Bab 12: Aland Bangkrut?

1220 Words
Setelah pulang dari rumah sakit, Aland hanya diam termenung di kamarnya, dia masih sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Giska kepadanya. Wanita yang Aland pikir akan menerima dia apa adanya, bahkan beberapa bulan lagi mereka akan menikah, entah kenapa terlintas ide gila seperti itu di dalam pikiran Aland. Flashback on Seminggu yang lalu, Aland sedang meeting dengan salah satu kliennya di restoran, semenjak selesai kuliah, semua bisnis yang Melinda miliki dikelola oleh Aland, kecuali butik. Butik milik Melinda masih dikelola olehnya sendiri bersama sang adik. Saat Aland meeting, pandangannya selalu tertuju kepada pasangan pria dan wanita yang sedang makan siang, Aland sangat mengenali siapa wanita itu, dia adalah Giska, calon istrinya. Rahangnya mengeras dengan emosi yang memuncak, tapi Aland tidak ingin merendahkan harga dirinya dengan melabrak mereka, selesai meeting Aland mengatakan kepada Ferdi untuk membuat sebuah dokumen palsu yang menyatakan jika bisnis Aland mengalami kerugian yang sangat besar dengan hutang di mana-mana. Aland pun dengan sengaja menyibukkan dirinya untuk menghindari Giska, dia beralasan jika usahanya sedang mengalami masalah, jadi dia sangat sibuk mengurus semuanya. Sampai di hari saat Aland kecelakaan, Giska datang ke kantor Aland dan mengajaknya untuk makan siang. Aland menerima ajakan Giska dan masih bersikap biasa saja. "Sayang, kok kita naik taksi?" tanya Giska, karena Aland mengatakan sedang menunggu taksi online. "Kamu gak mau kita naik taksi," jawab Aland. "Bukan gak mau, kan aku bawa mobil, kita naik mobil aku aja, dari pada naik taksi," ucap Giska dengan bergelayut manja kepada Aland. "Oke, kita naik mobil kamu," ucap Aland, padahal dia sangat muak dengan keadaan ini. "Kamu kenapa sih, kusut banget mukanya?" tanya Giska, mereka sudah duduk nyaman di dalam mobil Giska, Aland pun sudah menginjak pedal gasnya melajukan mobil keluar dari area parkiran kantornya. "Aku lagi banyak masalah di kantor," jawab Aland. "Oh, aku pikir kenapa," ucap Giska, lalu dia fokus menatap layar smartphonenya, jari lentiknya sangat lincah berselancar di dunia maya bersama teman-teman sosialitanya, matanya berbinar saat melihat foto cincin berlian yang dikirimkan oleh temannya. "Sayang, lihat deh, ini bagus gak?" tanya Giska dengan manja. "Hmm... bagus kok," jawab Aland dengan melirik sekilas kepada ponsel Giska. "Ih... lihat yang bener dong, Sayang," ucap Giska. "Aku lagi nyetir, Giska, kalau lihat ke situ nanti gak fokus," ucap Aland dengan tatapan lurus ke arah jalan. "Ya udah deh nanti aja, tapi kamu harus liat ya," ucap Giska. "Hmm!" gumam Aland, mereka pun sudah sampai di salah satu restauran favorit mereka yang ada di dekat salah satu yayasan yang cukup ternama. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu," ucap Aland, sedangkan Giska sudah sibuk memesan makanan favorit mereka berdua saat makan di restauran itu. "Nanti ya abis makan, aku udah lapar benget nih," ucap Giska. "Oke, semoga kamu mengerti bagaimana keadaanku," ucap Aland. "Memangnya kenapa?" tanya Giska. "Makan dulu," jawab Aland karena waiters sudah mengantarkan makanan pesanan mereka. Mereka makan masih dengan keadaan seperti biasa, tapi Aland tidak banyak berbicara dan sangat malas merespon apa yang Giska katakan. "Oh iya, Sayang, ini foto cincin berlian yang tadi, kamu lihat ini dulu...." "Nanti saja, sekarang biarkan aku berbicara hal yang sangat penting denganmu," ucap Aland dengan menatap serius kepada Giska. "Soal apa?" tanya Giska. "Aku mau pinjam uang sama kamu," jawaban Aland membuat Giska yang sedang minum tersedak. "Apa? Pinjam uang?" tanya Giska. "Ya, aku pikir kau punya banyak tabungan, karena aku memberimu uang yang cukup besar setiap bulan," jawab Aland. "Tapi untuk apa, tidak mungkin kamu sedang kesulitan ekonomi," ucap Giska. "Inilah alasannya kenapa sejak seminggu ini aku sangat sibuk," ucap Aland dengan menghela nafasnya panjang, Giska pun mulai mendengarkan Aland dengan serius. "Pabrik konveksi milik mama mengalami kebangkrutan karena tidak dapat menembus persaingan pasar, beberapa restauran milik mama juga sudah aku jual untuk menutup semua kerugian dan membayar gaji para karyawan, belum lagi tunggakan di bank yang harus segera dilunasi, aku pun sudah menjual semua aset yang aku punya, rumah, apartemen, mobil, tapi itu masih belum cukup untuk menutup tunggakan, jadi aku minta bantuan kamu untuk...." "Kamu bohong kan?" tanya Giska dengan tatapan tajamnya. "Untuk apa aku berbohong, jika kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan hal ini kepada Ferdi, dia yang mengurus semuanya," jawab Aland. "Tapi kan kamu masih punya perusahaan kontraktor, Land," ucap Giska, kening Aland berkerut karena baru kali ini dia mendengar lagi Giska menyebut namanya sebelumnya dia selalu memanggil Aland dengan sebutan sayang. "Perusahaan aku memang gak ada masalah, tapi itu masih perusahaan kecil, kamu juga tau perusahaan itu baru berdiri beberapa bulan dan belum bisa bersaing dengan perusahaan besar yang lainnya, jadi aku mohon pengertian kamu dan bantuan kamu," ucap Aland. "Aku gak bisa bantu kamu," ucap Giska. "Kenapa?" tanya Aland. "Aku gak ada uang," jawab Giska. "Gak mungkin," ucap Aland. "Aku emang gak punya uang, jadi aku gak bisa bantu kamu," ucap Giska, lalu dia beranjak dari tempatnya. "Kamu mau ke mana, kita belum selesai bicara," ucap Aland. "Ini cincin pertunangan kita, hubungan kita selesai sampai di sini!" ucap Giska seraya memberikan cincinnya kepada Aland. "Kamu tinggalin aku gara-gara aku bangkrut?" tanya Aland. "Gak gitu, Land, tapi...." "Tapi apa, huh?" tanya Aland dengan sengit. "Aku gak bisa hidup susah!" jawab Giska tak kalah sengitnya. "Kita gak akan hidup susah, itu sebabnya aku minta bantuan kamu agar usaha aku bisa pulih lagi," ucap Aland. "Gak ada gunanya, usaha kamu gak bakalan pulih dengan cepat, mulai sekarang kamu jangan hubungin aku lagi!" ucap Giska. "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan ini sama aku," ucap Aland. "Aku hanya berpikir realistis, Aland, kita hidup perlu uang," ucap Giska. "Bukannya kamu sering bilang kalau kamu cinta sama aku, dan kamu akan bersama denganku bagaimana pun keadaanya," ucap Aland. "Iya, tapi tetap aja kalau keadaanya kayak gini, aku gak bisa, Land," ucap Giska, lalu dia pergi, Giska tidak menyadari jika gelang berliannya jatuh di restoran karena Aland menarik tangannya. "Giska tunggu!" panggil Aland, dia pun mengejar Giska, hingga wanita itu masuk ke mobilnya. "Giska, dengarkan aku dulu," ucap Aland sambil mengetuk kaca mobil Giska. "Menjauh dari sini, aku mau pergi!" ucap Giska lagi. "Please, aku cinta sama kamu, jangan tinggalkan aku!" ucap Aland memohon, padahal apa yang ada di dalam hatinya sangat bertolak belakang dengan yang dia ucapkan. Giska tak menghiraukan Aland lagi, dia segera melajukan mobilnya dan pergi meninggalkan Aland. "Giska!" panggil Aland menyeringai. "Huft... sangat muak bersandiwara seperti ini!" ucap Aland sambil melonggarkan dasi yang dia gunakan, Aland pun kembali ke restauran untuk membayar makanan mereka dan menghubungi Ferdi. "Perempuan tidak tau diri," ucap Aland, matanya memicing saat melihat gelang milik Giska terjatuh di lantai. "Mbak!" panggil Aland kepada waiters. "Ada apa, Tuan?" tanyanya. "Jika wanita yang tadi makan bersama saya kembali mencari gelang ini, katakan kepada dia, gelangnya ada pada saya," jawab Aland sambil memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada waiters. "Baik, Tuan!" ucap waiters lalu Aland pun pergi dari restauran itu, dia menunggu supir kantor untuk menjemputnya karena dia harus meeting lagi. Saat Aland keluar dari restauran, Giska diam-diam kembali ke sana untuk mencari gelangnya, dia sangat kesal karena gelang berliannya yang sangat mahal itu diambil oleh Aland. Giska berpikir Aland akan menjual gelang itu karena dia sangat membutuhkan uang. "Sial, gimana cara ngambilnya dari lelaki tidak berguna itu!" makin Giska, dia sudah kembali melajukan mobilnya, tapi Giska menyeringai saat melihat Aland yang berada di pinggir jalan, dan terlintas ide gila di dalam pikiran Giska agar dia bisa mendapatkan gelang berliannya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD