Bab 58: You're The Reason I Live

1020 Words
Aland menghela nafasnya dengan panjang karena masih berpakaian tak seperti biasanya di hadapan sang kekasih. "Kamu gak suka liat aku rapi pakai setelan jas dan dasi kayak begini?" tanya Aland lalu duduk di samping Mitha. "Aneh aja, kan biasanya aku liat Mas pakai seragam taksi," jawab Mitha. "Anehnya di mana?" tanya Aland. "Makin ganteng," jawab Mitha dengan wajah yang merona tersipu malu. "Baru nyadar kalau aku ganteng," ucap Aland dengan pongahnya. "Haiish... malah sombong dia, gak jadi deh," ucap Mitha. "Gak jadi apanya, Sayang?" tanya Aland malah semakin gencar menggoda Mitha. "Mas, makan," jawab Mitha. "Kamu dulu, sini aku suapin," ucap Aland lalu mengambil sendok dan makanan yang dipegang oleh Mitha. "Aku bisa sendiri, Mas," ucap Mitha. "Aku tau," ucap Aland. "Terus?" tanya Mitha. "Aku bukan tukang parkir, Sayang," jawab Aland lalu menyodorkan sendok yang sudah terisi makanan. "Ish... sekarang Mas kok jadi nyebelin kayak abang," ucap Mitha. "Aaaa... buka mulutnya, Sayang," ucap Aland. "Gak mau!" ucap Mitha. "Berarti kamu mau aku cium!" ucap Aland sambil memajukan wajahnya namun dihentikan oleh Mitha. "Enak aja main cium, nikah dulu, Mas, baru boleh cium," ucap Mitha. "Ayo, kita nikah sekarang," ucap Aland dengan senyuman jahilnya. "Aku nyerah deh!" ucap Mitha. "Ya udah, berarti besok aku bisa ke rumah ketemu sama orang tua kamu," ucap Aland. "Maas... mana makanannya," ucap Mitha dengan bibir yang mengerucut karena kesal. "Oke, oke, lagi sakit masih aja bawel ya," ucap Aland, dia pun mulai menyuapi Mitha dengan telaten. "Mas, jangan lama-lama di sini, kalau ayah sama bunda datang gimana?" tanya Mitha. "Gak apa-apa, emangnya kenapa kalau ayah sama bunda datang," jawab Aland dengan santai. "Mas, aku kan udah bilang kalau kita...." "Sayang, aku bukan lelaki pengecut yang akan pergi saat orang tua kamu datang, malah sebaliknya, aku akan terus terang memintamu kepada beliau, aku akan mengatakan kepada ayah, aku ingin mengambil tanggung jawab untuk membahagiakan kamu dari beliau," ucap Aland sambil tersenyum. "Apa pun yang akan terjadi, biarlah terjadi, tidak perlu menakuti hal yang belum tentu terjadi, Sayang," ucap Aland. "Mas...." "Trust me, Honey," ucap Aland dengan menatap mata Mitha lekat sambil membelai lembut pipi chubby kekasihnya itu. "Kamu mau menikah sama aku?" tanya Aland, bagaikan tersihir dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya ini, Mitha menganggukkan kepalanya perlahan dengan mata yang berkaca-kaca. "I'm so in love with you," ucap Aland, lalu.... "Stop!" ucap Mitha sambil menghalangi bibir Aland yang hendak mendarat di keningnya. "Kok dihalangin sih, kamu merusak momen deh, Sayang," ucap Aland. "Ini namanya mencari kesempatan di dalam kesempitan, Mas, kan aku bilang nikah dulu baru boleh lebih dari pegangan tangan," ucap Mitha. "Kalau udah nikah beda lagi ceritanya, aku gak bakalan ampunin kamu," ucap Aland. "Emangnya mau ngapain?" tanya Mitha. "Bikin Aland sama Mitha junior lah," jawab Aland. "MAAS!" pekik Mitha sambil mencubit lengan Aland. "Sakit, Sayang, harusnya dicium bukan dicubit," ucap Aland. "Abis ngomongnya aneh terus," ucap Mitha. "Iya, maaf, sekarang kamu istirahat," ucap Aland. "Mas makan dulu," ucap Mitha. "Iya, nanti aku makan," ucap Aland lalu membantu Mitha berbaring di ranjangnya, Mitha berbaring menghadap Aland. "Mas!" panggil Mitha dengan lirih. "Apa, Sayang?" tanya Aland. "Mas, janji gak bakalan tinggalin aku," jawab Mitha. "Kok ngomongnya begitu sih?" tanya Aland. "Siapa tau, suatu hari nanti Mas ketemu sama perempuan yang lebih cantik, lebih langsing dari pada aku, terus Mas...." "Udah ah, jangan diterusin lagi, kamu makin ngaco ngomongnya," ucap Aland. "Kan aku cuma tanya, Mas," ucap Mitha. "Pertanyaan diganti, jangan tanya hal seperti itu, aku gak suka," ucap Aland. "Terus tanya apa dong?" tanya Mitha. "Kan banyak, kayak kita mau nikah kapan, honeymoon ke mana, punya anak berapa," jawab Aland. "Kalau itu, maunya kamu, Mas," ucap Mitha. "Istirahat, Sayang, jangan ngomong terus," ucap Aland lalu menggenggam telapak tangan Mitha. "Nanti kalau aku udah tidur, Mas boleh pulang," ucap Mitha dengan pandangan mata yang mulai memicing. "Ya udah, kamu tidur aja dulu," ucap Aland sambil membelai lembut kening Mitha, beberapa menit kemudian wanita yang dia cintai itu mulai berkelana ke alam mimpinya. "Kamu, alasan aku ingin cepat sembuh saat aku sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa, and you're the reason I live, Honey." ucap Aland lalu mengecup lembut punggung tangan Mitha yang dia genggam. Aland pun menundukkan kepalanya di ranjang Mitha dan menyusul Mitha pergi ke alam mimpi. Tanpa mereka sadari, jika ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan mereka dari balik pintu. Dia adalah Iqbal, setelah mengantarkan Rania, Iqbal kembali ke rumah sakit untuk menemani Mitha, tapi saat hendak masuk ke ruangan putrinya, Iqbal melihat Aland dan Mitha bicara, kini Iqbal sedikit yakin jika Aland benar-benar mencintai Mitha. "Tapi, tidak semudah itu saya melepaskan Mitha kepadamu." ucap Iqbal lalu dia menutup pintu ruangan Mitha dan pergi dari sana. *** "Aland belum pulang juga?" tanya Melinda, saat pulang dari butik, Melinda tidak melihat mobil Aland terparkir di sana. "Belum, Nyonya," jawab ART. "Anak itu pasti kelayapan lagi," ucap Melinda, lalu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Ferdi. "Tuh kan bener, dari tadi dia pergi dari kantor, tapi jam segini belum pulang juga," gerutu Melinda setelah bicara dengan Ferdi. Lalu Melinda menghubungi Aland, tapi Aland tidak menjawab telpon darinya. "Ya ampun, ini anak emang bener-bener ya, apa cantiknya sih anak SMA itu, masih cantikan Eliana, udah gitu karir dia bagus lagi," ucap Melinda, dia pun menuju kamar Aland untuk mencari sesuatu. "Siapa tau aja nemu sesuatu di sini, petunjuk atau apa gitu, kamu pikir Mama akan diam saja liat kamu masih berhubungan sama gadis tengil itu, gak akan ya Aland." ucap Melinda sambil membuka laci di kamar Aland satu persatu. Kening Melinda berkerut saat melihat ada kotak perhiasan berwarna merah di laci nakas Aland. Mata Melinda terbelalak sempurna saat melihat perhiasan apa yang ada di dalam sana. "Ini kan...." ucap Melinda dengan lirih sambil memegang perhiasan yang ada di dalam kotak itu. "Ya ampun, ini kan kalung yang waktu itu dipesan sama mas Iqbal," ucap Melinda. "Kenapa kalung ini ada di kamar Aland?" tanya Melinda sambil mematut dirinya di depan cermin setelah memakai kalung itu. "Bagus juga," ucap Melinda dengan senyuman yang mengembang. "Ini pasti buat aku, dasar Aland, selalu aja kasih kejutan buat aku, tapi bukan berarti kamu bisa bebas berhubungan sama gadis tengil itu, Aland."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD