A Little Secret

1092 Words
"I wrote your name on the pages of my heart, I reflected your face on the mirrors of my soul and I displayed you in the galleries of my eyes. I love You. _ Love Message From Heart. Angel memasang wajah bingung ketika mendapati William sedang berbincang dengan seorang pria paru bayah. Didesak rasa penasaran yang teramat sangat, Angel mengangkat kepalanya untuk melihat wajah pria itu dengan jelas. Baru saja Angel memulai usahanya seketika William memutar punggung ke arahnya hingga membuat gadis itu berubah panik. Langsung saja Angel membaringkan punggungnya seperti semula. "Kau sudah bangun?" senyum manis William mampu mengalihkan pikiran Angel. "Aku baru bangun." balasan tak kalah manis di lontarkan oleh Angel. William mengusap penuh kasih sayang surai hitam yang berserak di atas bantal. "Apa kepala mu masih saja sakit?" ujarnya lagi. "Tidak. Kondisiku sudah jauh lebih baik, terimakasih." Angel berujar dengan nada lembut. William tersenyum tipis, dibawanya bibir seksi itu menempel di dahi Angel. "Apapun untuk mu." tanpa ada maksud menggoda William hanya mengungkapkan ketulusan hatinya. Ketika mendengar itu, hati Angel berdesir. Dengan enggan, gadis itu menatap mata berwarna biru terang yang kali ini nampak kecerahan di dalamnya. "Kenapa kau menatapku begitu?" William mendudukkan dirinya di samping Angel. Angel menipiskan bibirnya memberi pandangan lembut. "Terimakasih karena sudah hadir dalam hidupku. Kau seperti sebuah lentera yang menerangi gelapnya kehidupanku. Kau menuntun langkahku hingga bertemu pada titik terang." Angel memberanikan diri untuk menyentuh wajah William. "Aku akan belajar untuk mencintaimu." sambungnya lagi penuh kepastian. Kenyataan yang baru saja didengar oleh William, membuat detak jantungnya berdetak kencang. "Bolehkah aku mencium mu?" nada ragu William tertangkap jelas di telinga Angel. Langsung saja wajahnya memerah malu. Ingatan Angel melayang pada peristiwa tadi malam saat mereka saling b******u panas hingga hampir membuat kewarasan Angel menghilang. William yang sudah paham isi pikiran Angel hanya mengukir senyum tipis. Dia tidak lagi ingin memaksakan kehendaknya pada gadis itu seperti sebelumnya. Dengan ragu, Angel mengembalikan pandangan pada William. Dalam sekali anggukan Angel memberi izin sepenuhnya pada lelaki itu. Mendapati lampu hijau dari diri Angel Wiliam langsung membungkuk dan memagut bibir merah itu. Hasrat William selalu saja membara setiap berdekatan dengan Angel. Lelaki itu sudah kebingungan untuk mengenali dirinya sendiri sejak bertemu Angel. Ditengah kuatnya gejolak hasrat, William terpaksa melepas pagutannya saat Angel mengirim sinyal untuk segera berhenti. Nafas keduanya menggebu-gebu, William menempelkan keningnya di kening Angel. Sepasang netra biru itu masih saja bersinar penuh hasrat. "Kau... hanya milikku Ella, baik sekarang, besok ataupun selamanya. Sekali ku katakan milikku, akan tetap jadi milikku." ujar Akram dengan suara serak dipenuhi janji kepastian. Angel mengukir senyum malu, dirinya yang terlalu polos akan semua itu hanya bisa memasrahkan diri sepenuhnya di genggaman William. Tanpa disadari olehnya, Angel sudah terperangkap dalam dunia yang jauh lebih gelap dari dunianya yang sebelumnya. Tangan William terulur menghapus bulir keringat disepanjang dahi Angel. "Hari ini kau sudah boleh pulang. Aku yakin kau tidak tahan berlama-lama disini." sahutnya lagi dengan nada menggoda. "Benarkah? Kau sedang tidak berbohong bukan?" dalam sekejap wajah Angel bersinar terang mengusir rona kemerahan yang sempat tinggal disana. William terkekeh. "Benar sayang. Kau memang sudah boleh pulang." sahutnya semakin menggoda, membuat kedua pipi Angel terasa panas dan kembali memerah. "Lihatlah, pipimu memerah. Apa kau sedang merasa malu saat ini? " Akram menangkup pipi Angel dengan lembut namun, menyelipkan nada godaan disana. "Aku... aku.. ah maksud ku.. disini sangat panas." Angel mengipas-ngipas tangannya di depan wajah mencoba berdalih dari kebenaran yang baru saja di ucapkan oleh William. Suara tawa William berhasil membuat Angel terdiam dalam pesona. Lelaki itu begitu tampan bahkan teramat sangat tampan ketika tertawa. Angel bahkan larut dalam amatannya, seakan tak ingin keasyikan ini segera berakhir. Melihat kebungkaman Angel, William tampak mengerutkan kening. "Ada apa? Apa kau masih sakit?" suara William terdengar khawatir. Angel sekali lagi masih menatap dalam wajah William. Tersadar dari lamunannya, Angel kembali berujar. "Aku tidak apa-apa, jangan khawatir." Angel mengelus lengan kekar William sengaja memberi ketenangan pada lelaki itu. "Baiklah, katakan padaku jika kau masih sakit. Kau tidak akan ku izinkan keluar dari sini jika keadaan mu belum membaik sepenuhnya." kalimat berisi perintah yang tak terbantah dari William langsung saja diangguk patuh oleh Angel. Disisi lain, seorang gadis tengah berjuang melepaskan diri dari posisinya saat ini. Dan disinilah Monica sekarang, duduk diatas kursi dengan tangan dan kaki yang terikat, tidak hanya itu matanya juga ditutup, membuatnya tidak bisa melihat apapun. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa dirinya harus diperlakukan layaknya binatang peliharaan. "Tolong! Tolong! Tolong!" suara teriakan Monicaengisi keheningan ruangan itu. "Lepaskan aku b******k! Apa yang kau inginkan dariku!" Monica meronta sekuat tenaga, berusaha melepaskan ikatan tubuhnya. Meskipun kedua matanya ditutup, namun Monica bisa merasakan bahwa dia tidak seorang diri di dalam ruangan ini. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa dia akan mengalami hal mengerikan seperti ini dalam hidupnya. "Aku tidak suka air mata, diam jika kau masih ingin hidup!" suara geraman lelaki itu berhasil membungkam Monica sejenak. Langsung saja, Monica menghentikan usahanya. Tubuhnya bergetar hebat, degup jantungnya semakin tak terkendali. Sekuat tenaga, Monica menahan diri untuk tidak lagi menangis. Dia tidak ingin mati konyol sebelum berhasil merebut William dari Angel. "K...kenapa... kau menculik ku!" Monica berujar dengan suara bergetar. Lelaki itu menyunggingkan senyum sinis. "Kau akan segera tahu jawabannya." Dan benar saja, di detik yang sama pintu terbuka lebar menampakkan seorang lelaki tampan dengan wajah dingin sedang berdiri disana. Kehadiran lelaki itu berhasil menyebarkan aura mengerikan di seluruh penjuru ruangan. Kaki panjangnya mulai melangkah dengan tempo lambat, gema suara kaki yang menakutkan seakan menembus seisi ruangan itu. Monica berubah panik tatkala pendengarannya menangkap sesuatu yang mengerikan. Keringat jagung mulai bermunculan di area pelipisnya. Sialan! Situasi apa ini! "Tuan muda, anda sudah datang?" ujar lelaki yang sedari tadi bersama dengan Monica. Tuan muda? Jadi, bukan pria ini yang menculik ku? b******k! Apa-apaan ini! Lelaki tampan itu tak membalas. Seluruh perhatiannya hanya tertuju pada sebuah objek besar yang dihadapannya. Dengan langkah perlahan, dia mendekati hasil buruan tangan kanannya. Ketika Monica merasakan pergerakan lelaki itu semakin dekat dengannya, wajahnya langsung memucat. Monica kembali meronta di kursinya berusaha meloloskan diri dari ikatan itu. lelaki itu tersenyum miring, melihat usaha gadis bodoh di hadapannya. "Aku tidak akan membunuhmu." Dengan senyum khas psikopat lelaki itu mendaratkan bokongnya di kursi kosong tepat di hadapan Monica. "Apa... apa yang... kau... inginkan... dariku." rasa takut begitu menggerogoti benak Monica, bahkan untuk sekedar berucap pun dia tak sanggup. Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya. Dengan perlahan, dia memajukan wajahnya lalu berbisik di sebelah telinga Monica. "Tidak ada. Aku hanya ingin mengucapkan..... selamat datang di duniaku.... Mo...ni...ca."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD