Bab 34: Aku Bukan Pelakor

3100 Words
Dengan langkah kaki yang ringan, Mitha segera masuk ke kelasnya, tanpa dia sadari jika teman-temannya memandang heran kepadanya. Saat sampai di kelas, Fanny segera menghampirinya. "Mith, lo jangan pikirin apa yang mereka bilang," ucap Fanny hal itu membuat Mitha bingung karena tiba-tiba Fanny mengatakan itu. "Maksud kamu apa?" tanya Mitha dengan kening yang berkerut. "Gak ada apa-apa,'' jawab Fanny yang merasa tidak enak hati kepada Mitha. "Kok aneh sih," ucap Mitha lalu dia duduk di bangkunya. "Oh guys, ternyata dia udah ada di sini, cewek gak tau malu, dasar pelakor," ucap Sesha yang baru saja datang bersama teman-temannya. "Pelakor, apa maksud kamu?" tanya Mitha. "Halah, pura-pura bego lagi, lo pikir kemarin gue gak tau apa yang lo lakukan di mall, terus gue juga tau kemarin lo jalan sama siapa," jawab Sesha. "Apa sih maksud kamu, Sha? Aku gak ngerti," ucap Mitha. "Tuh kan, si pelakor mana mau ngaku, Sha," ucap Nita. "Jaga ucapan kamu ya, aku bukan pelakor!" desis Mitha dengan tatapan tajamnya kepada Nita. "Cih... dasar pelakor gak tau malu, udah ketauan masih aja ngelak," ucap Sesha. BRAAK "Heh, kalian tuh gak ada habisnya ya bully Mitha, apa kemarin kalian masih belum puas bully dia di mall, huh?" tanya Fanny dengan sengit. "Diem lo kacung, lo belain si pelakor ini, karena lo juga nyicipin duit hasil dia morotin pak Iqbal, iya kan, dasar dua-duanya gak tau malu!" jawab Sesha. "Hah? Morotin pak Iqbal, apa maksud kamu, aku gak ngerti," ucap Mitha. "Sha, biar dia gak pura-pura bego lagi mendingan lo kasih liat buktinya, gue makin muak denger dia ngoceh, bener-bener gak tau malu, gue gak nyangka aja kalau dia bisa jadi pelakor juga," ucap Nita. "Mendingan kalian diam dan berhenti bully Mitha sebelum kalian menyesal!" ucap Fanny sambil menunjuk wajah Sesha dan Mitha. "Kita bukan bully, kita emang bicara sesuai dengan fakta, lo tuh emang udah sakit jiwa belain pelakor kayak dia," ucap Nita, sedangkan Sesha sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya. "Kalian tuh ngomong apaan sih, pelakor apa, aku gak ngerti?" tanya Mitha. "Nih!" jawab Sesha sambil melemparkan beberapa lembar foto yang diam-diam dia ambil kemarin, saat Mitha berada di mall bersama dengan Iqbal. Mitha pun mengambil foto-foto yang berserakan di lantai, keningnya berkerut karena Sesha bisa mendapatkan semua foto dia saat bersama sang ayah. "Kenapa, lo kaget kita bisa tau semua kebusukan lo?" tanya Sesha dengan penuh mengejek. "Kamu dapat dari mana semua foto ini," jawab Mitha. "Lo gak perlu tau, yang penting sekarang kebusukan lo udah terbongkar, pantesan aja guru-guru selalu kasih lo nilai yang bagus, gak taunya ini alasan mereka, mereka takut karena lo simpanannya pak Iqbal," ucap Sesha. Mitha hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan Sesha, dia tidak habis pikir, Sesha sampai berbuat hal ini untuk menjatuhkan dirinya. "Ya ampun, Sha, gue gak kebayang kalau istrinya pak Iqbal tau si bus tayo ini selingkuhannya," ucap Nita. "Jaga ucapan kamu!" ucap Mitha sambil menunjuk wajah Nita. "Uuhh... takut guys, dia mulai marah," ucap Sesha mengejek. "Ayo, Sha, kita kabur," ucap Nita, kedua gadis itu semakin mengejek Mitha habis-habisan. 'Ayo, Mith, bilang sama mereka apa yang sebenarnya, lo jangan diam terus saat diperlakukan seperti ini sama mereka.' Ucap Fanny di dalam hatinya, dia terus memandang Mitha yang masih terlihat biasa saja menghadapi Sesha dan Nita. "Kalian tuh gak ada kerjaan banget sih, mata-matain orang sampe segitunya, dari pada kayak gini, mending kalian melakukan hal yang lebih berguna," ucap Mitha masih dengan santai menghadapi kedua temannya. "Justru ini berguna, gue bakalan laporin lo sama istrinya pak Iqbal, biar lo tau rasa, lagian lo itu lebih hina dari seorang pelaaaaa.... apa Nit?" tanya Sesha penuh mengejek. "Cuurr!" jawab Nita, dan.... PLAAK PLAAK Fanny menampar pipi Sesha dan Nita bergantian, amarahnya benar-benar sudah memuncak memenuhi kepala. "Kalian bener-bener keterlaluan ya, kalian gak usah cari gara-gara kalau kalian gak tau apa-apa!" ucap Fanny dengan sengit. "Sialan lo, berani banget lo tampar kita!" ucap Nita dengan sengit. "Gue berani, emangnya kenapa huh?" tanya Fanny semakin nyalang. "Lo bener-bener buta ya kacung, semua bukti udah ada di depan mata kalau teman lo itu pelakor, gue maklum sih dia melakukan hal itu karena dia miskin, pantesan aja dia gaet pak Iqbal pemilik yayasan yang kaya raya karena orang tua dia kere, dan gak bisa kasih apa yang dia mau, miris banget hidup lo pelakor!" ucap Sesha tak ingin kalah. "Kalian ngeributin apa lagi sih?" tanya Dirga yang baru saja tiba di kelas. "Kita gak ngeributin apa-apa Dirga, Sayang, kita cuma lagi ngebongkar kebobrokan salah satu siswi di kelas ini," jawab Sesha dengan raut wajah yang sudah berubah. "Apa maksud kamu?" tanya Dirga sambil melirik Mitha yang masih diam saja. Sesha pun merebut foto yang sedang dipegang oleh Mitha, lalu Sesha memberikan foto itu kepada Dirga, mata Dirga terbelalak sempurna saat melihat dengan jelas jika Mitha sedang bersama Iqbal, bahkan Iqbal merangkul Mitha dengan mesra. Bukan itu saja, ada foto Mitha dan Iqbal saat mereka berada di dalam mobil. "Mitha... kamu....?" tanya Dirga dengan lirih. "Kamu juga percaya sama dia?" tanya Mitha dengan alis yang terangkat terangkat. "Tapi ini semua apa maksudnya, Mith," jawab Dirga sambil menunjukkan foto yang sedang dia pegang. "Itu foto aku, memangnya kenapa?" tanya Mitha. "Jadi benar, kamu selingkuhannya pak Iqbal," jawaban Dirga membuat Mitha tersenyum sinis. "Kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan, sedangkan kamu juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi," ucap Mitha lalu dia duduk di bangkunya, sedangkan Fanny keluar dari kelas untuk menemui Iqbal, dia tidak bisa membiarkan Mitha terus menerus dibully oleh Sesha dan Nita, kali ini mereka sudah sangat keterlaluan. "Sekarang kamu tau kan Dirga, gimana kelakuan dia, kamu masih mau deketin dia?" tanya Sesha, Dirga hanya diam menatap Mitha, menunggu penjelasan dari gadis itu. "Mitha, jelasin semua ini, ini gak bener kan, Sesha cuma cari alasan biar dia bisa bully kamu," ucap Dirga. "Untuk apa aku jelasin, toh kalian gak akan mengerti semuanya," ucap Mitha dengan santai. "Emang dasarnya gak tau malu, ya kayak begini, nyari uang hasil morotin om om kaya aja bangga, lo liat aja karma yang akan lo dapatkan nanti!" ucap Sesha. "Aduh, Sha, lo mau ngomong sampai berbusa juga gak akan digubris sama dia, dia itu gak tau malu, mungkin juga dia disuruh orang tuanya untuk jadi pelakor...." BRAAK Semua orang terkejut karena Mitha memukul meja dengan sangat kencang, dan menatap tajam kepada Nita. "Kalian boleh bully aku, kalian boleh menghina aku sesuka hati kalian, tapi aku gak terima kalau kalian menghina orang tua aku!" ucap Mitha dengan sengit. "Orang tua lo emang pantes dihina juga, karena mereka membiarkan lo jadi pelakor," ucap Sesha. "AKU BUKAN PELAKOR!" teriak Mitha. "Udahlah Sha, gak ada gunanya ngomong sama manusia tembok kayak dia, udah ada buktinya masih gak mau ngaku," ucap Nita. "Bener juga, Nit, nanti kita laporin dia sama istrinya pak Iqbal biar mereka tau rasa," ucap Sesha lalu dia dan Nita pergi duduk di bangkunya. "Aku gak nyangka kalau kamu malah membenarkan tuduhan mereka, Mith," ucap Dirga dengan kecewa lalu dia duduk di bangkunya. 'Astaghfirullahal'adzim, ya Allah, kenapa mereka terus berbuat seperti ini.' Ucap Mitha di dalam hatinya, lalu dia melirik ke arah samping, dia baru menyadari jika Fanny tidak ada di kelas. Fanny masih ke sana kemari mencari di mana Iqbal berada, saat dia pergi ke rungan Iqbal, Fanny tidak menemukan Iqbal ada di sana, bahkan dia pergi ke ruang guru dan semua ruangan yang memungkinkan jika Iqbal ada di sana, tapi usahanya sia-sia, Iqbal tidak ada di mana pun. Tapi, mata Fanny terbelalak sempurna saat melihat beberapa orang polisi membawa paksa kepala sekolah mereka, kepala sekolah yang katanya ayah Sesha. 'Ya ampun, ada apa ini?' tanya Fanny di dalam hatinya, bukan kepala sekolah saja yang dibawa oleh polisi, tapi beberapa staf yayasan juga ikut dibawa oleh para penegak hukum itu, beruntungnya semua siswa sudah masuk ke kelas, hingga tidak sampai terjadi kerumunan di sana. "Hei kamu, ngapain masih di sini, seharusnya kamu udah masuk ke kelas," Fanny menoleh saat salah satu guru menegurnya. "Eh... Ibu, maaf Bu, saya baru aja abis dari toilet," ucap Fanny dengan canggung. "Ngapain kamu ke toilet lewat sini?" tanya guru. "Maaf Bu, salah jalan," jawab Fanny. "Banyak alasan, cepetan masuk ke kelas kamu atau kamu saya hukum!" ucap guru. "Jangan dong, Bu, jangan. Oke saya masuk ke kelas sekarang," ucap Fanny, dia pun bergegas kembali ke kelasnya. Ternyata di dalam kelas belum ada guru yang masuk. "Fiuuh... untungnya masih kosong," ucap Fanny dengan nafas lega dan langsung duduk di bangkunya. "Kamu dari mana?" tanya Mitha. "Cari pak Iqbal," jawab Fanny dengan santai, tapi Mitha malah terkejut mendengar ucapan sahabatnya. "Mau ngapain?" tanya Mitha. "Gue mau membungkam mulut kedua syaitonirrojim lucknut itu," jawab Fanny dengan kesal. "Ya ampun, Fan, udahlah, kamu jangan balas perbuatan mereka," ucap Mitha. "Sorry, Mith, kali ini gue gak bisa diam aja," ucap Fanny. "Tapi gak ada gunanya juga kalau kita balas perbuatan mereka," ucap Mitha. "Ck... lo tuh selalu kayak gini," ucap Fanny, dia ingat lagi saat kepala sekolah dibawa oleh polisi tadi. "Mitha, lo masih gak mau jelasin apa-apa sama gue?" tanya Fanny. "Jelasin apa," jawab Mitha dengan santai. "Oke deh kalau lo gak mau jelasin apa-apa, gue ngerti kalau itu privasi lo, tapi untuk yang satu ini pasti lo tau semuanya," ucap Fanny. "Apa maksud kamu?" tanya Mitha dengan kening yang berkerut. "Kenapa kepala sekolah kita sampai dibawa sama polisi," jawab Fanny. "Kamu tau dari mana?" tanya Mitha dengan mata yang terbelalak. "Tadi, pas gue cari pak Iqbal, gue gak sengaja liat polisi bawa kepala sekolah sama staf yayasan yang lainnya," jawab Fanny. "Fan, kamu jangan bilang sama siapa siapa ya, cukup jadi rahasia kita aja," ucap Mitha. "Loh, kenapa gitu?" tanya Fanny. "Ck... malah tanya kenapa, pertama itu bukan urusan kita, kedua kita juga gak tau masalah yang sebenarnya terjadi, kalau kamu cerita sama semua orang, takutnya malah jadi fitnah, ketiga kasian Sesha kalau tau hal ini," jawaban Mitha malah membuat Fanny kesal kepada temannya itu. "Lo tuh kenapa sih masih baik aja sama dia, padahal ini tuh kesempatan yang bagus buat lo balas membully dia," ucap Fanny. "Kan tadi aku udah bilang, Fan, ini bukan urusan kita, lebih baik kita fokus aja belajar karena sebentar lagi kita ujian, kamu mau gak lulus karena kita malah mikirin hal yang gak berguna?" tanya Mitha. "Gue tau, Mitha, tapi kan...." "Tapi apa lagi, kamu maunya aku balas bully Sesha gitu?" tanya Mitha menyela, Fanny hanya menganggukkan kepalanya bersemangat. "Kamu tuh gimana sih, aku aja sakit hati dan kesal saat dibully sama mereka, kalau aku balas bully mereka, itu artinya aku gak ada bedanya sama mereka," ucap Mitha. "Haduh Mitha, gue gak tau lagi ya hati lo terbuat dari apa, terus gue juga gak tau kenapa pikiran lo selalu aja positif sama orang, kalau gue jadi lo, udah gue gunting tuh mulut mereka berdua," ucap Fanny. "Gak ada gunanya Fan, mikirin hal yang jelek, tuh kamu liat mereka, karena mereka selalu memikirkan hal yang negatif, makanya badan mereka kurus kayak gitu, beda sama aku, karena aku terus berpikir hal yang positif, makanya badan aku subur banget," ucap Mitha. "Heh, itu mah sama aja body shaming, Sis," ucap Fanny. "Oh iya tah, aku gak tau," ucap Mitha lalu tertawa. 'Ya ampun Mitha, gue bener-bener salut sama lo, lo masih bisa berbuat baik sama semua orang, bahkan sama orang yang terus membully dan menyakiti lo,' ucap Fanny di dalam hatinya. *** "Ferdi, tolong sewa lagi taksi yang kemarin," ucap Aland. "Baik, Tuan," ucap Ferdi lalu Aland memberikan berkas yang sudah dia tanda tangani kepada Ferdi. "Sampai kapan Tuan berpura-pura menjadi supir taksi seperti ini?" tanya Ferdi. "Sampai aku mendapatkannya," jawab Aland dengan senyuman yang mengembang, bahkan Ferdi baru melihat Aland tersenyum penuh kebahagiaan seperti itu. "Pergilah," ucap Aland. "Hanya saya yang menghadiri meeting ini?" tanya Ferdi. "Ya, aku akan mengurus yang lain, mulai jam dua siang, kosongkan semua jadwalku," jawab Aland. "Baik, Tuan," ucap Ferdi, lalu dia keluar dari ruangan Aland. Ferdi segera menuju lokasi meeting. Sesampainya di sana, Ferdi baru menyadari jika kliennya ini.... "Astaga, kenapa aku baru menyadari jika wajah Damar mirip sekali dengan tuan Aland!" ucap Ferdi di dalam hatinya. "Apakah dia... tidak, tidak! Aku tidak boleh memberi tau tuan dan nyonya sebelum aku menyelidiki semuanya," ucap Ferdi lagi. "Tuan Ferdi!" sapa Damar, ya orang yang meeting dengan Ferdi adalah Damar Keanu Pratama, kakaknya Mitha. "Maaf membuat anda menunggu lama," ucap Ferdi. "Tak apa, aku tau anda sangat sibuk," ucap Damar sambil tersenyum, lalu keduanya mulai membahas kontrak kerja sama mereka. *** Pukul dua siang, Aland kembali berperan menjadi supir taksi, setelah berganti pakaian, dia segera menuju sekolah Mitha. Dia pun sudah mengirim pesan kepada Mitha jika dia sudah menunggu di seberang sekolah. "Mitha, lo mau ketemuan lagi sama mas Aland?" tanya Fanny sambil merapikan alat tulis mereka. "Gak tau," jawab Mitha. "Kok gitu, tadi bang Damar chat gue, dia harus bilang lo ada sama gue kalau bokap lo nanyain lo," ucap Fanny. "Haiish... dia benar-benar ngajak kamu sekongkol," ucap Mitha. "Ya udah sih, nikmatin aja waktu lo sama mas Aland, gue rela kok walaupun sedikit cemburu," ucap Fanny bergurau. "Berarti, kamu juga cinta sama mas Aland?" tanya Mitha. "Kok juga sih, lo cinta ya sama dia?" tanya Fanny dengan alis yang terangkat dan tersenyum jahil. "Eh... eng-enggak enggak," jawab Mitha dengan gugup. "Gugup kayak gitu, berarti iya," ucap Fanny. "Enggak, Fan," ucap Mitha. "Aiish... udah ketangkap basah terus aja bohong," ucap Fanny. "Dih... aku emang beneran gak cinta sama mas Aland," ucap Mitha. "Bohong terus, udah mah bohong soal orang tua lo, sekarang bohong soal perasaan lo juga," ucap Fanny lalu dia beranjak dari tempatnya dan pergi lebih dulu. "Soal orang tua? Apa maksudnya?" tanya Mitha dengan lirih, lalu dia pun pergi menyusul Fanny. "Pelakor mau pulang juga?" tanya Sesha dan Nita yang menghadang dia. "Mau apa lagi kalian?" tanya Mitha. "Mau liat muka pelakor yang gak tau diri kayak gimana," jawab Sesha. "Aku bukan pelakor!" ucap Mitha dengan tatapan tajamnya lalu pergi lebih dulu. "Eh pelakor, berapa gaji lo sebulan?" teriak Sesha. Tapi, Mitha tidak menghiraukan teriakan Sesha, dia berjalan semakin cepat menyusul Fanny. "Ck... kenapa gak dilawan sih!" ucap Fanny dengan kesal, ternyata dia tau apa yang dilakukan oleh Sesha dan Nita. "Udahlah, biarin aja," ucap Mitha. "Terserah lo deh, tuh arjuna lo udah nunggu," ucap Fanny sambil menunjuk taksi yang sudah terparkir di seberang gerbang sekolah. "Aiish... beneran dateng dia," ucap Mitha. "Ayo!" ajak Fanny. "Ke mana?" tanya Mitha. "Ya ampun, lo bego banget sih, ya samperin dia lah, kalau dia keluar dari mobil itu, bisa diterkam sama cewek cewek yang lain," jawab Fanny lalu dia menggandeng tangan Mitha. "Diterkam apaan sih, gak ngerti," ucap Mitha. "Lo bisa liat kan kalau dia itu ganteng banget, kemarin aja bang Damar sampe jadi pemandangan indah para syaiton betina, apalagi dia yang ketampanannya berkali-kali lipat dari bang Damar," ucap Fanny, mereka pun sampai di dekat taksi Aland, saat Aland hendak membuka pintu taksinya, Fanny mencegah dia. "Kenapa gak boleh?" tanya Aland yang bingung dengan tingkah Fanny. "Mas diem aja di situ, jangan keluar soalnya di sini banyak syaitonirrojim lucknut yang suka terkam orang," jawaban Fanny membuat kening Aland berkerut. "Jangan dengerin dia, Mas, dia emang suka ngaco kalau ngomong," ucap Mitha. "Terus lo kenapa masih di sini, cepetan masuk sana, atau gue yang jalan sama, Mas Aland?" tanya Fanny. "Iya, cerewet banget sih," jawab Mitha lalu dia membuka pintu belakang. "Lo ngapain malah duduk di belakang, lo duduk di depan lah," udah Fanny. "Aduh, Fan, kok...." "Udah diem," ucap Fanny, lalu dia membuka pintu depan samping kemudi, Aland pun tersenyum melihat Mitha duduk di sampingnya. "Ya udah jalan sana," ucap Fanny setelah menutup pintu mobil. "Kamu juga masuk," ucap Aland. "Kok aku juga?" tanya Fanny. "Iya, aku antar kamu pulang dulu," jawab Aland. "Serius mau anterin aku pulang dulu, Mas?" tanya Fanny. "Iya," jawab Alan seraya tersenyum. "Ya ampun, Mas, jangan senyum senyum, aku jadi over dosis nih, kalau aku oleng gimana, terus kalau aku malah mau rebut Mas Aland dari Mitha gimana, kan berabe, Mas," ucap Fanny panjang lebar seperti petasan yang meledak. "Fanny, mau pulang gak?" tanya Mitha sedikit memekik. "Iya, iya, cemburu nih ye," jawab Fanny, lalu dia segera masuk ke taksi, setelah Fanny duduk dengan nyaman, Aland baru melajukan mobilnya menuju rumah Fanny lebih dulu. Sepanjang perjalanan Fanny tak hentinya menggoda Mitha dan Aland, Mitha terlihat sangat kesal dengan apa yang Fanny lakukan. "Udah sampai nih, cepetan turun sana," ucap Mitha, karena Aland sudah menghentikan mobilnya di depan rumah Fanny. "Iya, berisik banget sih, gak sabar banget mau berduaan," ucap Fanny. "Bukan gak sabar mau berduaan, tapi aku pusing denger kamu ngoceh gak karuan terus," ucap Mitha. "Alesan aja," ucap Fanny lalu dia melirik kepada Aland. "Mas, nanti kalau mau pulang, anterin Mitha ke sini aja ya, jangan ke rumahnya langsung," ucap Fanny. "Loh kenapa?" tanya Aland. "Haiish... ternyata mereka sama-sama lemot," jawab Fanny sambil memalingkan wajahnya. "Dengerin aku ya Mas ganteng, kemarin kan ayahnya Mitha marah gara-gara kalian gak sengaja ketemu di mall, jadi...." "Wait, kamu kok tau kalau kemarin aku ketemu sama Mas Aland?" tanya Mitha. "Abang lo yang bilang, udah lanjut dulu, nah kalau Mas ganteng langsung anterin Mitha ke rumahnya, nanti ketauan lagi sama ayahnya Mitha gimana, yang ada malah makin kacau, untuk sekarang kalian nurut aja deh sama gue dan bang Damar," jawab Fanny. "Oh gitu, tapi aku malah berniat mau menemui orang tuanya Mitha sekarang," ucap Aland. "Buset dah, gercep amat nih orang," ucap Fanny. "Jangan, Mas, waktunya lagi gak pas," ucap Mitha. "Kenapa emang?" tanya Aland. "Ayah lagi banyak masalah di kantor sama yayasan, makanya ayah lagi sibuk banget," jawaban Mitha membuat Fanny seakan mendapatkan jackpot. "GOTCHA!" pekik Fanny membuat Aland dan Mitha menutup telinganya. "Apaan sih, Fan, ngagetin aja," ucap Mitha. "Nah kan, akhirnya lo keceplosan juga!" ucap Fanny. "Keceplosan apa?" tanya Mitha. "Halah pura-pura bego lagi, udahlah gue turun sekarang, kalian cepetan berangkat sana, ingat ya Mas, pulangnya anterin Mitha ke sini," jawab Fanny. "Iya Bu Bos," ucap Aland bergurau lalu Fanny segera turun dari taksi. "Kalian cuma boleh pergi dua jam," ucap Fanny lagi. "Iya, bawel banget sih," ucap Mitha, Aland tersenyum melihat Mitha dan Fanny yang begitu dekat alu dia kembali memacu taksinya. "Mau ke mana?" tanya Aland. "Lah kan Mas yang ngajak pergi, harusnya Mas udah punya tujuan dong," jawab Mitha. "Kita makan siang dulu ya, kamu juga pasti belum makan siang?" tanya Aland. "Boleh, Mas, emang aku belum makan siang," jawab Mitha. "Oke, mau makan siang di mana?" tanya Aland. "Terserah Mas, aku makan di mana aja oke yang penting halal," ucap Mitha lalu Aland pun melajukan taksi menuju salah satu restauran favoritnya, tapi saat sampai di sana, Aland bertemu dengan seseorang yang sangat tidak ingin dia temui. "Rupanya kau menjadi supir taksi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD