Bab 56: Waktunya Menata Masa Depan

1030 Words
"Kita bisa memulai semuanya dan berteman dengan baik, Sha," ucap Mitha sambil tersenyum. Ucapan Mitha membuat mata Sesha berkaca-kaca, lalu.... "Wooyy... lo gila ya, lagi bunting lari-larian kalo lo nyungseb gimana?" teriak Fanny karena Sesha tiba-tiba berlari menghampiri Mitha dan memeluknya. "Sha, jangan lari, aku kaget nih," ucap Mitha sambil membelai punggung Sesha yang kini menangis di dalam dekapannya. "Maafin gue, Mitha," ucap Sesha lagi di sela isaknya. "Iya, aku maafin kamu, sekarang jangan nangis lagi," ucap Mitha, lalu Sesha melepaskan pelukannya. "Cengeng banget sih lo, ntar banjir nih rumah sakit gara-gara lo mewek mulu," ucap Fanny. "Fanny!" ucap Mitha dengan tatapan tajamnya. "Jangan dengerin dia, dia emang agak gila kalau ngomong," ucap Mitha. "Awas aja kalo lo bully Mitha lagi, beneran gue cincang lo, lo ngumpet di lobang cacing juga gue bakalan cari lo!" ucap Fanny dengan tatapan tajamnya. "Enggak, sekarang gue udah ngalamin semua yang Mitha rasakan dulu, mungkin lebih parah dari itu," ucap Sesha kembali menangis. "Udahlah, jangan ingat lagi masa lalu, sekarang waktunya kita menata masa depan," ucap Mitha sambil tersenyum. "Terima kasih kalian mau maafin gue," ucap Sesha. "Kita memang harus saling memaafkan, Sha, jadi tidak perlu berterima kasih," ucap Mitha. "Tapi kenapa lo bisa jadi kayak gini?" tanya Fanny, sedangkan Mitha menggelengkan kepalanya perlahan kepada Fanny agar dia tidak bertanya hal yang menurutnya sangat sensitif untuk Sesha. "Kalo lo gak mau cerita juga gak apa-apa," ucap Fanny. "Gue gak tau lagi harus gimana," ucap Sesha dengan lirih. "Makanya kalo main tuh jangan kebablasan," ucap Fanny. "Fanny!" ucap Mitha lagi. "Enak aja kebablasan, gue gak pernah macem-macem ya, gue emang nakal, tapi gak pernah main yang aneh-aneh sama cowok," ucap Sesha. "Eh dodol, bocah ingusan juga ngerti, kalo lo hamil, berarti lo udah nunununu sama cowok," ucapan Fanny membuat Sesha terdiam. "Noh kan diem hayo lo ngaku siapa bapaknya," ucap Fanny. "Kamu udah nikah, Sha?" tanya Mitha dengan hati-hati, Mitha tidak ingin berburuk sangka kepada Sesha. Sesha menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Terus?" tanya Fanny. "Gue juga gak tau siapa ayah anak gue," jawaban Sesha membuat mata Fanny dan Mitha terbelalak sempurna. "Ma-maksudnya... lo itu, korban... korban...." ucap Fanny dengan mata yang terbelalak. "Bukan juga," ucap Sesha menyela apa yang Fanny katakan. "Kok gue jadi bingung ya, lo bukan korban pelecehan, terus lo gak tau juga siapa ayah anak lo, gimana sih jadinya," ucap Fanny. "Waktu itu gue...." Sesha pun menceritakan semua yang terjadi malam itu kepada Mitha dan Fanny. "Wah emang gila, berarti lo dijebak, Sha!" ucap Fanny. "Hah? Dijebak?" tanya Mitha dan Sesha bersamaan. "Ya ampun ternyata lo berdua pada bego, di sini udah jelas siapa biang keladi dari semuanya," jawab Fanny. "Emangnya siapa?" pertanyaan Sesha membuat Fanny menepuk keningnya dengan kencang. "Lo dateng ke club sama siapa?" tanya Fanny. "Nita," jawab Sesha. "Terus, yang ngasih lo minuman siapa?" tanya Fanny lagi. "Temennya Nita, tapi gue gak tau siapa namanya," jawab Sesha. "Terserahlah mau tau namanya atau enggak, namanya Udin, Ucup, Bambang juga gue gak peduli, intinya dia temen si syaitonirrojim Nita," ucap Fanny. "Iya, terus?" tanya Sesha. "Astaghfirullahal'adzim, emang bener-bener begonya udah nyampe ubun-ubun, udah gue kasih clue masih aja gak ngerti," jawab Fanny. "Intinya yang menjebak kamu itu Nita, Sha," ucap Mitha. "Nita?" tanya Sesha. "Iya dia!" jawab Fanny dengan gemas. "Apa cowok itu juga Nita yang nyuruh?" tanya Sesha. "Bisa jadi, tapi kita harus cari bukti jangan sampai jadi fitnah," jawab Mitha. "Bukti udah ada, Mith, kita tinggal labrak aja dia, gue gak nyangka selama ini mereka cuma memanfaatkan gue," ucap Sesha dengan rahang yang mengeras. "Lo jangan langsung tanya sama dia, dia gak bakalan ngaku," ucap Fanny. "Terus gimana?" tanya Sesha. "Lo jebak balik dia," jawab Fanny. "Caranya?" tanya Sesha. "Ntar, gue mikir dulu," jawab Fanny. "Kalian jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh ya," ucap Mitha. "Dia yang duluan, Mith, kalo kita gak lebih aneh, dia gak bakalan ngaku," ucap Fanny. "Terus rencana kamu sekarang gimana, Sha?" tanya Mitha. "Gue belum tau, Mith, lanjut kuliah gak mungkin, keadaan ekonomi keluarga gue sekarang udah gak memungkinkan, belom lagi sekarang gue lagi berbadan dua, sebentar lagi gue juga butuh biaya banyak, kayaknya gue harus cari kerja," jawab Sesha. "Aku pasti bantu kamu cari kerja," ucap Mitha. "Emangnya ada yang mau terima lulusan SMA kayak gue, apalagi gue lagi hamil," ucap Sesha. "Gimana kalau kamu jualan online aja, Sha," ucap Mitha. "Jualan online?" tanya Sesha. "Iya, kamu kan ngerti banget tuh soal fashion, pasti cocok buat kamu," jawab Mitha. "Modalnya pasti gede, Mith, gue gak punya modal, tabungan juga kayaknya cuma cukup buat kebutuhan sehari-hari, belom lagi pengobatan mami gue," ucap Sesha. "Sha, lo kan punya banyak koleksi barang branded," ucap Fanny. "Iya banyak, emang kenapa?" tanya Sesha. "Coba aja lo lelang semua barang branded lo, walaupun harganya pasti turun drastis, setidaknya itu barang jadi berguna, gak cuman ngejogrog di rumah lo jadi sarang nyamuk," jawab Fanny. "Emangnya laku barang branded bekas?" tanya Sesha. "Kan belum dicoba, Sha, nanti kita bantuin kamu kok," jawab Mitha. "Serius kalian mau bantuin gue?" tanya Sesha. "Iya," jawab Mitha. "Ogah!" jawab Fanny. "Fanny!" ucap Mitha. "Iya, iya, sekarang dia mulu yang lo bela," ucap Fanny. "Kan Sesha temen aku," ucap Mitha. "Terus gue?" tanya Fanny. "Bukan...." "Lo jahat, Mith, mentang-mentang ada temen baru lo campakin gue," ucap Fanny. "Aish... aku belum selesai ngomong, Fanny! Kamu bukan temen aku tapi calon kakak ipar aku," ucap Mitha. "Lo beneran pacaran sama abangnya Mitha, Fan?" tanya Sesha. "Kagak," jawab Fanny. "Waktu itu kan abangnya Mitha bilang di kantin," ucap Sesha. "Gak usah bahas soal itu, gue males," ucap Fanny. "Kan gue kepo," ucap Sesha. "Tapi kenapa Bang Damar sama Mas Aland lama banget ya," ucap Mitha. "Nah cowok yang pake jas tadi itu siapa lo, Mith?" tanya Sesha dengan senyuman jahilnya. "Hehe," Mitha hanya tertawa canggung menjawab pertanyaan Sesha. "Kok ketawa?" tanya Sesha dengan alis yang terangkat. "Dia lagi malu-malu macan, Sha," jawab Fanny. "Malu-malu kucing dodol, mana ada malu-malu macan," ucap Sesha. "Terserah gue lah, bacot gue ini," ucap Fanny. "Haduh, kayaknya stok sabar aku harus diisi ulang nih," ucap Mitha. "Kenapa?" tanya Sesha dan Fanny bersamaan. "Karena sekarang, aku pasti sering dengar kalian berdua berantem adu mulut terus." jawab Mitha lalu tertawa, membuat Fanny dan Sesha juga ikut tertawa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD