Bab 54: Menjaga Rahasia

1220 Words
Satu jam lebih berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang UGD, semua orang dengan cepat menghampiri dokter, terlebih lagi Rania, dia sudah sangat tidak sabar ingin tau bagaimana keadaan Mitha. "Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Rania. "Keadaanya tidak terlalu berbahaya, karena itu hanya luka sobek di bagian kulit kepala," jawab dokter. "Alhamdulillah, tidak ada luka yang berakibat fatal, Dok?" tanya Rania lagi. "Tidak ada, saat ini pasien masih dalam pengaruh obat bius, kalian bisa melihat keadaannya setelah pasien dipindahkan ke ruang perawatan," jawab dokter. "Baik, terima kasih, Dokter," ucap Iqbal, lalu dokter pun pergi bersamaan dengan Mitha yang keluar dari ruang UGD dengan mata terpejam dan kepala berbalut perban menggunakan bantal khusus. Semua orang mengikuti suster membawa Mitha ke ruang perawatan. Kini hanya Rania dan Iqbal yang masuk ke ruang perawatan Mitha, Rania terus menggenggam telapak tangan putrinya dengan air mata yang tak henti menetes. "Bun, udah dong nangisnya, Mitha juga udah baik-baik aja," ucap Iqbal. "Tapi, Mitha masih belum bangun, Yah," ucap Rania. "Sebentar lagi Mitha juga sadar," ucap Iqbal. "Bunda gak tenang kalau Mitha belum bangun," ucap Rania. "Iya, Ayah ngerti Bunda sangat mengkhawatirkan Mitha tapi jangan nangis terus, nanti di sini banjir," ucap Iqbal. "Ayah," ucap Rania. "Lebih baik Ayah ajak Bunda pulang, Bunda dari tadi belum istirahat, Yah," ucap Damar yang baru saja masuk ke ruangan Mitha bersama Fanny. "Bunda gak mau," ucap Rania. "Muka Bunda pucat banget, nanti Bunda sakit, biar aku sama Bang Damar yang nungguin Mitha di sini," ucap Fanny. "Bunda mau di sini aja sampai Mitha sadar," ucap Rania. "Huh... Bunda emang selalu keras kepala," ucap Damar. "Udahlah, biarin aja Bunda di sini dulu," ucap Iqbal. "Teman kalian yang lain mana?" tanya Rania. "Mas Aland sama Sesha maksud, Bunda," jawab Fanny. "Iya, mereka," ucap Rania. "Ada di luar, Bun, katanya nanti aja mereka gantian jenguk Mitha," ucap Fanny. "Aland itu temen kamu, Damar?" tanya Rania. "Itu Bun, cowok yang kemarin Ayah maksud," jawab Damar. "Oh, jadi dia, ganteng juga," ucap Rania. "Bunda!" ucap Iqbal dengan tatapan tajamnya kepada Rania. "Hmm... Ayah, gitu aja cemburu," ucap Rania. "Bukan cemburu, tapi...." "Bilang aja kalau emang cemburu, Yah," ucap Damar menggoda. "Kamu juga malah ikut-ikutan," ucap Iqbal. "Pokoknya aku tetep dukung, Bunda," ucap Damar. "Kalian ini kenapa malah pada ngelantur," ucap Rania. "Jangan ada yang bilang ke Mitha kalau Ayah udah tau soal hubungannya sama Aland," ucap Iqbal. "Kenapa, Yah?" tanya Damar. "Ayah mau Mitha sendiri yang jujur soal hubungannya sama Ayah," jawab Iqbal. "Denger tuh, Beb, kamu jangan sampe keceplosan bilang sama Mitha," ucap Damar lalu merangkul Fanny dengan mesra. Apa yang Damar lakukan membuat mata Fanny terbelalak sempurna dengan jantung yang berdegup sangat kencang tidak karuan. 'Mati gue, kenapa dia panggil gue 'Beb' di depan orang tuanya.' ucap Fanny di dalam hatinya. "Beb, kenapa diem aja?" tanya Damar dengan alis yang terangkat dan senyuman jahilnya. 'Dasar lucknut, santai banget dia tanya kenapa gue diem aja, ingin sekali gue tampol mulutnya it.' Ucap Fanny di dalam hatinya dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin kepada Damar. "Hehe gak apa-apa kok, aku cuma lagi mikirin itu tadi, adegan film yang mutilasi orang," jawab Fanny. "Ya ampun serem amat, Beb," ucap Damar lagi dia sengaja melakukan itu di hadapan orang tuanya untuk meyakinkan mereka agar semakin percaya dengan rencana pernikahan Damar dan Fanny. 'Iya, orang yang mau gue mutilasi elu.' ucap Fanny lagi di dalam hatinya. "Karena keadaan Mitha seperti ini jadi kita...." "Sesha!" ucapan Iqbal terhenti karena mereka mendengar suara Mitha dengan lirih. "Alhamdulillah, kamu udah sadar, Nak," ucap Rania lalu mengecup lembut kening Mitha. "Sesha mana, Bun?" tanya Mitha dengan suara nyaris tidak terdengar. "Ya ampun, Mitha, keadaan lo lagi kayak begini, masih aja mikirin orang lain," jawab Fanny. "Tapi, kan tadi Sesha...." "Sesha ada di luar, dia baik-baik aja," ucap Damar. "Alhamdulillah," ucap Mitha dengan lirih. "Ayah panggil dokter dulu ya," ucap Iqbal lalu dia pergi keluar untuk memanggil dokter. "Apa yang kamu rasakan, Nak?" tanya Rania. "Pusing, Bun, kepala aku juga sakit banget," jawab Mitha. "Pasti sakit lah, orang kepala lo dijait," ucap Fanny. "Makanya, kalau mau nolongin orang tuh harus pikirin keselamatan diri sendiri juga," ucap Damar. "Kan gak tau bakalan celaka, Bang," ucap Mitha. "Udah, jangan mulai ribut, yang penting sekarang Mitha udah baik-baik aja," ucap Rania. "Abang sama Fanny keluar dulu, nanti kalau dokter udah selesai periksa kamu, kita ke sini lagi," ucap Damar, lalu dia pun keluar bersama Fanny. "Kamu bikin Bunda panik aja," ucap Rania sambil membelai kepala Mitha. "Maaf, Bun," ucap Mitha, tak lama Iqbal pun kembali bersama dengan dokter dan perawat. Mereka langsung memeriksa keadaan Mitha. "Ada keluhan lain selain pusing dan sakit di bagian kepala?" tanya dokter. "Gak ada, Dok," jawab Mitha. "Baiklah, setelah lukanya kering kamu boleh pulang," ucap dokter. "Alhamdulillah, terima kasih, Dokter," ucap Rania. "Sama-sama, saya permisi," ucap dokter lalu keluar dari ruangan Mitha bersamaan dengan Damar dan Fanny yang kembali masuk karena perintah Iqbal. "Karena keadaan Mitha sedang tidak memungkinkan, kalian gak keberatan kalau acara nanti malam kita tunda sampai Mitha sembuh?" tanya Iqbal. "Kok ditunda, Yah, jangan dong, orang tua Fanny udah tau kalau Ayah sama Bunda mau datang melamar Fanny, nanti mereka kecewa dan gak percaya lagi sama Abang," jawab Mitha. "Lo gak usah mikirin itu, Mith, nanti gue yang bilang sama mama papa, mereka pasti mengerti keadaannya kok," ucap Fanny. "Aku gak mau acara kamu sama Abang batal gara-gara aku," ucap Mitha. "Kan gak batal Dek, kata Ayah cuma ditunda sampai kamu sembuh," ucap Damar. "Iya, kan bukan batal, kalau kita semua pergi ke rumah Fanny, siapa yang jagain kamu di sini?" tanya Rania. "Bunda, kan kalian pergi gak semaleman, paling cuma berapa jam, aku gak apa-apa sendirian dulu di sini," jawab Mitha. "Dasar ya, selalu punya banyak alasan," ucap Damar. "Pokoknya, acara nanti malam jangan dibatalin," ucap Mitha. "Kamu gak ikut dong?" tanya Damar. "Gak apa-apa, Bang, kan baru lamaran, nanti kalau Abang sama Fanny akad nikah, aku wajib ikut," jawab Mitha. "Iyalah wajib, kalau kamu gak ikut pas kita akad nikah, Abang pecat kamu jadi adik Abang," ucap Damar. "Jadi gimana, Yah?" tanya Rania. "Ya udah, kita jadi ke rumah Fanny malam ini," jawab Iqbal. "Yeay, selamat ya, Abang, Fanny," ucap Mitha bersemangat. "Aduh, jangan heboh-heboh, nanti jahitan di kepalanya kebuka lagi gimana," ucap Rania. "Hehe, maaf, Bun, lagian ini kenapa bantalnya kayak begini, gak enak dipakenya," ucap Mitha. "Itu kan biar jahitan kamu aman, Dek," ucap Damar. "Iya juga sih, tapi kan tetep aja gak enak, Bang," ucap Mitha. "Nanti Abang tanya dulu sama dokter, boleh atau enggak kalau bantalnya diganti," ucap Damar. "Thank you, Abang," ucap Mitha. "Bunda, kan Mitha udah baik-baik aja, sekarang Bunda pulang, istirahat," ucap Damar. "Enggak, Bunda masih mau di sini," ucap Rania. "Bun, nanti malam kan kita mau ke rumah Fanny, jadi Bunda harus istirahat dulu," ucap Damar. "Ya udah deh, Bunda pulang," ucap Rania. "Kamu jagain adiknya yang bener ya, jangan usil," ucap Iqbal. "Iya, Ayah, kalau Mitha udah sembuh aku jail lagi sama dia," ucap Damar. "Abang!" ucap Rania dengan tatapan tajamnya. "Bercanda, Bunda," ucap Damar. "Ayah sama Bunda pulang dulu ya, Nak," ucap Rania lalu mengecup kening Mitha. "Jangan lupa beliin adik kamu makanan," ucap Iqbal. "Iya, Ayah." ucap Damar, setelah itu Iqbal dan Rania pun keluar dari ruangan Mitha, tak lama setelah itu Aland dan Sesha masuk ke ruangan Mitha, membuat Mitha terkejut karena takut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD