Bab 40: Cemburu Buta

1400 Words
"Di mana, Aland?" tanya Melinda kepada Ferdi, dia tiba-tiba datang ke kantor Aland untuk mengajaknya pergi. "Tuan Aland, tidak ada di kantor, Nyonya," jawab Ferdi. "Makanya saya tanya sama kamu, karena saya gak liat Aland di ruangannya, Ferdi, kamu itu gimana sih," ucap Melinda dengan kesal. "Tuan sedang ada urusan kantor di luar," ucap Ferdi. "Pasti Aland nyamar jadi supir taksi lagi, kan?" tanya Melinda dengan tatapan tajamnya. "Tidak, Nyonya," jawab Ferdi. "Bohong, cepetan bilang Aland di mana?" tanya Melinda. "Saya tidak ...." "Halah kelamaan, udahlah berarti saya harus benar-benar melakukan ini." ucap Melinda menyeringai lalu dia menghubungi seseorang untuk mencari Aland dan mengikutinya. Sudah lama dia menyimpan rencananya untuk menjauhkan Aland dengan gadis SMA itu, Melinda sengaja masih belum menjalankan rencananya karena menurut Melinda hal itu tidak terlalu penting, Melinda berpikir jika Aland hanya mencari kesenangan untuk melampiaskan rasa sakit hatinya karena Giska dulu, tapi ternyata apa yang Melinda pikirkan salah. *** Aland sedang dalam perjalanan menuju sekolah Mitha, dia sangat khawatir karena Mitha tidak dapat dihubungi, saat dia menelpon Fanny pun, Aland tidak kunjung mendapatkan jawaban. "Ya ampun, Sayang, kamu di mana," ucap Aland dengan gelisah, dia sudah sampai di depan gerbang sekolah Mitha, tapi keadaan di sana sangat sepi, Aland kembali menghubungi Mitha tapi ponselnya masih tidak aktif. "Alhamdulillah, ada taksi yang nangkring di sini," ucap Fanny dengan mata yang berbinar saat dia baru keluar dari gerbang sekolah. Fanny memang kembali ke sekolah untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di atas meja kantin. "Tapi, taksinya kayak kenal deh," ucap Fanny. Tok tok tok Fanny mengetuk kaca taksi, dan kaca pun terbuka. "Tuh kan bener Mas Aland," ucap Fanny. "Fanny!" sahut Aland. "Lagi ngapain, Mas?" tanya Fanny. "Nungguin Mitha," jawab Aland. "Emangnya Mitha gak kasih tau kalau dia udah pulang sama kakaknya?" tanya Fanny. "Aku telpon dia gak diangkat, telponnya mati," jawab Aland. "Oh ... pantesan Mas Aland ke sini," ucap Fanny. "Kamu mau pulang?" tanya Aland. "Iya," jawab Fanny sambil menganggukkan kepalanya. "Ya udah masuk, aku anterin kamu pulang," ucap Aland. "Serius mau anterin aku pulang, Mas?" tanya Fanny lagi. "Iya, kan kita satu arah," jawab Aland. "Oke deh, thank you," ucap Fanny, lalu duduk di samping Aland. "Tapi, Mitha gak bakalan cemburu nih, Mas?" tanya Fanny. "Gak lah, masa Mitha cemburu sama kamu, kecuali kalau kamu emang punya maksud tertentu." ucap Aland. Fanny pun segera masuk ke taksi Aland, setelah Fanny duduk dengan nyaman, Aland mulai melajukan mobilnya menuju rumah Fanny, dia tidak menyadari jika ada mobil yang mengikutinya. "Haduh dia malah peka lagi, please Bang, jangan bikin gue oleng sampe nikung temen sendiri, hancur dah semuanya," ucap Fanny dengan lirih. "Kamu ngomong apa?" tanya Aland. "Enggak Mas, enggak," jawab Fanny. "Kamu udah lama temenan sama Mitha?" tanya Aland. "Hmm ... semenjak aku pindah ke yayasan," jawab Fanny. "Iya dari kapan?" tanya Aland gemas. "Aku juga gak tau, Mas, lupa," jawab Fanny. "Mas, janji ya jangan sakitin Mitha," ucap Fanny. "Enggak dong, aku cinta banget sama dia," ucap Aland. "Beneran, Mas?" tanya Fanny. "Apa aku harus bersumpah sama kamu," jawab Aland. "Gak, Mas, gak usah aku percaya kok, Mas Aland gak bakalan kayak cowok pengecut itu," ucap Fanny. "Cowok pengecut siapa?" tanya Aland. "Ya pokoknya gitu deh, Mas," jawab Fanny. "Ceritain gak, kalau kamu gak cerita aku kunci kamu di sini," ucap Aland dengan tatapan tajamnya. "Om jangan Om, aku masih suci belum ternoda," ucap Fanny. "Kamu apa-apaan sih," ucap Aland. "Ya pokoknya jangan sentuh aku," ucap Fanny. "Ck ... mau cerita apa enggak?" tanya Aland. "Apa imbalannya kalau aku cerita sama, Mas," jawab Fanny. "Apapun yang kamu mau aku kasih," ucap Aland. "Serius?" tanya Fanny. "Iya, kamu mau apa, sebut aja," jawab Aland. "Oke, deal," ucap Fanny dengan senyuman yang sulit diartikan. "Jadi, siapa cowok yang berani deketin istri aku?" tanya Aland. "Weeiis santai, Bos, belum jadi istrinya juga," ucap Fanny. "Sebentar lagi," ucap Aland. "Oke ... oke," ucap Fanny. "Jadi, namanya Dirga, dia suka sama Mitha tapi pengecut, dia cuma ngajak Mitha jalan tapi gak pernah menunjukkan kalau dia cinta sama Mitha," ucap Fanny. "Maksudnya gimana, aku gak ngerti?" tanya Aland. "Ya pokoknya gitu lah," jawab Fanny. "Sekarang dia masih deketin Mitha?" tanya Aland. "Udah gak sih, gak tau kenapa dia malah jadi diem gak pecicilan kayak biasanya," jawab Fanny. "Bagus deh kalau dia udah gak deketin Mitha lagi," ucap Aland. "Cemburu, Mas?" tanya Fanny dengan jahil dan alis yang terangkat. "Ya jelas cemburu, istri aku dideketin sama cowok lain," jawab Aland. "Heii ... anda jangan ngaku-ngaku ya, nikahin dulu baru bilang dia istri," ucap Fanny dengan sengit. "Terserah aku, kita udah nyampe," ucap Aland, dia memang sudah menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Fanny. "Berapa ongkosnya, Mas?" tanya Fanny. "Kamu ngeledek aku," jawab Aland dengan alis yang terangkat. "Kok ngeledek sih, kan emang bener aku tanyain berapa ongkos taksinya," ucap Fanny. "Kamu gak liat nih kalau argometernya mati," ucap Aland. "Terus gimana dong?" tanya Fanny. "Ya udah turun aja," jawab Aland. "Serius, Mas?" tanya Fanny. "Iya, Fanny," jawab Aland. "Oke deh, thanks Mas," ucap Fanny lalu dia segera turun dari taksi Aland. "Sama-sama." ucap Aland, lalu dia segera pergi dari rumah Fanny, tanpa Aland sadari jika terjadi sesuatu kepada gadis yang baru saja turun dari taksinya. Drrttt Aland mengambil ponselnya yang berdering di dalam saku. "Halo, ada apa, Ma?" tanya Aland setelah dia menekan panel warna hijau di layar ponselnya. "Kamu tolong ambilin barang Mama di tokonya tante Yuna," jawab Melinda di ujung sana. "Kenapa aku, Ma!" ucap Aland dengan berdecak kesal. "Terus, Mama harus minta tolong siapa lagi, Aland!" ucap Melinda. "Emangnya barang apa?" tanya Aland. "Pokoknya kamu datang aja, nanti tante Yuna juga ngerti kok," jawab Melinda. "Mama gak lagi merencanakan sesuatu kan?" tanya Aland. "Enggak, ngerencanain apaan sih, kamu tuh ya pikirannya negatif mulu sama Mama," jawab Melinda. "Hmm ... kan biasanya kayak gitu kalau berhubungan sama tante Yuna," ucap Aland. "Udah pokoknya kamu jangan banyak tanya, turutin aja apa perintah, Mama." ucap Melinda lalu memtuskan sambungan telponnya. Melinda memang sengaja melakukan itu, dia sudah berencana untuk kembali mempertemukan Aland dengan Eliana, sudah berapa kali Melinda dan Yuna merencanakan itu, tapi selalu saja gagal. Kali ini Melinda berpikir jika usahanya akan berhasil karena dia sudah berhasil menyingkirkan wanita yang selalu membuat Aland membantah perintahnya. "Ck ... macem-macem aja sih." ucap Aland. Mau tidak mau Aland menuruti perintah Melinda untuk datang ke toko milik Yuna. Sesampainya di sana Aland .... *** "Seru kan, Bang?" tanya Mitha dengan senyuman yang mengembang. "Hmm ... lumayan sih," jawab Damar. "Kok lumayan?" tanya Mitha dengan berdecak kesal. "Kan dari tadi kamu yang main, udah gitu heboh sendiri," jawab Damar. "Bilang dong kalau Abang juga mau main," ucap Mitha. "Kamu aja yang gak peka," ucap Damar. "Ya udah, kita isi lagi tiketnya," ucap Mitha. "Gak usah," ucap Damar. "Diih ... malah ngambek, nanti cepet tua loh, Bang," ucap Mitha. "Abang, gak ngambek," ucap Damar. "Terus kenapa bibirnya kayak ikan cupang begitu, manyun aja," ucap Mitha. "Heh, gak sopan ngatain Abang kayak ikan cupang," ucap Damar. "Kan bibir Abang, bukan Abangnya," ucap Mitha. "Sama aja, Dek," ucap Damar mendengkus sebal. "Bang, beli minuman yuk, aku haus nih," ucap Mitha. "Abang juga laper, kita sekalian makan aja deh," ucap Damar. "Ayo!" ajak Mitha. "Mau makan di mana?" tanya Damar. "Jangan makan di sini ah, Bang, kita makan di tempat baisa aja," jawab Mitha. "Oke," ucap Damar, lalu dia merangkul Mitha dengan mesra, mereka menuju parkiran. "Bang, gak malu ngerangkul aku kayak gini, nanti disangka orang kita pacaran," ucap Mitha. "Bodo amat, gak usah pikirin apa kata orang," ucap Damar. "Ya kan, tapi Bang ...." "Mitha!" Mitha dan Damar menoleh mendengar seorang pria memanggilnya. "Mas Aland?" tanya Mitha dengan mata yang terbelalak, bukan karena dia takut Aland marah, tapi karena dia sedang bersama dengan Damar, Mitha takut jika Aland akan mengatakan hubungan mereka kepada Damar. "Siapa dia?" tanya Aland dengan tatapan tajamnya kepada Mitha, sedangkan Damar semakin kencang merangkul Mitha sambil memperhatikan Aland dari atas sampai bawah. "Perasaan, gue pernah ketemu sama dia," ucap Damar di dalam hatinya. "Mas, jangan marah dulu, ini...." "Jadi ini alasan kamu mematikan ponsel?" tanya Aland dengan sengit menyela ucapan Mitha. "Hp aku emang mati, Mas, semalam aku lupa charge hp, bukan sengaja dimatiin," jawab Mitha. "Dia pacar kamu, Sayang?" tanya Damar dengan sengaja dan membuat api cemburu di dalam hati Aland semakin berkobar. "b******k, berani kamu panggil calon istri saya sayang!" maki Aland lalu menarik lengan Damar dan.... BUGH "MAS, DIA INI KAKAK AKU!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD