Bab 55: You're Not Alone!

1005 Words
"Ma-Mas Aland!" ucap Mitha dengan mata yang terbelalak sempurna saat melihat Aland masuk ke ruangannya bersama Sesha. "Bagiamana keadaan kamu?" tanya Aland dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas lalu menggenggam tangan Mitha dan duduk di kursi yang ada di samping ranjangnya. "Ta-tadi, Mas gak papasan sama ayah, kan?" tanya Mitha dengan wajah yang semakin memucat, Aland tidak menjawab pertanyaan wanita yang sangat dia cintai itu, tapi Aland hanya tersenyum sambil membelai lembut wajah Mitha. "Mas, jawab pertanyaan aku," ucap Mitha. "Emangnya kenapa kalau Aland papasan sama ayah?" tanya Damar dengan alis yang terangkat. "Nanti ayah... itu... anu... Bang, nanti ayah...." jawab Mitha dengan gugup. "Marah?" sergah Damar. "Iya," jawab Mitha dengan lirih. "Jika aku bertemu dengan ayah, aku akan menjelaskan apa yang terjadi di antara kita," ucap Aland. "Mas, jangan," ucap Mitha dengan lirih. "Bagaimana keadaan kamu?" tanya Aland dengan lembut. "Aku udah baik-baik aja, Mas," jawab Mitha sambil tersenyum. "Jangan buat aku takut lagi," ucap Aland. "Ekhem... dasar yang pacaran, serasa dunia milik berdua aja," ucap Fanny menyindir. "Mana ada milik berdua, buktinya di sini ada kamu, Bang Damar, sama Sesha," ucap Mitha lalu dia dengan cepat melirik kepada Sesha. "Sha, kamu baik-baik aja?" tanya Mitha. "Gue baik-baik aja, Mith," jawab Sesha dengan lirih, entah apa yang ada di dalam pikiran gadis itu sekarang. "Beneran gak apa-apa kan, terus baby kamu...." Sadar dengan apa yang baru saja dia ucapkan, Mitha langsung membekap mulutnya sendiri. "Dia baik-baik aja, tadi gue udah periksa juga kok ke dokter," ucap Sesha sambil tersenyum tipis. "Ngobrolnya nanti lagi ya, sekarang kamu istirahat, biar cepet sembuh," ucap Aland. "Ini juga aku lagi istirahat, Mas," ucap Mitha. "Maksudnya, kamu jangan memikirkan hal yang aneh-aneh dulu," ucap Aland. "Aku gak mikirin yang aneh-aneh, kok," ucap Mitha. "Kebiasaan ya, kalau dikasih tau pasti ada aja alasannya," ucap Aland. "Enggak alesan, emang kayak gitu kenyataannya," ucap Mitha. "Oke, oke, kamu yang menang, aku beli makanan dulu ya," ucap Aland. "Buat siapa?" tanya Mitha. "Buat kita," jawab Aland. "Oke deh," ucap Mitha sambil tersenyum. "Kamu mau makan apa?" tanya Aland. "Apa aja, Mas juga udah tau kan," jawab Mitha. "Oke," ucap Aland, lalu dia beranjak dari tempatnya. "Saya ingin bicara dengan Anda, Tuan Aland," ucap Damar. "Soal apa?" tanya Aland. "Jangan berpura-pura bodoh, Anda berhutang penjelasan kepada saya," jawab Damar. "Saya rasa itu tidak perlu," ucap Aland. "Sangat perlu menjelaskan semuanya kepada saya," ucap Damar. "Abang, apa-apaan sih," ucap Mitha. "Diem, Dek, ini demi kebaikan kamu," ucap Damar. "Haiish... kebiasaan deh suka kayak gitu, kepo banget sama urusan orang," ucap Mitha. "Ayo, mau bicara di mana?" tanya Aland. "Mas, jangan dengerin omongan Abang, Abang suka ngaco kalau ngomong," ucap Mitha. "Gak apa-apa, Sayang, aku emang harus bicara sama Abang kamu," ucap Aland. "Hadeuh... kebiasaan banget deh, mesra-mesraan suka gak tau tempat," ucap Fanny. "Beb, kalian jagain Mitha ya," ucapan Damar membuat Fanny menepuk keningnya perlahan. "Dia juga malah ketularan," ucap Fanny lirih. "Pokoknya, jagain calon adik ipar kamu," ucap Damar. "Tunggu dulu dong, Bang, jangan dulu pergi, bantuin aku duduk, kalau enggak atur tinggi ranjangnya, aku kan pegel tiduran terus," ucap Mitha. "Kenapa tadi gak bilang sama aku, Sayang," ucap Aland, lalu dia kembali menghampiri Mitha dan membantu Mitha untuk bangun. "Malu," ucap Mitha dengan lirih. "Kenapa malu?" tanya Aland dengan alis yang terangkat. "Ya... malu aja, Mas," jawab Mitha. "Ini udah enak?" tanya Aland. "Lumayan, tapi gak usah pake bantal dulu deh," jawab Mitha. "Ya udah, aku sama Abang keluar dulu," ucap Aland. "Mas, kalau Abang tanya yang aneh-aneh jangan dijawab," ucap Mitha. "Suudzon terus sama abangnya," ucap Damar yang mendengar ucapan Mitha. "Bukan suudzon, Abang kan emang aneh," ucap Mitha. "Terserahlah," ucap Damar dia pun keluar dari ruangan Mitha lebih dulu. "Fan, titip Mitha ya," ucap Aland. "Beres, Mas," ucap Aland lalu dia pergi menyusul Damar, kini hanya ada Fanny dan Sesha di ruangan Mitha. "Sha, kamu duduk, jangan berdiri aja di situ," ucap Mitha. "Dia udah gak kasian sama anaknya, Mith, lagian ngapain sih masih di sini, bukannya pulang sono," ucap Fanny. "Fanny," ucap Mitha lirih sambil memberikan isyarat agar Fanny diam. Sesha pun mendekat, lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang Mitha, lalu dia menggenggam tangan Mitha dan menangis. "Sha, kenapa?" tanya Mitha. "Maafin gue, Mith," jawab Sesha di sela isaknya. "Aku udah maafin kamu," ucap Mitha sambil tersenyum. "Lo gak lagi pura-pura minta maaf sama Mitha, kan?" tanya Fanny. "Enggak, gue benar-benar minta maaf sama kalian berdua," jawab Sesha masih dengan tangisnya. "Gue belom percaya, bisa aja kan besok lo bully Mitha lagi," ucap Fanny. "Fan, jangan kayak gitu, gak baik," ucap Mitha. "Maafin gue, Fan." ucap Sesha setelah dia beranjak dari tempatnya dan menghampiri Fanny sambil mengulurkan tangannya tanda meminta maaf. Fanny melihat Sesha dengan tatapan mengintimidasi lalu melirik kepada Mitha, sahabatnya itu memberikan isyarat agar Fanny mau memaafkan gadis yang ada di hadapannya itu. "Oke, gue maafin lo, tapi kalau lo sampai bully Mitha lagi, gue cincang lo," ucap Fanny sambil menjabat tangan Sesha. "Terima kasih, setidaknya gue sedikit lega karena kalian udah maafin gue," ucap Sesha lirih setelah melepaskan jabatan tangannya. "Terima kasih, Mitha," ucap Sesha, lalu dia bergegas untuk keluar dari ruangan Mitha. "Kamu mau ke mana?" tanya Mitha. "Gue harus pergi, urusan gue udah selesai, maaf dari kalian benar-benar berarti buat gue, cuma itu yang gue mau," jawab Sesha dengan lirih sambil menghapus air matanya. "Kamu gak sendirian, Sha," ucapan Mitha membuat Sesha kembali menoleh kepadanya. "Iya, gue gak sendirian, Mith, masih ada mami yang temenin gue, walaupun sekarang keadaan mami gak seperti dulu," ucap Sesha. "Kamu lupa kalau kamu masih punya kita, teman kamu," ucap Mitha. "Teman?" tanya Sesha dengan lirih. Apakah pantas Mitha menyebut Sesha temannya setelah apa yang Sesha lakukan kepada Mitha? Jangankan untuk menganggap Mitha sebagai temannya, bahkan saat ini Sesha merasa sangat malu menunjukkan wajahnya di hadapan Mitha. Kenapa? Kenapa Mitha begitu baik kepadanya, apa Mitha hanya berpura-pura baik sama seperti teman Sesha yang lainnya? Tapi hati Sesha tidak bisa menerima tuduhan itu dari pikirannya sendiri. "Aku dan Fanny teman kamu, kamu gak sendiri, Sha." ucap Mitha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD