Bab 20: Kisah Dimulai

1015 Words
"Ingat, jangan berani macam-macam lagi sama adik dan pacar gue, kalau lo bully mereka lagi, hidup lo kelar!" ancam Damar sambil menunjuk wajah Sesha, lalu dia membawa Mitha dan Fanny pergi dari kantin, bahkan Damar membawa mereka sampai ke gerbang sekolah. PLAAK "AWW!" Damar memekik karena Mitha dan Fanny memukul pundaknya dengan kencang bersamaan. "Gila!" maki Fanny. "Nyebelin!" maki Mitha. "Kenapa, sih?" tanya Damar tanpa rasa bersalah. "Malah tanya kenapa, Abang amnesia, huh?" tanya Fanny dengan sengit. "Halah, palingan juga lo seneng gue bilang lo pacar gue," jawab Damar dengan santai. "Mana ada, bikin jantung orang mau copot aja," ucap Fanny semakin kesal. "Abang juga suka keterlaluan sih kalau ngerjain orang," ucap Mitha. "Itu belum apa-apa, Dek, Abang yakin kalau mereka pernah melakukan hal yang lebih kejam saat bully kamu," ucap Damar. "Tapi, bener juga sih, Bang," ucap Fanny. "Bener apanya?" tanya Damar. "Yang tadi, mereka emang suka keterlaluan kalau bully Mitha, tapi Mitha selalu diam aja kalau dibully sama mereka," jawab Fanny. "Tuh kan, makanya udah santai aja, kalau mereka macam-macam lagi, kamu laporan sama Abang, atau sama ay...." "Udah, Abang pulang sana!" ucap Mitha seraya mendorong Damar agar pergi. "Ntar dulu dong, kan Abang belum selesai ngomong," ucap Damar. "Pokoknya pulang," ucap Mitha lagi "Haiish ... ini mah, abis manis sepah dibuang," ucap Damar. "Bodo amat, ayo Fan, sebentar lagi masuk," ucap Mitha lalu menarik lengan Fanny untuk kembali ke kelas. Sesampainya di dalam kelas, Mitha dan Fanny dihadang oleh Sesha, wanita itu menatap keduanya dengan nyalang. "Ini gara-gara kalian, balikin duit gue!" ucap Sesha dengan nyalang. "Lah kok gara-gara kita, lo sakit ya?" tanya Fanny. "Balikin sekarang, kalo enggak kalian...." "Apa? Lo mau lapor sama bokap lo? Gue gak takut, lapor aja sana!" ucap Fanny menyela dengan sengit. "Fan, udah gak usah diperpanjang," ucap Mitha. "Gak bisa, Mith, sekali-kali dia emang harus dikasih pelajaran biar gak ngelunjak, anak kepala sekolah aja belagu," ucap Fanny. "Kenapa, lo iri sama gue?" tanya Sesha dengan angkuhnya. "Cih ... najis gue iri sama lo!" jawab Fanny. "Fan, udah jangan keterlaluan," ucap Mitha berbisik. "Kalian kenapa lagi sih?" Fanny, Mitha dan Sesha menoleh mendengar suara Dirga. "Eh, Dirga, tadi mereka sama abangnya Mitha bully aku di kantin," jawab Sesha dengan suara dibuat manja kepada Dirga, lalu melingkarkan tangannya di tangan Dirga. "Hadeuhh ... dasar cewek gatel, gak bisa liat cowok nganggur langsung digaet aja," ucap Fanny. "Lepasin, Sha," ucap Dirga sambil menepis tangan Sesha lalu melirik kepada Mitha. "Ih ... Sayang, kamu kok gitu sih, harusnya kamu belain aku," ucap Sesha. "Bukannya kamu yang selalu bully, Mitha?" tanya Dirga. "Basi lo!" ucap Fanny lalu menarik lengan Mitha untuk duduk di bangku mereka. "Mitha, tunggu!" cegah Dirga. "Kenapa?" tanya Mitha dengan malas, Dirga pun menghampiri Mitha yang sudah duduk nyaman di bangkunya. "Nanti sore ada acara?" tanya Dirga. "Mitha sibuk!" jawab Fanny dengan ketus. "Gue tanya Mitha, bukan lo," ucap Dirga. "Tapi, gue yang gatel pengen jawab, kenapa ada masalah?" tanya Fanny. "Kamu pergi dari sini!" perintah Mitha kepada Dirga. "Kamu marah sama aku?" tanya Dirga. "Enggak, lagian kenapa aku harus marah, kamu suka lucu deh," jawab Mitha tersenyum tipis. "Terus kenapa aku disuruh pergi?" tanya Dirga. "Ya aku gak nyaman kalau kamu di sini, aku risih," jawab Mitha. "Kalau gitu kamu terima ajakan aku," ucap Dirga. "Hari ini aku dijemput sama abang, ada acara," ucap Mitha. "Dibilangin gak percaya sih, udah sana pergi!" ucap Fanny. "Mith, sekali aja, jalan sama aku, aku minta maaf," ucap Dirga. "Minta maaf untuk apa?" tanya Mitha. "Untuk soal...." "Selamat siang, anak-anak!" ucapan Dirga terhenti karena guru sudah masuk ke kelas mereka. Dirga kembali ke bangkunya sambil menghela nafas dengan panjang. "Mampus, lo!" ucap Fanny. "Fan, diem!" ucap Mitha, dan pelajaran pun dimulai. *** "Apa ada lagi?" tanya Aland, dia sedang fokus memeriksa beberapa berkas di ruangannya, setelah sekian lama akhirnya Aland bisa kembali bekerja di kantor. "Sudah selesai, Tuan, tinggal mengirim ulang berkas kontrak ini kepada semua klien," jawab Ferdi. "Lakukan segera," ucap Aland lalu beranjak dari tempatnya. "Baik, Tuan," ucap Ferdi, lalu mereka keluar dari ruangan Aland. "Benar dia sekolah di sana?" tanya Aland. "Benar," jawab Ferdi. "Kau boleh pulang," ucap Aland. "Tapi, Tuan, Anda...." "Aku bisa melakukannya sendiri, pergi lah," ucap Aland menyela lalu dia segera menuju basement dan pergi. "Ini benar-benar gila." ucap Aland seraya tersenyum. Kali ini pikirannya benar-benar tertuju kepada gadis yang sudah menyelamatkannya, hari ini Aland benar-benar ingin menemui dia, tidak peduli bagaimana pun caranya, Aland harus bisa bertemu dengannya. Beberapa menit di perjalanan, Aland sudah sampai di salah satu sekolah ternama di Jakarta, tempat di mana Aland kecelakaan juga. Aland melirik arloji di pergelangan tangannya, ternyata waktu baru menunjukkan pukul 13.48 "Apa dia sudah pulang?" tanya Aland, pandangannya tertuju kepada gerbang sekolah yang masih tertutup, Aland menghentikan mobilnya di seberang sekolah. "Cepatlah keluar," ucap Aland lagi, dan kini dia fokus dengan benda pipih miliknya. Jari Aland berselancar dengan lincah di akun sosial medianya, hingga pandangannya tertuju dengan salah satu postingan seorang wanita. "Cih ... sangat menjijikan," ucap Aland, wanita itu adalah Giska, wanita itu memposting foto saat dia sedang liburan bersama seorang pria, mereka terlihat sangat mesra. Aland pun memblokir akun sosmed milik mantan kekasihnya itu. "Terbukti kalau kau memang w************n," ucap Aland, tak lama kemudian semua siswa dari sekolah itu keluar, pandangan Aland fokus mencari wajah gadis yang beberapa bulan ini sudah mengganggu pikirannya. "Di mana dia?" tanya Aland, bahkan kini sekolah itu sudah hampir sepi, Aland masih belum menemukan tanda-tanda jika gadisnya akan keluar. "Apa hari ini dia tidak datang ke sekolah, atau Ferdi salah memberikan informasi," ucap Aland, dia pun mengambil ponselnya lagi, untuk melihat pesan dari Ferdi. "Benar ini tempatnya, tapi kenapa...." ucap Aland. "Yes, and that she!" ucap Aland dengan mata yang berbinar, saat dia melihat gadis itu keluar dari gerbang. "Aku tidak akan melepaskan kamu." ucap Aland. Kini kisah Aland dan Mitha akan dimulai, Aland yang pertama kali merasakan jatuh cinta kepada seorang wanita tidak akan membiarkan wanita yang dia cintai lepas dari genggamannya, tidak peduli rintangan yang akan dia hadapi nanti, dia harus bisa memiliki wanita yang dia cintai dan membuat wanita itu jatuh cinta kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD