Author POV.
Celia tersenyum lebar melihat bayangan dirinya sendiri didalam cermin. Sempurna, hanya satu kata yang mampu menggambarkan bayangannya sekarang.
Celia terlihat cantik dengan kemeja putih dan juga rok pensil selutut yang membuat terlihat
manis dan juga anggun disaat bersamaan.
Hari ini adalah hari pertama dia mulai berkerja diperusahaan asing terbesar di Indonesia,
dengan gaji yang pastinya juga besar.
"KYYYAAAA" Celia hampir saja menjatuhkan maskara yang baru saja dibeli tadi malam saat
mendengar suaraTeriakan meleking sahabat itu.
Dengan cepat Celia berlari tanpa memperdulikan lagi riasan wajahnya Belum sempurna.
"Karin kenapa bi?" Tanya Celia saat dia sudah berdiri didepan kamar mendiang neneknya.
"Bibi juga tidak tahu nona"jawab bibi Nina khawatir.
Dengan cepat Celia membuka pintu kamar mendiang neneknya dan melihat Karin yang terdiam mematung di depan lukisan kuno yang dia yakini adalah peninggalan neneknya.
Neneknya memang termaksud penyuka barang antik,makanya tidak heran rumah mendiang neneknya banyak barang-barang antik peninggalan neneknya.
"Lu kenapa teriak-teriak, Karin?"Tanya Celia pada Sahabatnya itu.
"Itu..tadi gua lihat tuh lukisan bisa bergerak sendiri" jawab Karin.
Demi Tuhan Celia rasanya sangat ingin memukul keras kepala sahabatnya ini.
Bagaimana bisa benda mati Bergerak sendiri, dia rasa otak sahabatnya ini benar-benar sudah
tidak waras.
Celia menatap datar Karin yang masih terlihat syok.
"Lu gila ya, ini tuh benda mati Karin, enggak mungkin bisa bergerak" kata Celia kesal.
Wanita cantik itu mendengus kesal pada Sahabatnya dan memilih Keluar dari kamar mendiang neneknya melanjutkan kembali kegiatannya yang tertunda tadi.
Sedangkan Karin memutar bola matanya malas, dia masih waras belum gila. Rumah ini yang
membuatnya gila.
"Nona Karin kenapa bisa ada di dalam kamar ndoro putri?" Tanya bibi Ninabbingung.
Karin menepuk jidatnya lembut saat dia ingat awal tujuannya memasuki kamar mendiang nenek Celia.
"Oh iya sampe lupa, aku mau pinjem tempat rias bi. Soalnya aku lupa bawa hehehe"jawab Karin
sambil tertawa tanpa dosa.
Bibi Nina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum keibuannya.
"Nona tunggu aja di kamar nona, nanti bibi yang bawain kekamar nona"balas
"Tolong yabi" kata Karin senang sambil berlari keluar dari dalam kamar mendiang nenek Celia
dan berlari kearah kamar tidur Sahabatnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa lu lari-lari?"Tanya Celia bingung.
"Kepo" jawab Karin singkat membuat Celia mengendus kesal.
"Cel, rumah nenek lu ini beneran enggak ada hantunya?" Tanya Karin pelan, bahkan hanya
berupa bisikan saja.Seakan-akan ada yang mendengar jika dia berbicara dengan nada keras.
"Ya enggak adalah, gua kecil juga suka nginep disini kar, jadi jangan takut" jawab Celia cuek.
"Entah kenapa gua kurang yakin ya sama jawaban lu"balas Karin yang dibalas gendusan kesal
dari Celia.
"Nih ya bukan cuma sekali gua diperkosa sama setan dirumah ini, tapi dua kali, youk now"kata
Karin kesal.
Celia hanya diam, apa yang di kata kan Sahabat nya ini memang benar. Suka dua malam ini
mereka berdua selalu di tiduri oleh dua orang pria yang bahkan wajahnya saja tidak pernah
mereka lihat.
Celia mengangguk-angguk kepadanya, apa yang dikatakan Sahabatnya itu memang benar dan
sialnya lagi dia tidak dapat menghindari sentuhan sensual pria yang setiap malam selalu
menjelajahi setiap lekuk tubuhnya.
"Udah enggak usah dibahas lagi, yang penting sekarang kita berangkat kerja sebelum terlambat
dihari pertama" kata Celia yang langsung di balas anggukan kepala oleh Sahabatnya itu.
.
.
.
.
.
.
Kedua kaki jenjang Celia dan Karin memasuki gedung perkantoran mewah itu dengan lugas dan
anggun seakan-akan menunjukkan jika mereka berdua adalah berpendidikan tinggi.
Bahkan
Karin dan Celia tidak memperdulikan tatapan memuja para kaum Adam di sana yang terpenting
saat ini bagi mereka adalah mencari pundi-pundi uang diantara ratusan karyawan di kantor
tempat mereka mencari rejeki.
"Permisi nona, saya Celia dan ini teman saya Karin, kami datang kesini atas surat lamaran kerja kami yang terima" katak Celia sopan dan tidak lupa dengan senyum manisnya.
"Oh iya nona, kalian berdua sudah ditunggu diruang interview dilantai 5, silahkan"balas
resepsionis itu ramah.
"Terima kasih" balas Celia tidak kalah ramah.
Karin dan Celia mengikuti langkah kaki pegawai baru yang juga ikut melakukan interview.
Celia meremas ujung blazer hitamnya dengan gugup, Jujur saja ini pertama kalinya dia
melakukan interview diperusahaan sebesar ini, biasanya dia hanya akan memasukkan lamaran
kerjanya keperusahan kecils aja.
Dan ini dia di terima untuk interview diperusahaan swastater besar di Indonesia, yang pastinya milik orang asing
"Kau tenang saja cel, kita pasti di terima berkerja di sini" kata Karin dengan percaya dirinya
membuat enam orang yang berada di dalam lift yang sama dengan mereka menatap tajam
Karin, dan hanya di balas dengan tatapan sombong dari Karin.
Sahabatnya yang satu ini benar-benar wanita yang tidak takut dengan siapapun. Bahkan Karin
pernah menghajar habis-habisan sekretaris pribadi ayahnya yang terlihatterang-terangan
menggoda ayahnya itu.
Sedangkan ayahnya itu bukan marah pada putri itu malah bertepuk tangan dengan bangga,
benar-benar keluarga aneh.
"Aku hanya sedikit gugup,kar" jawabb Celia pelan.
Baru saja Karin ingin membuka mulutnya tapi pintu lift yang terbuka mengurungkan niatnya
untuk berbicara. Membuat wanita cantik itu mendengus kesal dan Celia yang tertawa tertahan.
Karin dan Celia duduk dikursi tunggu dengan tidak sabaran banyak para wanita yang mengikuti
interview memoles kembali Wajah mereka dengan bedak. Membuat Karin mendecak kesal.
"Sebenarnya mereka ingin melamar berkerja atau menggoda calon bos mereka sih, benar-benar
merusak pemandangan mata ku saja" batin Karin kesal.
"Nona Celia"
Celia cepat-cepat berdiri saat namanya dipanggil oleh seorang pria tampan dengan kemeja putih yang berdiri di depan pintu ruang interview.
"Iya" jawab Celia semangat.
"Silahkan masuk nona" balas pria itu dengan senyum indah melihat Celia yang begitu semangat.
"Terima kasih" balas Celia.
Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum memasuki ruangan yang sangat menyesakkan
menurutnya.
"Rilek saja nona, bos besar tidak akan memakan anda" canda pria tampan itu sedikit
menghilangkan kegugupan Celia.
Celia melangkah kakinya memasuki ruangan interview yang di huni oleh para petinggi
perusahaan Phantomhive Corp.
"Silahkan duduk nona Celia, apa anda sudah siap menjawab pertanyaan dari kami?" Tanya
wanita paruh baya yang terlihat tegas tapi lembut di waktu bersamaan.
"Sudah nyonya" balas Celia cepat.
Celia mendesah puas saat dia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuknya, tapi jujur saja sedari tadi dia tidak dapat duduk dengan nyaman dikursinya Karena
tatapan tajam dan sarat akan gairah itu dari seorang pria tampan dengan tubuh tegap yang
mampu membuat para kaum hawa melempar tubuh mereka dengan suka rela tanpa harus di
bayar.
Bukan hanya tatapan pria itu yang membuatnya tidak dapat fokus tapi juga wajahnya yang
sangat tampan dengan jas mahal yang membalut sempurna tubuh indah berototnya.
"Anda diterima berkerja di sini nona Celia" suara dingin itu mengagetkan Celia yang masih
berusaha fokus untuk menjawab pertanyaan wanita di depannya.
"Apa? Tapi pak...."
Perkataan wanita paruh baya di hadapannya harus terpotong Karena suara berat dan seksi pria
tampan itu lagi.
"Saya bilang dia diterima berkerja di sini nyonya hil, apa anda keberatan?" Tanyanya dingin.
"Tidak pak" jawabnya wanita paruh baya itu takut, yang Celia baru tahu dia adalah menejer di perusahaan ini.
"Kau boleh keluar nona Celia" kata pria seksi di depan ini.
"Iya pak, terima kasih anda sudah mau menerima saya berkerjadi sini" kata Celia senang.
Celia melangkah keluar dengan senyum bahagia yang tersungging di kedua sudut bibirnya.
"GUA DI TERIMA" Teriak Celia senang sambil memeluk erat tubuh Sahabatnya itu.
Karin membalas pelukan erat Celia dengan pelukan bahagianya dan tidak lupa ucapan selamat yang dia ucapkan untuk Sahabatnya itu.
......
TBC