Bab 42: Salah Sasaran Part 2

1000 Words
"Aduh, kenapa kepala gue sakit banget," ucap Fanny yang baru membuka matanya. Fanny mengitari pandangannya ke sekitar, dia baru menyadari jika berada di ruangan yang sangat asing. Bukan itu saja, bahkan tangan dan kaki Fanny diikat di kursi tempat dia duduk. Fanny kembali memejamkan matanya mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Saat turun dari taksi Aland, Fanny merasakan jika ada orang yang sedang memperhatikannya, benar saja saat Fanny menoleh ada beberapa orang pria yang datang dan langsung membekap mulutnya dan hidung Fanny hingga dia tidak sadarkan diri. "Berarti gue diculik," ucap Fanny dengan lirih. "TOLONG! TOLONG!" teriak Fanny, tapi keadaan sangat sepi di sana, Fanny hanya melihat barang-barang yang sudah usang bertumpuk tak beraturan di sana. "Tolong!" teriak Fanny lagi, dan akhirnya ada orang yang membuka pintu. "Dia sudah sadar, Bos," ucap orang yang masuk itu. "LEPASIN GUE!" teriak Fanny. "DIAM!" bentak orang itu, lalu terdengar lagi langkah kaki beberapa orang yang akan masuk ke ruangan itu. "Kita apakan dia, Bos?" tanya yang lainnya. "Dia terlalu kecil untuk menuntaskan hasrat kita," jawab yang lainnya, membuat mata Fanny membulat sempurna, detak jantungnya pun tidak karuan, dia sangat takut, tapi Fanny tidak boleh menunjukkan jika dia ketakutan. "Kasih makan dia, kita tunggu nyonya datang," ucap salah satu dari mereka. "Heh, gue bukan mau makan, tapi gue pengen keluar dari sini!" teriak Fanny. Tapi orang-orang itu tidak mendengarkan teriakan Fanny, mereka kembali keluar dari ruangan itu, dan salah satu dari mereka kembali membawakan makanan untuk Fanny. "Nih makan," ucap dia. "Om, bego atau gimana sih, kan tangan gue diikat, gimana bisa makan, mau pake kaki huh? Kaki gue juga diikat, bener-bener tulul nih orang." ucap Fanny agar orang itu membuka ikatan tangan dan kakinya, Fanny bisa menyelinap untuk keluar dari tempat itu. "Buka mulut kamu!" ucap orang itu. "Huh? Buka mulut mau ngapain?" tanya Fanny. "Katanya kamu mau makan, biar saya yang suapin kamu, kamu pikir saya gak tau kalau kamu sedang mencari cara untuk kabur," jawab dia. "Ternyata gak setulul yang gue pikirkan eperibodeh," ucap Fanny. "Cepetan, mau makan atau enggak?" tanya dia. "Iya, marah-marah mulu udah kayak syaiton kerasukan," jawab Fanny. "Syaiton kerasukan, berarti lebih lucknut dari syaitonirrojim dong," ucap Fanny sambil mengunyah makanannya. "Pantas saja nyonya meminta kami menculik kamu, kelakuan kamu kayak begini," ucap dia sambil menyuapi Fanny. "Nyonya siapa sih?" tanya Fanny dengan sengit. "Saya!" Fanny dan orang itu menoleh saat mendengar suara seorang wanita paruh baya yang baru masuk ke ruangan itu. "Tante siapa?" tanya Fanny. "Saya Melinda," jawabnya. "Oh, tapi saya gak kenal sama Tante," ucap Fanny. "Saya meminta mereka membawa kamu ke sini bukan untuk berkenalan sama kamu!" ucap Melinda dengan tatapan tajamnya kepada Fanny. "Eh Om, mana minumnya, seret banget nih," ucap Fanny, orang itu berdecak dengan kesal, lalu memberikan air minum kepada Fanny. BRAAK "Uhuk... uhuk... uhuk...." Fanny yang sedang minum tersedak, dia terkejut karena mendengar Melinda memukul meja dengan sangat kencang. "Ya ampun, Tante, pelan-pelan dong, aku kan jadi kaget," ucap Fanny. "Saya heran, kenapa anak saya bisa cinta sama perempuan kayak kamu!!" ucap Melinda dengan sengit. "Hah? Aku pacaran sama anak, Tante?" tanya Fanny dengan kening yang berkerut. "Jangan pura-pura bodoh kamu!" jawab Melinda. "Diih emang beneran aku gak tau, aku juga baru kenal sama Tante, lagian aku gak tau siapa anak Tante, gimana pacarannya coba," ucap Fanny. "Akui saja jika kamu memang pacaran sama anak saya, apa yang kamu inginkan?" tanya Melinda. "Haiish ... Tante ini gak paham bahasa manusia ya, apa aku harus ngomong pake bahasa alien biar Tante ngerti?" tanya Fanny. "Kurang ngajar ya kamu, pokoknya saya gak mau dengar apa alasan kamu, kamu harus menjauhi anak saya, atau saya akan membuat hidup kamu menderita!" ucap Melinda. "AKU GAK KENAL SAMA ANAK TANTE, GIMANA NGEJAUHINNYA, TANTE KENAPA GAK PAHAM JUGA!" ucap Fanny dengan sengit, lalu Melinda melemparkan uang yang sangat banyak kepada Fanny. "Ambil uang ini, dan tinggalkan anak saya, atau kamu akan menyesal seumur hidup!" ancam Melinda. "Terserah, aku gak ngerti apa yang Tante maksud, lagian aku gak butuh uang Tante, uang orang tua aku juga banyak!" ucap Fanny. "Alasan, kamu sengaja mendekati anak saya yang kaya raya karena kamu membutuhkan uang untuk membiayai sekolah kamu," ucap Melinda. "Aduh nih emak-emak dibilangin berkali-kali gak ngerti juga," ucap Fanny dengan lirih. "Tante, denger ya, papa saya itu anggota intelejen negara, mama saya seorang psikolog, jadi buat apa saya pacaran sama anak Tante cuma buat morotin uangnya, gak ada kerjaan banget, kalau emang mau uang saya tinggal minta sama orang tua saya," ucap Fanny dengan bangga. "Cukup, lama-lama kepala saya pecah denger ocehan kamu," ucap Melinda. "Ya udah kalau gitu, lepasin saya," ucap Fanny. "Tidak semudah itu," ucap Melinda. "Haiish ... terus mau apa lagi," ucap Fanny. "Kalian urus dia, buat dia mau menjauhi anak saya," ucap Melinda kepada orang-orang suruhannya. "Baik, Nyonya," ucapnya, lalu Melinda pun pergi. "Om, Om, emangnya siapa sih anak si emak itu?" tanya Fanny. "Diam kamu, jangan pura-pura bodoh!" ucap pria itu. "Kita apakan dia?" tanya salah satunya. "Nyonya hanya bilang kita harus mengurus dia agar dia tidak mendekati anaknya lagi, bagaimana jika kita...." jawabnya dengan evil smirk. "Aku mengerti, jika masa depan anak ini kita renggut, anak nyonya sudah pasti tidak ingin berhubungan lagi dengannya," ucap dia. "Woy, lo mau ngapain liatin gue kayak gitu, pake bisik-bisik segala lagi," ucap Fanny. "Gadis manis, sekarang mau gak temenin Om main?" tanya dia sambil membelai wajah Fanny. "Cih ... geli banget sih, lepasin gue dulu!" ucap Fanny dengan sengit. "Oke, kita lepasin kamu, tapi kamu gak boleh kabur," ucap dia, lalu melepaskan ikatan tangan Fanny. "Sakit tau!" ucap Fanny sambil memegang pergelangan tangannya yang kemerahan. "Mana yang sakit, sini Om obatin," ucapnya sambil memegang tangan Fanny, lalu mengecup lengan Fanny. PLAAK "Jangan kurang ngajar lo!" teriak Fanny setelah menampar orang itu. "Dia mulai galak, Bro," ucap dia menyeringai. "Gue suka yang galak begini!" ucapnya semakin mendekat kepada Fanny. "Lo mau ngapain, huh? Pergi!" teriak Fanny sambil menjauh dari mereka. "Mari kita main-main, Sayang!" ucapnya. "PERGI, JANGAN SENTUH GUE!" teriak Fanny lagi, namun usahanya sia-sia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD