Bab 57: Kebimbangan Damar

1050 Words
"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan?" tanya Aland sambil memandang wajah Damar dengan lekat, semakin dipandang, wajah Damar memang semakin terlihat mirip dengannya dan Melinda. "Udah lah, gak usah terlalu formal, kita bukan lagi di kantor," jawab Damar. "Ok, jadi apa yang harus aku jelaskan," ucap Aland. "Apa kau benar-benar mencintai adikku?" tanya Damar. "Apa semuanya belum cukup membuktikan," jawab Aland. "Lelaki yang jantan tidak akan pernah mengajak wanitanya berhubungan dengan sembunyi-sembunyi," ucap Damar. "Mitha yang menginginkan itu, aku hanya menghargai apa yang diinginkan oleh Mitha," ucap Aland. "Sekarang ayah sudah tau hubungan kalian, apa yang akan kau lakukan?" tanya Damar dengan alis yang terangkat. "Memberi kejutan untuk Mitha," jawab Aland. "Memberi kejutan?" tanya Damar. "Ya," jawab Aland. "Kau tidak akan menyakiti Mitha?" tanya Damar. "Tidak akan," jawab Aland dengan mantap. "Aku pegang janjimu, jika kau menyakiti Mitha, aku tidak akan segan untuk melenyapkanmu!" ucap Damar dengan tatapan tajamnya. "Kau sangat menyayangi Mitha?" tanya Aland. "Pertanyaan bodoh, tentu saja aku sangat menyayangi adikku," jawab Damar. "Apa Mitha benar-benar adikmu?" tanya Aland dengan alis yang terangkat. "Kau masih meragukan kami," jawab Damar. "Tidak, tapi rasanya ada yang berbeda dari kalian," ucap Aland. "Apa maksudmu?" tanya Damar dengan kening yang berkerut. "Aku pun tidak tau, tapi rasanya orang tua kalian mengetahui semua itu," jawaban Aland membuat kening Damar semakin berkerut karena tidak mengerti. "Ungkap rahasia ini," ucap Aland lalu dia beranjak dari tempatnya, karena makanan pesanan mereka sudah siap. Setelah itu, Aland pergi lebih dulu menuju ruangan Mitha. "Apaan sih maksudnya?" tanya Damar dengan lirih. "Masa gue bukan anak kandung ayah sama bunda," ucap Damar lagi. "Haiiyyaaah... dasar calon adik ipar gak ada akhlak, lagian gue juga kenapa mikir kayak gitu, udahlah bikin kepala puyeng aja." ucap Damar, lalu dia pergi menyusul Aland. Sesampainya di ruangan Mitha, Aland tersenyum melihat Mitha tertawa bersama kedua temannya. "Lagi bahas apa, kayaknya seru banget?" tanya Aland lalu menyimpan makanan yang dia bawa di atas meja. Lalu dia menghampiri Mitha dan Sesha beranjak dari tempatnya agar Aland bisa duduk di sana, Sesha pun duduk di sofa yang ada di ruangan Mitha. "Fanny sama Sesha berantem terus," jawab Mitha. "Mana ada, dia nih yang suka ngajak gue berantem," ucap Fanny. "Kok gue sih, kan lo yang ngegas mulu," ucap Sesha. "Tuh kan, Mas liat sendiri mereka mulai lagi," ucap Mitha. "Dari pada berantem mendingan kalian makan," ucap Aland. "Makanannya mana?" tanya Fanny. "Tuh, di meja," jawab Aland. "Beli buat kita juga, Mas?" tanya Fanny. "Iya lah, masa aku makan cuma berdua sama Mitha, tapi aku gak tau apa yang kalian suka, kalian pilih aja makannya, aku beli banyak kok," jawab Aland. "Wah, bener-bener suami idaman," celetuk Fanny. "Siapa suami idaman?" tanya Damar yang baru saja masuk ke ruangan Mitha. "Mas Aland lah, emangnya siapa lagi," jawab Fanny dengan santai sambil membuka bungkusan makanan yang dibawa Aland di atas meja. "Heh, macem-macem kamu ya, Beb?" tanya Damar dengan tatapan tajamnya. "Apaan sih beb beb beb, emangnya aku bebek," jawab Fanny dengan sengit. "Sabar sabar, gini nih resikonya punya calon istri yang bar-barnya udah akut nyampe DNA," ucap Damar. "Mau makan gak?" tanya Fanny. "Gak!" jawab Damar dengan sinis. "Haiish... laki-laki baperannya kayak cewek," ucap Fanny lalu dia duduk di samping Sesha. "Sha, lo gak makan?" tanya Fanny. "Enggak ah, gue lagi gak nafsu makan," jawab Sesha. "Kamu harus makan, Sha," ucap Mitha. "Iya, nanti gue makan," ucap Sesha. "Kamu juga makan," ucap Aland. "Aku belum lapar, Mas," ucap Mitha. "Tuh kan, kamu juga gitu," ucap Aland. "Mas aja duluan makan, abis itu baru aku," ucap Mitha. "Aku juga nanti aja," ucap Aland. "Gue pulang duluan ya," ucap Sesha. "Nanti aja bareng sama Fanny, Sha," ucap Mitha. "Gak lah, gue bisa pulang sendiri, kasian mami kalau gue tinggal terlalu lama," ucap Sesha. "Tunggu aja, sebentar lagi gue selesai makan kok," ucap Fanny. "Kita harus cari cincin," ucap Damar. "Buat apaan?" tanya Fanny. Pletaak "Aww... kok jidat gue disentil sih, Bang," ucap Fanny yang meringis. "Iya, soalnya otak lo kosong," ucap Damar. "Aiihhh dodol!" ucap Fanny. "Gak sopan sama calon suami ngomong gitu, mau gue kutuk jadi kodok?" tanya Damar dengan sengit. "Yang ada elu jadi kodok, Bang, bukan gue," jawab Fanny. "Kalian sama aja, gak ada bedanya, mendingan pada pulang gih sana, bikin aku makin pusing aja," ucap Mitha. "Dia tuh lama, Dek, nanti Abang ke sini lagi abis nganterin Fanny," ucap Damar lalu dia pergi lebih dulu. "Woy, Bang, tungguin dong!" teriak Fanny, dia segera merapikan bekas makannya. "Buruan!" teriak Damar dari luar. "Ya ampun, ini rumah sakit, bukan hutan," ucap Mitha. "Ayo, Sha!" ajak Fanny. "Mith, gue pulang dulu ya, nanti gue ke sini lagi," ucap Sesha. "Iya, kalian hati-hati," ucap Mitha, lalu Sesha dan Fanny pun pergi. "Sepi deh," ucap Mitha. "Kan ada aku, Sayang," ucap Aland. "Iya sih, tapi Mas jangan lama-lama di sini," ucap Mitha. "Loh, emangnya kenapa?" tanya Aland. "Kalau ketauan ayah gimana, nanti ayah marah," jawab Mitha. "Gak apa-apa kalau ketauan ayah, aku langsung lamar kamu aja, beres kan," ucap Aland. "Mas," ucap Mitha dengan tatapan tajamnya. "Apa, Sayang?" tanya Aland dengan senyuman jahilnya. "Kamu cari mati," jawab Mitha. "Kok cari mati sih, aku kan cuma cari istri," ucap Aland. "Tau ah, terserah kamu," ucap Mitha. "Ya udah kalau terserah aku, pulang dari sini aku ke rumah kamu buat ketemu ayah sama bunda kamu," ucap Aland. "Mas, jangan main-main deh," ucap Mitha. "Aku gak main-main, cuma mau nyuruh kamu makan," ucap Aland, lalu beranjak dari tempatnya dan mengambil makanan yang ada di atas meja. "Mau makan apa, Sayang?" tanya Aland. "Adanya apa?" tanya Mitha. "Kamu pilih aja," jawab Aland sambil memberikan makanan kepada Mitha. "Mas banyak banget beli makanannya," ucap Mitha karena melihat masih ada beberapa kotak makanan. "Kan aku pikir semuanya mau makan, tapi tadi temen kamu sama Bang Damar gak makan," ucap Aland. "Nanti sebagian kasih aja ke perawat, Mas, sayang kalau gak dimakan," ucap Mitha. "Iya jangan ngomong terus, sekarang kamu makan," ucap Aland, lalu Mitha mengambil satu kotak makan. "Itu pedes loh, Sayang," ucap Aland. "Gak apa-apa, aku kan suka pedes," ucap Mitha. "Aku tau, Sayang, tapi sekarang kan kamu gak boleh...." "Mas," rengek Mitha. "Iya, iya, boleh deh makan itu," ucap Aland lalu melepas jas yang dia gunakan dan menggulung lengan kemejanya. "Aku baru ngeuh loh kalau Mas gak pake seragam taksinya." ucapan Mitha membuat Aland terperanjat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD