Bab 25: Di Mana Aliand?

1010 Words
"Bener juga sih, masih banyak cewek yang lain, kalau gitu kamu mau kan Mama jodohin sama anak teman Mama, Land?" tanya Melinda penuh harap. "Aku gak mau," jawab Aland. "Harus mau, kan sekarang kamu gak ada hubungan apa-apa lagi sama Giska," ucap Melinda. "Aku udah punya calon, Mama," ucap Aland. "Ya udah kalau kamu punya calon, bawa dia ke hadapan Mama, biar Mama yang menilai dia cocok atau enggak buat kamu," ucap Aland. "Gak, itu aku yang menentukan, Mama tinggal terima dia sebagai menantu Mama," ucap Aland. "Gak bisa gitu dong, Land, cari calon istri tuh harus jelas, bibit, bebet, sama bobotnya, jangan asal pilih dan ngandelin cinta aja, nanti ujungnya kayak kamu sama si Giska itu," ucap Melinda. "Semuanya juga udah jelas, Ma, pokoknya bibit unggul, udah gitu aku juga cinta sama dia," ucap Aland dengan percaya diri. "Halah ... dulu juga kamu cuma ngandelin cinta sama si Giska," ucap Melinda. "Mana ada, aku gak cinta tuh sama dia, Mama aja yang terus paksa aku biar aku nikahin dia," ucap Aland. "Ya kan Mama pikir kamu beneran cinta sama Giska," ucap Melinda. "Makanya sekarang Mama serahin semuanya sama aku, aku tau mana wanita yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup aku," ucap Aland. "Tapi, Mama juga harus liat gimana ceweknya," ucap Melinda. "Kan Mama udah liat fotonya waktu itu," ucapan Aland membuat Melinda memikirkan sesuatu. "Yang anak SMA itu?" tanya Melinda dengan mata terbelalak. "Iya," jawab Aland dengan mata yang berbinar. "Ya ampun Aland, itu mah gak cocok jadi calon istri kamu, cocoknya jadi keponakan kamu," ucap Melinda. "Emangnya aku udah tua, Ma," ucap Aland. "Inget umur, Land, kamu itu udah dua puluh delapan tahun, sama Aliand adik kamu aja, masih tuaan Aliand, masa kamu mau nikahin anak SMA, yang ada dia cuma morotin kamu," ucap Melinda. "Ma, pernah dengarkan kalau cinta itu gak pandang usia, lagian Mama gak boleh buruk sangka kayak gitu, apalagi Mama belum lihat langsung gimana orangnya," ucap Aland. "Pokoknya Mama gak setuju, kalau kamu benar-benar nikahin dia, Mama gak bakalan cepet punya cucu," ucap Melinda. "Tenang aja Ma, kalau aku udah nikah sama dia nanti, aku gaspol tiap malem biar Mama cepet dapat cucu," ucap Aland. "Aland!" ucap Melinda semakin kesal. "Mamaku yang cantik, jangan marah-marah terus, nanti cepat tua," ucap Aland. "Heh, Mama emang udah tua, makanya kamu cepet nikah, sekarang cuma kamu harapan Mama satu-satunya, kita masih belum tau di mana Aliand," ucap Melinda berubah dengan suara sendunya dan raut wajah sedih. "Ma, aku masih berusaha untuk mencari di mana Aliand, Mama doain aja biar Aliand sehat dan selamat di mana pun dia berada," ucap Aland. "Tapi, kalau Aliand udah meninggal giman, Land?" tanya Melinda dengan mata yang berkaca-kaca. "Mama kebiasaan deh suka berburuk sangka kayak gitu, gak baik Ma, ingat Ma, doa seorang ibu itu doa yang paling diijabah sama Allah, seandainya nih Aliand masih hidup dan sehat sampai saat ini, tiba-tiba dia celaka dan meninggal gimana," jawab Aland. "Kamu kalau ngomong nyeremin ya," ucap Melinda. "Kan emang bener, Ma, makanya Mama jangan berpikiran yang enggak-enggak, Mama doain Aliand, di mana pun dia berada, dia baik-baik saja, mungkin sekarang dia udah lebih sukses dari pada aku," ucap Aland. "Iya Nak, mulai sekarang Mama gak akan berburuk sangka lagi, Aliand pasti masih hidup dan sehat walafiat sampai sekarang," ucap Melinda dengan air mata yang mulai menetes dari sudut matanya. "Nah gitu dong, Ma," ucap Aland lalu menghapus jejak air mata di pipi ibunya. Hati Aland terasa sangat sakit melihat wanita yang sangat dia cintai menangis, Aland akan terus berusaha mencari di mana keberadaan adiknya walaupun terlihat mustahil karena mereka tidak memiliki petunjuk apapun selain foto Aliand waktu masih bayi. "Aku tau kamu masih hidup, jadi keluarlah dari tempat persembunyian, Land, Mama sangat merindukan kamu." ucap Aland di dalam hatinya. *** "Ini benar-benar gila, Yah," ucap Damar saat dia mempelajari lagi laporan keuangan yayasan yang diberikan oleh bendahara, mereka kini berada di perusahaan milik Iqbal, mereka pun baru saja kembali dari kantor polisi. "Ayah juga gak menyangka, ternyata udah selama ini kasusnya," ucap Iqbal. "Besok aku ke bank sama polisi untuk cek mutasi rekening ini, Yah, pasti kita tau siapa pelaku yang sebenarnya," ucap Damar. "Lakukan secepatnya," ucap Iqbal. "Iya lah, Yah, kita harus berantas pelaku korupsi, merugikan banget," ucap Damar. "Sementara ini, cuma bendahara yayasan yang tau kalau Ayah menyelidiki kasus ini, kalau sampai semua staf tau, bisa berantakan semuanya, si pelaku malah semakin bertindak licik untuk menutupi kesalahannya," ucap Iqbal. "Mereka pasti udah antisipasi, Yah," ucap Damar. "Untung saja, bendahara mengaku jika dia mendapatkan upah tutup mulut," ucap Iqbal. "Ayah juga mau menuntut dia?" tanya Damar. "Enggak, lagi pula dia jujur untuk mengakui semuanya, kita jangan mempersulit orang yang sudah mau mengakui kesalahannya, lagi pula dia mengembalikan semua uang itu ke rekening yayasan, tapi tetap saja, Ayah mengancam dia agar rencana kita tidak bocor kepada semua orang," jawab Iqbal. "Wow mantap, aku gak nyangka ternyata Ayah pintar juga," ucap Damar. "Jadi, maksud kamu selama ini ayah kamu bodoh gitu?" tanya Iqbal dengan sengit. "Enggak gitu Yah, maksudnya, hehe," jawab Damar dengan tertawa jahil. "Dasar, anak jahil," ucap Iqbal dengan gemas, lalu keadaan menjadi hening sesaat karena Damar sedang serius membaca berkas kontrak yang baru saja dikirimkan oleh perusahaan klien. "Mitha belum kamu jemput?" tanya Iqbal. "Dia udah di rumah, Yah," jawab Damar. "Syukurlah kalau udah di rumah, tadi dia juga ijin sama Ayah kalau mau ke mall sama Fanny," ucap Iqbal. "Yah, besok aku ada meeting sama klien dari perusahaan kontraktor itu," ucap Damar. "Oke, besok kamu laporkan aja hasilnya sama Ayah," ucap Iqbal. "Pasti dong, Yah, kan Ayah masih CEO di kantor ini," ucap Damar. "Kalau urusan yayasan sudah selesai, kita adakan pertemuan untuk serah terima jabatan," ucap Iqbal. "Gak usah lah, Yah," ucap Damar. "Gak usah apanya, itu penting Damar, agar semua orang yakin sama kamu, Ayah juga sudah melihat bagaimana kinerja kamu, jadi sekarang kamu sudah bisa menggantikan Ayah," ucap Iqbal. "Aku ikut bagaimana baiknya aja, Yah," ucap Damar. "Nah gitu dong, setelah kamu menggantikan Ayah, Ayah akan fokus dengan yayasan, sampai nanti Mitha bisa menggantikan Ayah." ucap Iqbal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD