Bab 41: Salah Sasaran

1065 Words
"b******k, berani kamu panggil calon istri saya sayang!" maki Aland lalu menarik lengan Damar dan.... BUGH BUGH BUGH Aland semakin naik pitam lalu melayangkan tinjunya berulang kali kepada Damar. "MAS, DIA INI KAKAK AKU!" ucap Mitha dengan sengit sambil menarik Damar dan melindungi Damar di balik tubuhnya. "Bohong!" ucap Aland dengan tatapan tajamnya. "Kamu gak percaya sama aku, Mas?" tanya Mitha. Lalu dia mengambil dompetnya dan menunjukkan foto keluarganya yang selalu dia simpan di dalam dompet. "Nih, kamu liat, ini foto keluarga aku, dia kakak kandung aku!" ucap Mitha dengan sengit. Mata Aland terbelalak sempurna saat dia baru menyadari wajah Damar. "Kamu kaget kan, makanya jangan mengambil kesimpulan tanpa tau keadaan yang sebenarnya," ucap Mitha, lalu dia berpaling kepada Damar yang wajahnya sudah babak belur karena dipukul oleh Aland. "Ayo, Bang, kita pulang!" ajak Mitha, sambil menarik lengan Damar. "Tunggu, maafin aku, Mitha!" ucap Aland, dia juga mencoba untuk meraih telapak tangan Mitha, tapi dengan cepat Mitha menepis tangan Aland. "Aku gak mau ngomong lagi sama kamu!" ucap Mitha lalu dia segera masuk mobil lebih dulu. "Mitha, tunggu!" cegah Aland sambil mengetuk kaca mobil Damar. "Kayaknya saya kenal sama Anda!" ucap Damar dengan melipat tangannya. Aland pun menoleh lalu menatap Damar. "Benar dugaan saya, Anda adalah Aland, CEO Lands Contractor," ucap Damar. "Ya." ucap Aland dengan singkat, dia pun mengakui apa yang diucapkan oleh Damar karena tidak mungkin dia mengelak, apalagi saat meeting di kantornya mereka bertemu dan menjalin kerja sama. "ABANG, CEPETAN!" teriak Mitha dari mobil Damar. "Anda berhutang penjelasan kepada saya," ucap Damar sambil menepuk pelan pundak Aland, setelah itu Damar masuk ke mobilnya. "Maafin aku, Mitha!" ucap Aland kembali mengetuk kaca mobil Damar, tapi Mitha tak menghiraukan Aland, dia segera meminta Damar untuk pergi. "s**t!" maki Aland menggeram frustasi. Aland merutuki dirinya karena sudah sembarangan menuduh Mitha. Aland pun masuk ke mobilnya untuk menyusul Mitha, dia harus bisa membuat Mitha memaafkannya karena dia tidak ingin kehilangan Mitha. "Dek, kayaknya pacar kamu itu ngikutin kita deh," ucap Damar. "Udahlah biarin aja, Bang," ucap Mitha dengan ketus. "Kamu tau siapa dia sebenarnya?" tanya Damar. "Maksud Abang apa," jawab Mitha. "Maksudnya, pekerjaan dia beneran supir taksi," ucap Damar. "BANG, JANGAN TANYA HAL YANG GAK PENTING DEH!" ucap Mitha dengan sengit. "Biasa aja dong, gak usah ngegas gitu," ucap Damar. "Lagian Abang ada-ada aja sih, udah liat sendiri kan tadi kalau dia itu emang supir taksi," ucap Mitha. "Iya, iya, maaf, makannya jadi gak?" tanya Damar. "Gak jadi, udah gak laper!" jawab Mitha semakin ketus. "Tapi, beneran Dek, kamu gak mau turun dulu ngomong sama dia baik-baik, dia cuma salah paham," ucap Damar. "Biarin aja, lagian cemburu gak tau tempat," ucap Mitha. "Jangan gitu, nanti kalau dia beneran pergi dari kamu, baru kamu nyesel," ucap Damar, Mitha pun terdiam lalu menoleh ke belakang untuk memastikan jika Aland benar-benar masih mengikuti dia. "Dek, pasangan yang cemburu itu, tandanya dia bener-bener cinta sama kamu." ucap Damar. Mitha menghela nafasnya dengan panjang, lalu meminta Damar untuk menghentikan mobilnya. Aland pun menghentikan taksinya di belakang mobil Damar. "Udah, ngomong baik-baik sana, nanti Abang tungguin di sini," ucap Damar. "Tapi, Abang jangan bilang sama ayah kalau aku masih berhubungan sama mas Aland," ucap Mitha. "Iya, Abang gak bakalan cerita, asalkan adik Abang ini bahagia," ucap Damar lalu mengacak rambut Mitha. "Abang emang kakak aku yang paling baik," ucap Mitha, sebelum dia turun dari mobil Damar, Aland kembali menghampirinya dan mengetuk kaca mobil Damar. "Tuh, dia balik lagi," ucap Damar. Mitha menghela nafasnya dengan panjang lalu turun dari mobil Damar. "Ngapain Mas ngikutin aku sama abang?" tanya Mitha dengan tatapan tajamnya. "Maafin aku, Sayang," jawab Aland sambil memegang tangan Mitha. "Hadeuh, jomblo ngeliatin yang kayak gini bikin nafas nyesek aja!" ucap Damar dari dalam mobil karena dia melihat apa yang dilakukan oleh Aland dan Mitha. "Aku gak mau maafin, Mas," ucap Mitha. "Ya udah, apa yang harus aku lakukan biar kamu maafin aku," ucap Aland. "Gak ada, Mas pulang aja sana, aku gak mau ngomong sama Mas lagi!" ucap Mitha. "Jangan gitu dong, Sayang, kalau kamu gak mau ngomong lagi sama aku, nanti aku bisa mati karena rindu!" ucapan Aland membuat Mitha membekap mulutnya berusaha untuk menahan tawa yang hampir saja lepas. "Please, Sayang, maafin aku, itu hukuman yang paling berat buat aku!" ucap Aland kembali memohon. "Halah lebay, palingan Mas nyari yang lain, yang lebih cantik, yang lebih langsing...." "Eh... enak aja, mana ada, kalau aku mau cari yang lain gak mungkin aku kejar kamu kayak gini," ucap Aland menyela. "Iya juga sih," ucap Mitha dengan lirih. "Jadi, maafin aku ya," ucap Aland. "Jangan minta maaf sama aku, minta maaf sama abang sana, kan Mas yang tonjok abang sampe babak belur," ucap Mitha. "Iya, aku minta maaf sama abang," ucap Aland. "Pokoknya, kalau abang gak maafin Mas, aku juga gak mau maafin Mas," ucap Mitha. "Semoga dia gak mempersulit kehidupan aku selanjutnya," ucap Aland dengan lirih. "Mas, bilang apa barusan?" tanya Mitha. "Gak bilang apa-apa, Sayang," jawab Aland lalu dia menghampiri Damar yang masih di dalam mobil. "Bang, maafin saya," ucap Aland sambil mengulurkan tangannya. "Hah? Abang?" tanya Damar. "Iya, Anda kan abang dari calon istri saya, jadi saya juga harus memanggil Anda abang," jawab Aland. "Alamak, berasa tua banget dong gue," ucap Damar. "Emang udah tua, sendirinya aja yang gak nyadar, tingkahnya masih petakilan kayak anak kecil," ucap Mitha. "Yeh, petakilan apaan sih," ucap Damar. "Tuh dimaafin gak, Bang?" tanya Mitha. "Iya, iya, Abang maafin," jawab Damar lalu dia menjabat tangan Aland. "Saya boleh ajak Mitha pergi?" tanya Aland. "Ke mana?" tanya Damar. "Hmm... belum tau, tapi saya ingin bicara berdua dengan Mitha," jawab Aland. "Oke, tapi jangan lama-lama dan jangan langsung mengantar Mitha ke rumah, nanti biar saya yang jemput Mitha," ucap Damar. "Oke, terima kasih," ucap Aland. "Bang, janji ya jangan bilang sama ayah," ucap Mitha. "Iya, Abang janji, udah pergi sana," ucap Damar. "Terus, sekarang Abang mau ke mana?" tanya Mitha. "Mau ke rumah temen Abang aja," jawab Damar. "Ayo, Sayang," ajak Aland. "Haiiiyyaah, sayang, sayang, pala lo peang," gerutu Damar, dia pun segera pergi. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Mitha, setelah dia duduk di dalam taksi. "Terserah kamu mau ke mana aja," jawab Aland. "Kok terserah aku sih," ucap Mitha. "Pokoknya ke mana pun kamu mau pergi, aku pasti antar kamu," ucap Aland. "Ya udah deh, kita ke taman aja, Mas," ucap Mitha. "Oke, Sayang." ucap Aland, dia langsung menuju taman terdekat menuruti keinginan Mitha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD