Bab 24: Rencana Fanny dan Aland

1006 Words
"Rumah kalian di mana?" tanya Aland berpura-pura, padahal dia sudah tau di mana Mitha dan Fanny tinggal dari Ferdi. "Mas anterin dia dulu, biar nanti gak muter balik," jawab Mitha lalu menyebutkan alamat rumah Fanny. "Curang lo," ucap Fanny. "Curang apanya?" tanya Mitha. "Lo nyuruh Mas ganteng nganterin gue duluan, padahal lo mau berduaan kan sama dia," jawab Fanny. "Haiyyaah ... pikiran kamu itu Fan, sukanya ngawur terus," ucap Mitha. "Emangnya gak boleh kalau saya berduaan sama teman kamu?" pertanyaan Aland membuat mata Mitha membulat sempurna. "Mas, jangan macem-macem ya," jawab Fannya. "Kan saya cuma tanya," ucap Aland. "Tapi, kalau Masnya serius sama teman saya gak apa-apa kok, saya juga rela, asalkan Mas gak sama aja kayak si cowok tengil itu," ucap Fanny. "Fan, apa-apaan sih," ucap Mitha. "Ya bener kan, walaupun gue suka sama Masnya, kalau dia cinta sama lo tulus pake banget, gue dukung kok," Mitha menghela nafasnya dengan panjang saat mendengar apa yang Fanny ucapkan. "Mas, maafin temen saya ya, dia emang suka ngelantur kalau ngomong," ucap Mitha. "Gak apa-apa, lagian saya juga serius kok," ucap Aland dengan senyuman yang sangat menawan. "Hah? Serius?" tanya Mitha. "Kita sudah sampai," jawab Aland, mereka memang sudah sampai di depan gerbang rumah Fanny. "Mas, kalau serius sama teman saya, harus terus dikejar ya," ucap Fanny sebelum dia turun dari taksi. "Fan, apa-apaan sih," ucap Mitha dengan tatapan tajamnya. "Gaspol, Mas, dia belum ada yang punya," bisik Fanny di jendela kemudi. Aland pun mengetikkan sesuatu di ponselnya, lalu memberikan ponselnya kepada Fanny. "Oke, catet," ucap Fanny, dengan senyuman sumringah. "Terima kasih," ucap Aland. "Tapi, Mas, hati-hati, bodyguard dia banyak," ucap Fanny, sedangkan Mitha terus memandangnya dengan tatapan tajam. "Mas, cepetan jalan, jangan dengerin dia," ucap Mitha. "Rese deh, gue masih ngomong sama Mas gantengnya," ucap Fanny. "Fann!" desis Mitha dengan kesal. "Udah, Mas, cepetan jalan, sebelum dia ngamuk," ucap Fanny lalu dia masuk ke rumahnya. "Rumah kamu di mana?" tanya Aland, lalu Mitha menyebutkan alamat rumahnya. "Oke," ucap Aland, lalu dia memacu taksi menuju rumah Mitha, beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah Mitha yang lumayan megah. "Ternyata dia dari keluarga yang cukup berada," ucap Aland di dalam hatinya. "Mas, ini ongkosnya," ucap Mitha sambil memberikan uang kepada Aland. "Gak usah," ucap Aland. "Kok gak usah," ucap Mitha. "Aku cuma mau nganterin kalian kok, lagian argometernya mati," ucap Aland. "Loh Mas, terima aja, nanti Mas dimarahin sama atasannya gimana," ucap Mitha. "Gak apa-apa, lagian jam kerja aku udah selesai," ucap Aland. "Gak apa-apa gimana, Mas, kan...." "Terima kasih," ucap Aland seraya tersenyum. "Terima kasih untuk apa?" tanya Mitha. "Untuk hari ini," jawab Aland. "Aku gak ngerti, Mas," ucap Mitha. "Suatu saat kamu akan mengerti," ucap Aland lagi. "Mas, ini ongkosnya aku simpan di sini ya, terima kasih," ucap Mitha lalu turun dari taksi. "Jangan...." teriak Aland, dia pun turun dari taksi hendak menyusul Mitha, tapi Aland terlambat, Mitha sudah masuk lebih dulu ke rumahnya. "Sekarang aku bisa tidur sedikit nyenyak," ucap Aland dia kembali ke taksi lalu menuju rumahnya. "Assalamu'alaikum!" ucap Mitha. "Wa'alaikum salam," sahut Rania yang sedang duduk di sofa. "Kok sepi, Bun, ayah sama abang ke mana?" tanya Mitha sambil menyalami bundanya. "Ayah sama abang masih ada urusan, katanya mau ke kantor polisi," jawab Rania. "Ke kantor polisi? Ngapain?" tanya Mitha. "Ayah mau melaporkan tersangka penggelapan uang yayasan," jawab Rania. "Udah ketauan siapa pelakunya, Bun?" tanya Mitha. "Bunda gak tau, Mitha," jawab Rania lalu mengalihkan pandangannya kepada Mitha. "Baju kamu kok kotor gitu, abis dari mana?" tanya Rania. "Tadi gak sengaja ketumpahan minuman, di mall," jawab Mitha. "Ck ... kamu tuh ya, udah gede masih aja ceroboh," ucap Rania. "Kan namanya juga gak sengaja, Bun," ucap Mitha. "Ya udah, cepetan ganti baju sana, terus makan, Bunda udah masak makanan kesukaan kamu," ucap Rania. "Oke, Bun," ucap Mitha, lalu dia segera menuju kamarnya untuk bersih-bersih. *** "Kamu tuh gimana sih, biarin Aland pergi sendirian," ucap Melinda dengan gelisah. "Tapi, tuan meminta kami membiarkannya pergi sendiri, Nyonya," ucap Ferdi. "Kalau dia dicelakain orang lagi gimana?" tanya Melinda. "Aku baik-baik aja, Ma," Melinda dan Ferdi menoleh ke arah pintu saat mendengar suara Aland. "Ya ampun, Aland, kamu ngapain pake baju supir taksi kayak begini?" tanya Melinda. "Mau coba aja, Ma," jawab Aland sekenanya. "Apa sudah selesai, Tuan?" tanya Ferdi. "Perfect," jawab Aland dengan senyuman yang mengembang. "Berarti dia sudah bisa pulang?" tanya Ferdi. "Ya, berikan uang ini kepada dia, tapi besok dia harus datang lagi ke sini," jawab Aland sambil memberikan uang yang sangat banyak kepada Ferdi. "Lagi?" tanya Ferdi. "Selama aku belum bisa mendapatkan dia, kalian harus menuruti semua rencanaku," jawab Aland. "Baik, Tuan," ucap Ferdi lalu dia pergi menuruti perintah Aland. "Kalian merencanakan apa?" tanya Melinda. "Rencana mendapatkan menantu secepatnya untuk, Mama," jawab Aland. "Maksudnya, kamu deketin Giska lagi, gitu?" tanya Melinda. "Untuk apa aku mengejar wanita ular itu lagi, gak ada gunanya, Ma," ucap Aland. "Kamu udah tau semuanya?" tanya Melinda dengan perasaan cemas. "Maksud Mama apa?" tanya Aland tak mengerti, seharunya dia yang menceritakan semuanya kepada Melinda. "Kamu tau kalau Giska selingkuh," jawab Melinda. "Tau," ucap Aland dengan santai. "Kok kamu biasa aja sih, gak cerita sama Mama?" tanya Melinda. "Ma, aku kan baru sembuh, belum sempat cerita semuanya sama Mama," jawab Aland. "Oh iya, Mama lupa, terus apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian?" tanya Melinda. "Mama belum tau," jawab Aland. "Kalau Mama tau, Mama gak bakalan tanya sama kamu, Aland, gimana sih," ucap Melinda semakin kesal. "Aku pikir Mama beneran udah tau, makanya gak tanya soal pertunangan aku sama Giska," ucap Aland. "Haiish ... Mama gak tanya soal itu karena Mama taunya Giska selingkuh sama cowok lain, terus Mama pikir kamu gak tau soal itu," ucap Melinda. "Oh," ucap Aland dengan santai. "Kok gitu doang sih, Land," ucap Melinda. "Terus aku harus gimana, Ma, nangis-nangis meratapi kepergian Giska, gak ada gunanya, Ma, masih banyak cewek yang lain," ucap Aland. "Bener juga sih, masih banyak cewek yang lain, kalau gitu kamu mau kan Mama jodohin sama anak teman Mama?" tanya Melinda dengan senyuman yang mengembang dan penuh harap agar Aland mau menuruti keinginannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD