Bab 23: Tetap Menjadi Teman yang Baik

1065 Words
Aland mengepalkan tangannya dengan kuat ketika melihat gadis yang dia cintai dibully oleh temannya. Ya, sejak Mitha dan Fanny masuk ke mall, Aland mengikuti kedua gadis itu pergi, bahkan Aland juga yang sudah membayar buku yang mereka beli, Aland yang bersembunyi tak jauh dari Mitha dan Fanny, segera keluar dari persembunyiannya ketika melihat security berjalan tak jauh darinya. "Security!" panggil Aland dengan kencang, hal itu juga membuat Mitha dan teman-temannya menoleh kepada Aland. "Ada apa, Tuan?" tanya security dengan sopan. "Kau tidak lihat jika ada kekacauan di sini, itu sangat mengganggu pengunjung yang lainnya," jawab Aland lalu menunjuk ke arah Mitha dan teman-temannya. Sang security pun langsung menghampiri mereka, begitu juga dengan Aland. Aland mengambil cover buku yang tergeletak di lantai lalu dia masuk ke toko buku lagi. "Apa-apaan kalian?" tanya security. "Kita cuma bercanda kok, Pak," jawab Sesha dengan senyuman ketakutannya. "Bohong, Pak, mereka bully teman saya, nih liat buktinya," ucap Fanny sambil menunjuk kepada Mitha lalu menunjuk buku yang sudah sobek berserakan di lantai. "Udah liat kan Pak, mendingan Bapak bawa aja mereka," ucap Fanny lagi. "Jangan dengerin dia, Pak, aku ini teman mereka jadi aku cuma...." "Temen mata lo soek, huh? Sejak kapan lo temenan sama Mitha, emangnya ada temen yang terus bully temennya, lagian Mitha gak punya temen yang kelakuan kayak siluman betina gini," ucap Fanny dengan sengit. "Fan, udahlah biarin aja," ucap Mitha dengan lirih. "Gak bisa, ini udah keterlaluan, Mith, siluman betina kayak mereka ini harus dikasih pelajaran biar gak ngelunjak terus," ucap Fanny semakin kesal karena mendengar ucapan Mitha. "Lo siluman betina, bukan gue!" ucap Sesha sambil menunjuk wajah Fanny. "Hentikan, kalian masih SMA udah saling bully, mau jadi apa kalian, huh? Sekarang kamu ikut saya," ucap security kepada Sesha dan teman-temannya. "Tapi, Pak, kita gak bersalah," elak Sesha. "Kalian pikir kalian bisa berbohong, lihat di sana ada CCTV, jadi apa yang kalian lakukan terekam dengan jelas di sana," ucap security sambil menunjuk ke arah atas mall. "Mampus lo, bawa mereka, Pak, suruh mereka bersihin toilet, biar tau rasa," ucap Fanny dengan puas. "Diem lo, urusan kita belum selesai!" ucap Sesha dengan tatapan tajamnya. "Bodo amat, gue gak takut, sini gue jabanin sekarang juga!" ucap Fanny menantang, Sesha semakin mengeram kesal kepada Fanny, mau tidak mau dia dan teman-temannya pergi mengikuti security pergi. "Fan, ikutin mereka, gimana kalau mereka dibawa ke kantor polisi, kan kasian," ucap Mitha. "Ya ampun, Mitha, lo masih kasian sama mereka, mereka aja gak pernah punya rasa kasian sama lo, udah gak terhitung lagi berapa kali mereka bully lo terus," ucap Fanny. "Tapi kan kita gak harus balas perbuatan mereka, Fan," ucap Mitha. "Terserah lo, kalau lo mau ikutin mereka pergi, gue capek belain lo terus tapi lo sama sekali gak bisa ngerti itu, bahkan lo sendiri gak peduli sama diri lo, gue mati-matian belain lo terus, tapi lo malah belain mereka," ucap Fanny dengan sengit. "Fan, bukan itu maksud aku, kamu jangan...." "Udahlah, gue mau pulang, jangan cari gue lagi, gue juga gak mau ngomong sama lo lagi!" ucap Fanny menyela lalu dia pergi. "Fani, tunggu!" cegah Mitha, dia hendak menyusul Fanny tapi dicegah oleh seseorang yang menepuk pundaknya. "Astaghfirullahal'adzim!" ucap Mitha karena dia terkejut lalu menoleh ke belakang. "Ini buku kamu," ucap seorang pria sambil tersenyum dengan sangat tampan kepada Mitha, untuk sepersekian detik Mitha terhipnotis dengan senyuman pria tampan itu. "Ada apa?" tanya pria itu karena Mitha masih diam mematung menatapnya. "Mas, driver taksi yang tadi kan?" tanya Mitha. "Iya, saya," jawabnya, ternyata dia adalah supir taksi yang mengantar Mitha dan Fanny tadi. "Kok, Mas bisa ada di sini?" tanya Mitha. "Tadi, saya diminta untuk membeli barang pesanan customer, saya juga lihat apa yang terjadi tadi, ini buku kamu, saya ganti," jawabnya lagi sambil memberikan buku yang dia pegang kepada Mitha. "Ya ampun, Mas, gak usah," ucap Mitha. "Ayolah, terima saja, ini sebagai ucapan terima kasih saya karena kamu sudah baik sama saya tadi," ucapnya lagi. "Tapi, ...." "Terima ya," ucapnya memohon, dengan tersenyum canggung Mitha pun mengambil buku yang diberikan supir taksi itu. "Terima kasih, Mas," ucap Mitha. "Sama-sama," ucapnya lalu mengulurkan tangan kepada Mitha, "Nama saya, Aland," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum kepada Mitha. "Nama saya, Mitha," ucap Mitha sambil menjabat tangan Aland. "Saya sudah tau," ucap Aland. "Loh, kalau udah tau kenapa ngajak kenalan," ucap Mitha. "Biar kamu tau nama saya," ucap Aland. "Ada-ada aja," ucap Mitha lalu tertawa, tanpa Mitha sadari jika Aland pun terpesona melihat kecantikannya, terlebih lagi saat melihat Mitha tertawa, pipinya yang berisi terlihat sangat menggemaskan di mata Aland. "s**t!" maki Aland di dalam hatinya karena kembali merasakan detak jantung yang tidak biasa. "Mas, saya duluan ya, terima kasih bukunya," ucap Mitha. "Teman kamu mana?" tanya Aland. "Dia marah sama saya, tapi gak apa-apa dia gak lama kok kalau marah," jawab Mitha. "Berarti kamu pulang sendiri?" tanya Aland, Mitha hanya menganggukkan kepalanya perlahan. "Gimana kalau saya antar kamu pulang?" tanya Aland. "Boleh," jawab Mitha. "Ayo!" ajak Aland, mereka berjalan beriringan menuju parkiran mall, tapi saat mereka sampai di parkiran, Mitha hampir menyemburkan tawanya karena ternyata Fanny masih menunggu dia di parkiran dengan bibir yang mengerucut. "Lama banget sih, lo ngapain aja di dalem, huh?" tanya Fanny dengan sengit. "Tadi kan kamu sendiri yang bilang, kamu mau pulang, terus kamu gak mau ngomong lagi sama kamu," jawab Mitha dengan menahan tawanya. Sedangkan Aland hanya memperhatikan kedekatan kedua sahabat itu sambil tersenyum. "Haiish ... lo tuh bener-bener gak peka ya, Mith, bukannya kejar gue kayak di film-film tapi malah beneran biarin gue pergi," ucap Fanny semakin kesal, tapi kali ini Mitha benar-benar tertawa karena perbuatan temannya itu. "Kenapa ketawa?" tanya Fanny. "Gak apa-apa, kamu lucu," jawab Mitha lalu merangkul Fanny. "Tapi gue gak terhibur sama kelakuan lo yang terlalu baik sama orang," ucap Fanny. "Fan, kita kan gak boleh pilih-pilih kalau baik sama orang," ucap Mitha. "Tetap aja harus liat sama siapa terus gimana keadaannya, jangan asal baik, yang ada lo malah dimanfaatin sama orang," ucap Fanny. "Udah jangan marah-marah terus, malu tuh sama Mas Driver ganteng," bisik Mitha, lalu Fanny menoleh ke belakang Mitha, memang Aland ada di sana fokus dengan ponselnya. "Lo mau nyogok gue, huh?" tanya Fanny. "Enggak, tadi kebetulan aja ketemu lagi di dalam, dari pada kita lama nungguin taksi lagi kan, ya udah kita naik taksi mas itu lagi," jawab Mitha. "Kirain lo mau nyogok gue, gak bakalan mempan," ucap Fanny. "Tetap menjadi temanku yang paling baik ya, Fan." ucap Mitha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD