
“Siapa bilang. Kalau Nola mau, gua ikutan turun kok nemani dia.” Celetuk Juan memojokkan sahabatnya yang semakin masam di wajahnya.
Sedangkan El menatap sengit Noah sambal merengut. Pikirannya kemari untuk melepas semua rasa penatnya setelah menghadapi tiga iblis bersamaan di kampus tadi. Dalam hatinya sedang mengutuk Noah jadi pulpen saja biar bisa dikantongi karena kebawelannya itu. Lagian tempat ini milik Noah dan ada yang lain juga jadi apalagi yang harus ditakuti.
Lodi menuangkan minuman ke semua gelas yang ada di depan mereka. “Hayo, minum dulu. Kita toast.” Ucapnya sambal mengulurkan tangannya yang sudah memegang gelas.
Baru saja El hendak mengambil gelas tersebut, lagi-lagi Noah menepis tangannya.
“Kamu minum yang lain saja jangan yang ini. Aku pesanin moctail saja kalau kamu mau minum.”
Oke, cukup sudah harga diri Eloise sebagai perempuan dewasa yang hidupnya diatur mahasiswanya sendiri terinjak. Kesabarannya sudah terkikis habis. Baru saja Noah mengangkat tangannya memanggil waiter, Eloise langsung menarik turun tangannya dengan wajah berang.
“Minggir! Aku bukan anak dibawah umur yang harus kamu atur-atur seenaknya.”
“Tapi…”
Dengan cepat Eloise mengambil gelas itu dan meminumnya dalam sekali tegukan panjang hingga tandas. Wajahnya meringis sampai matanya menyipit setelah merasakan pahit bercampur berujung manis yang terasa panas ditenggorokkannya. Bola mata Noah melotot kesal melihat sikap keras kepala Eloise hanya bisa mendengus kasar.
“Enak, manis-manis sepet ini.” Ucap El membuat yang lain terkekeh yakin ini kali pertama Eloise menegak minuman beralkohol.
“Pelan-pelan minumnya, El. Nanti perut kamu sakit kalau negak cepat.” Sahut Nola ikutan terkekeh padahal dia saja baru menyesap sedikit anggur dari tangan Juan pacarnya.
Sedangkan wajah Noah benar-benar seperti kertas kresek, kusut tapi lucu bagi teman-temannya. Pertama kalinya Jav dan yang lain melihat sikap peduli Noah yang lebih kearah posesif pada seorang wanita. Padahal di dalam ruangan ini banyak sekali perempuan yang datang tapi tidak pernah sekalipun pria itu peduli.
Sengaja mengacuhkan Noah, Eloise malah menghampiri duduk di sebelah Tante Gina dan berbisik.
“Tante Gina, aku mau cobain yang lain dong tapi di meja bar saja. Aku pernah dengar nama-nama minuman kayak tequila, cocktail sama mocktail gitu bedanya apa. Mau dong masing-masing satu.”
Wanita itu mengacungkan ibu jari sambal tersenyum, berbeda dengan Noah yang bersikap waspada.
“Jangan macam-macam kamu, El. Tante juga jangan diturutin kata dia.” Ketus Noah.
Baru saja ingin memberi ultimatum pada Tante Gina, Lido datang menghampiri dan berbisik pada Noah membuatnya mendengus.
Juan dan Jav langsung beranjak ketika Noah menggerakkan kepalanya memberi tanda.
“Jane, jagain El. Jangan kasih dia minuman aneh-aneh. Satu lagi, ngak ada yang boleh ke tengah situ tanpa pengawasan yang lain.” Perintah Noah kemudian memanggil pihak keamanan untuk mengawasi tempat El dan Nola duduk.
Setelah para lelaki bertubuh ideal itu meninggalkan meja mereka, barulah Eloise bertanya.
“Sebenarnya ada apa sih? Mau berantem lagi yah?” Tanyanya pada Jane tapi Tante Gina yang menjawab.
“Iyah, mereka belum kapok juga, si Roy udah dibuat babak belur bos nya masih belum kapok juga. Sekarang ngirim anak buah lagi buat cari-cari kesalahan klub ini.”
El mendengus, dalam hatinya mulai membela sikap Noah. Pantas saja dunia mereka harus memakai cara kekerasan daripada menyerahkannya ke pihak hukum setempat. Masalahnya biang onar ini justru mencari celah untuk menjatuhkan klub yang dikelola Noah ini dengan cara licik dan kasar.
“Trus, Noah atau Juan terluka pas berantem?” Tanya El pada Nola.
“Yah ada aja sih, El. Tapi sudah resiko pekerjaan.” Jawab Nola dengan entengnya namun tidak bagi Eloise..
“Apa ngak takut kalau lihat Juan luka-luka setelah ribut?”
Nola tersenyum mendengar pertanyaan Eloise. “Awalnya malah sempat ragu nerima dia jadi pacar. Tapi setelah beberapa kali Juan ajak kemari dan melihat langsung pekerjaan dia, ternyata ngak seseram yang dipikiran. Mereka sebenarnya juga ngak akan cari ribut kalau ngak diganggu. Kapan-kapan deh kumpul bareng, loe baru tahu sifat asli mereka semua ini dasarnya baik, lucu dan menyenangkan dibalik muka nyebelin mereka ini.”
Mendengar penuturan Nola seperti jadi pembenaran dalam pikiran El tentang sosok asli Noah. Mahasiswanya ini memang menyebalkan, tapi hatinya baik dan tulus. Kalau tidak mana mungkin dia mau repot-repot mencegahnya bunuh diri sampai digiring ke kantor polisi.
Kemudian El menoleh pada Jane mencoba menarik rasa iba pengawal pribadinya ini supaya diperbolehkan mencoba lantai dansa yang sering ditontonnya dalam fil-film. “Ngak boleh ke tengah nih, Jane. Ngak ketahuan ini sama Noah. Lima menit aja deh, kamu temani aku turun.”
Jane meringis sambil menggeleng. “Percaya sama aku, Kak. Mendingan joget di sini daripada disana, kalau aku sih ogah joget ketabrak-tabrak orang lain. Trus kadang suka ada cowok kurang ajar yang suka cari kesempatan dalam kesempitan. Aku juga ngak dibolehin sama Bang Juan, tanya aja sama Kak Nola tuh. Bisa kena hukuman kita berdua nanti sama Bang Juan dan Noah.”
Gadis yang dimaksud Jane ikut mengangguk terkekeh membenarkan seketat apa pengawasan para pria pengelola Klub Melati itu pada keluarganya sendiri.
“Kalau gitu nambah minum deh. Mumpung ngak ada Noah, aku mau cobain beberapa minuman. Pokoknya ngak boleh dilarang.” Seru El yang membuat Jane tidak berkutik.
“Tante sudah pesanin, Sayang. Pokoknya malam ini kamu mau pesan apapun boleh kok, asal masih dalam batasan wajar sesuai peraturan klub. Tapi kita ngak garansi anti mabuk yah..” Ucap Tante Gina dengan ledekan diakhir kalimatnya.
Yah sudahlah pikirnya, toh nanti asuhannya ini butuh penyegaran pikiran dan nantinya juga bakalan pulang dengan atasannya juga. Lagian, Jane mau lihat seperti apa kalau Eloise sedang mabuk.