Ternyata

2309 Words
Esti tambah curiga, kenapa Syana biasa aja saat pacarnya main belakang dengan sahabatnya sendiri. Memilih diam, menyodorkan kresek yang berisi roti sama air mineral sesuai pesanan Syana. ‘gue harus cari tau.’ Batin Esti Memang sih, Syana menerima Jacky buat jadi pacarnya bukan karna mereka saling suka, tapi karena Jacky mengaku sudah menyukai Syana sejak awal masuk sekolah ini dan baru bisa dekat saat mereka masuk kelas 12. Karena pada dasarnya si Syana yang super baik, dia menerima pernyataan cinta Jacky meskipun dia ragu kelangsungan hubungan mereka kayak gimana kedepannya. Bagi Syana melihat orang lain bahagia dia juga ikut bahagia. Tidak ada yang tau kalau Syana menerima Jacky hanya karena kasihan, bukan karena dia jahat, tapi memang Syana nggak pernah ada keinginan untuk bermain hati. Karena memang pintu hatinya telah tertutup dan terkunci rapat, bahkan sudah 12tahun tidak ada yang mampu membuka pintu itu, sebab gembok yang sangat kuat dan hanya 1 orang yang memegang kuncinya. Meskipun dia sendiri tidak yakin kalau pembawa kunci itu masih mengingatnya atau tidak, tapi dia tetap berusaha menunggu cinta pertamanya itu. Ting.. Notifikasi pesan di hp Syana berbunyi. Pesan dari Jacky membuat kening Syana berkerut, karena tak biasanya Jacky mengirim pesan seperti itu. Biasanya dia yang ngebet banget buat anterin Syana kemana-mana. Dan kemarin dia bilang kalo kedua orang tuanya lagi di Bandung karena sepupunya mau nikah. [ sayang, maaf ya kayaknya ntar gak bisa anterin kamu ke toko buku deh, aku ada di suruh mama buat anterin ke Bogor, kakek aku sakit. Maaf ya . ?:)] Mencoba berfikir positiv, karena berkaitan dengan orang tua. Sebelum menjalin hubungan dengan Syana hubungan Jacky dengan orang tuanya agak renggang, bahkan pernah Jacky kabur dari rumah dan memilih mabuk karena tak tahan dengan orang tuanya yang tak pernah ada waktu untuk Jacky karena sibuk sendiri-sendiri. Dan berkat Syana, keluarga yang beku itu pun mulai mencair. [ ok, gak papa kok. Salam ya buat tante sama om] sent. Pesan itu pun langsung centang biru. Menaruh hp di meja lagi dan melanjutkan makan. Esti yang sedari mengawasi gerak gerik Syana akhirnya angkat bicara. “Pesan dari siapa Na ?” tanya Esti. “Jacky, dia bilang gak bisa anterin aku ke toko buku, katanya dia dirusuh mamanya nganterin ke Bogor buat jengukin kakek nya yang sakit.” Jawab Syana tanpa menatap Esti. “Bukannya dia sendiri yang ngeyel buat anterin loe, lagian kemarin gue denger orang tua nya lagi di Bandung karena sepupunya merried.” “Ya , mungkin sudah pulang dan sekarang gantian mau ke Bogor.” “Semoga dia jujur deh sama loe.” Hening, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai bel masuk pun berbunyi lagi. Esti yang super kepo soal percintaan dan Syana yang hanya kepo soal pelajaran memang sering bertolak belakang cara pikirnya. Itu sebabnya persahabatan mereka selalu aman dan terkendali. Esti yang peka dengan perasaan selalu tau apa yang terjadi pada Syana meski di tutupi dengan cara apapun. Dan Syana yang selalu mendapat juara kelas selalu menolong Esti yang otak nya separo saat ada PR. Simbiosis mutualisme . Tet... tet... tet... Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai. Murid murid berhambur keluar kelas. Ada yang langsung pulang, ada yang masih mengobrol di sepanjang koridor, ada yang pacaran, persiapan eskul, dan lain lain. “Na, gue duluan ya. Sorry gak bisa nemenin ke toko buku. Udah di jemput sama papa.” Ucap Esti “Tumben papa kamu yang jemput, biasanya kang supir.” Tanya Syana “Supir gue pulang kampung, istrinya lahiran.” “Oh, oke. Hati hati ya.” “Ashiiaapp. Ha ha ha.” Setelah kepergian Esti, Syana keluar kelas karena taxol nya udah nunggu di depan. Bukan karena dia gak punya supir, Syana memang menyembunyikan jadi dirinya yang merupakan anak pengusaha sukses dan terkenal se Indonesia. Bahkan sekolah ini pun yang punya orang tuanya. Hanya Esti yang tau tentang ini, itupun karena Syana kepergok lagi di mall bersama keluarganya saat mereka akan menjalin kerja sama dengan perusahaan papanya Esti. Di tengah jalan, tak sengaja dia melihat sepasang anak adam yang berboncengan dengan motor sport merah. Berhenti di lampu merah tepat di samping mobil yang di tumpangi Syana. Ya, mereka Sarah dan Jacky. “Pak, tolong ikuti motor di depan ya.” Ucap Syana. Kurang lebih 15 menit mengikuti motor Jacky, akhirnya dia berhenti. Syana menatap sekeliling nya. Matanya melotot saat tahu kalo Jacky dan Sarah berhenti di salah satu hotel kecil di pinggir kota. Hotel itu memang terkenal banyak penyewa dari kalangan pelajar sampai orang tua yang hanya untuk sehari, harga yang murah dan tempat yang jauh dari keramaian. 2 orang itu turun dan langsung kedalam. Syana langsung mengambil poto mereka sebagai bukti jika suatu saat di butuhkan. Merasa cukup Syana pergi dari tempat itu menuju toko buku. “Jalan pak. Langsung ke toko buku di jalan X ya.” Ucap Syana “Siap neng.” Sesampainya di toko buku, Syana menuju rak yang memang khusus untuk novel. Mengambil beberapa novel yang memang beberapa hari ini dia tunggu-tunggu. Karena tidak hati-hati Syana menabrak mengunjung lain. Brukk... “Maaf, maaf.” ucap Syana tanpa melihat orang di tabrak, sibuk mengambil buku yang tercecer sampai tak menyadari kalau orang yang di tabraknya sudah pergi. Tak ambil pusing, toh dia sudah minta maaf. Memilih keluar setelah membayar di kasir. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya dia harus segera pulang sebelum langit menggelap. Menjadi anak perempuan pertama di keluarga terpandang memang banyak mengundang perhatian orang-orang sekitar. Makanya keluarga Dermawan ini selalu menerapkan peraturan yang terbaik untuk seluruh anggota keluarganya termasuk orang-orang yang bekerja untuk keluarga ini. Salah satunya di larang pulang malam terkecuali berkepentingan yang tidak bisa di tunda. Oleh karena itu, semua orang sangat menghormati keluarga ini. Di samping keluarga harmonis, kekayaan yang melimpah, keluarga yang baik, dan ringan tangan dengan sesama. Bahkan tuan Heri pun ( ayahnya Syana ) tak pernah melewatkan acara kerja bakti di lingkungan komplek, dan bunda Rahma juga memilih belanja sayur di tukang sayur keliling daripada di mall. Membuat kerukunan dan kekompakan antar tetangga semakin erat dan terjalin baik tanpa terpisah karna berbedaan harta. “Assalamualaikum.” Ucap Syana saat memasuki rumahnya. “Waalaikumsalam.” Terdengar bukan hanya 1 orang yang menjawab salamnya membuat Syana menoleh ke arah samping tepat di ruang tamu. Terlihat ada beberapa orang disana termasuk orang tuanya. “Tuh dia anaknya. Sini sayang.” Panggil Rahma. Syana mendekat dan mencium tangan orang tuanya, serta 2 orang lain yang terlihat seperti sepasang suami istri. “Syana, kamu ingat tante dan om ini kan?” tanya Rahma pada anak gadisnya. Syana mengalihkan pandangannya ke tamu itu. Mengingat ingat siapa mereka, wajah mereka tidak asing bagi Syana. Tapi dia tidak ingat siapa mereka. “Ini tante Suci dan om Riko, tetangga kita saat masih di Surabaya dulu. Kamu ingat kan?” sambung Rahma. Tapi Syana tetap diam karena memang belum bener-bener ingat. Hanya mematap dengan wajah bingung. “Mungkin dia lupa mbak. Maklum sudah 12 tahun tidak ketemu. Dan sekarang dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.” Ucap Suci sambil tersenyum menatap Syana yang masih diam. “Iya ya.. hmmmm... yaudah sekarang kamu bersih-bersih dulu, nanti kita makan malam bersama. Ada yang ingin ayah sama bunda bicarakan sama kamu.” Sambung Rahma. “Iya bun, om tante, Syana ke kamar dulu ya.” Pamit Syana di balas anggukan dan senyum tulus dari tamu itu. Syana berlalu menuju kamarnya, meninggalkan orang tuanya yang lanjut mengobrol seru dengan temanya. Terlihat seperti sedang melepas rindu dan kebahagiaan yang menyelimuti kedua pasang suami istri itu. Menaruh tas dan buku di tempatnya dan langsung masuk kamar mandi untuk bersih.-bersih. Menit berlalu Syana keluar dengan keadaan sudah segar. Sambil menunggu waktu makan malam Syana memilih membaca novel yang baru dia beli tadi siang. Selain karena hobby novel juga menjadi penghibur saat suasana hati dengan tak menentu seperti saat ini. Tok.. tok.. tok.. “Kakak, turun yuk makan malam sudah siap. Sudah di tunggu sama yang lain di bawah.” “Iya bunda. Kakak segera turun.” Saat menuruni tangga, Syana melihat bukan hanya anggota keluarganya yang makan malam. Tapi om dan tante yang tadi dan satu orang lagi yang tak tahu itu siapa. Rahma yang menyadari kedatangan anaknya tersenyum dan menyuruh Syana segera duduk. Makan malam terasa sangat lama bagi Syana karena canggung dari tadi di tatap oleh orang yang tepat di depannya. “Setelah makan kita kumpul di ruang keluarga, ada hal penting yang harus di bahas. Syana kamu juga ikut.” Ucap Heri di sela makanya. Kini semua berkumpul di ruang keluarga. Hari menyodorkan sebuah map kepada anak gadisnya. “Ini apa yah?” tanya Syana sambil menerima map itu. “Baca dulu sayang.” Jawab Heri. Syana membuka map itu, membaca isinya. Sebuah pesan dan wasiat yang di tulis oleh kakek dan sahabatnya 18 tahun yang lalu. Matanya melotot saat membaca pesan terakhir. Menatap kedua orang tua nya yang tersenyum kepadanya, bahkan om Riko dan tante Suci ikut tersenyum. Hanya 1 orang yang selalu datar sejak awal bertemu. “Ini maksudnya apa yah.?” Tanya Syana. “Begini sayang. Kakek kamu dan kakeknya Gibran itu bersahabat sejak remaja, sampai mereka bisa mendirikan perusahaan yang sekarang di kelola ayah. Dan demi mempererat hubungan persahabat mereka. Kakek dan kakekmya Gibran menjodohkan keturunannya. Tapi berhubung saudara ayah Laki-laki semua dan om Riko juga anak tunggal maka perjodohan itu turun ke kamu yang kebetulan anak perempuan ayah satu-satunya, dan Gibran anak tunggal om Riko.” Terang Heri dengan menatap Syana dan Gibran bergantian. “Gibran.?” Tanya Syana. “Iya sayang, ini Gibran anak tunggal tante. Dulu kalian juga dekat banget loh. Masa kecil kalian sangat lucu. Bahkan kamu pernah bilang kalau kamu ingin jadi anaknya tante aja biar bisa dekat terus dengan Gibran.” Terang Suci. “Maaf, Syana permisi.” Pamit Syana dan berlari ke kamarnya. Membuat semua orang menatapnya bingung. Termasuk Gibran yang sedari tadi diam. Bukan karena tidak kenal dengan Syana tapi dia menahan sesak didadanya. Dia sama kaget nya dengan Syana saat mengetahui perjodohan ini. Apalagi dia di jodohkan dengan cinta pertamanya. Yang harus pisah karena kedua orang tuanya memilih pergi dan menetap di London karena perusahaan di sana ada masalah. Dan kini dia kembali ke negara asalnya untuk menjalankan amanah sang kakek. “Om, boleh saya temui Syana.” Ucap Gibran. Heri menghela nafas panjang, tahu jika putrinya sangat syok dengan kenyataan ini. Karena dia pernah bilang kalau ingin meraih cita-citanya untuk menjadi dosen sebelum menikah. Tapi sekarang dia harus menerima kenyataan ini. Menatap Gibran, berfikir mungkin jika Gibran yang bicara bisa menenangkan hati putrinya. Sebab dia tau kalau Gibran cinta pertama Syana yang selama ini Syana tunggu kepulangannya. “Silahkan nak, tolong bujuk Syana ya. Dia anak baik kok. Mungkin dia hanya syok dengan semua ini.” “Terima kasih om.” Setelah mendapatkan izin, Gibran langsung menuju kamar Syana. Sampai di depan pintu dia bingung masuk atau nunggu Syana keluar. Satu menit.. Dua menit. Tiga menit. Sampai 15 menit menunggu tapi Syana tidak keluar. Akhirmya Gibran memutuskan untuk masuk. Tok tok tok.. “masuk.” Ceklek, Gibran membuka pintu, menatap ke dalam kamar. Ternyata Syana berdiri di balkon dengan memunggungi pintu. Dengan ragu perlahan Gibran melangkahkan kaki mendekati Syana. Syana yang mengira bundanya yang masuk hanya diam tanpa menoleh kebelakang, hingga saat Gibran sampai di sebelahnya dia kaget. “Astagfirulloh.” Pekik Syana. Membuat Gibran ikutan kaget karena teriakan Syana. “Kamu ngapain disini ?. Nggak sopan tau masuk kamar orang lain tanpa izin.” Sungut Syana. Karena memang gak pernah ada yang boleh masuk ke kamarnya kecuali kedua orang tuanya. “Kan loe sendiri yang nyuruh masuk. Lagian gue udah izin kok sama bokap lo.” Jawab Gibran tanpa menatap Syana. Hening.. Gibran melirik Syana yang sudah pindah duduk di kursi. Hingga menit berlalu mereka saling diam tanpa ada yang mau mulai bicara. Karena bosan Gibran berjalan mendekati Syana dan duduk di sampingnya. Syana yang masih kurang nyaman demgan sosok asing, Merasa takut dan langsung berdiri membuat Gibran menghela nafas panjang. “Duduk aja, gue gak bakal ngapa-ngapain loe kok. Gue hanya mau ngasih tau sesuatu sama loe.” Ucap Gibran sambil menepuk kursi disebalahnya. Ragu, tapi Syana memilih kembali duduk. “Gue tau loe kaget dengan semua ini. Gue juga sama. Tapi gue harus tetap terima, pertama karena gue selalu menghormati kakek gue. Yang kedua karena doa gue selama ini terkabulkan.” Sambung Gibran sambil menatap mata Syana. “Maksud kamu.?” Tanya Syana. “Dulu gue pernah punya sabahat , tapi karena suatu hal gue harus ninggalin orang itu dan pergi ke London. Gue gak pernah bisa lupain dia. Setiap hari gue berdoa supaya bisa di pertemukan dengannya.” Ucap Gibran sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan menyerahkaan ke Syana. Syana menerima itu dan membukanya. Matanya melotot mulut menganga melihat isi kotak hitam itu. Sebuah bandul berbentuk huruf S dan G. Bandul yang sama dengan punya dia karena memang beli 2 pasang saat masih kecil. Satu pasang dia simpan dan yang satu dia kasih ke sahabat kecilnya. “ini..” lirih Syana. “Jadi kamu. ?” ucap Syana dengan berkaca-kaca. Dan hanya di balas senyuman oleh Gibran. Senyuman yang selama ini dia rindukan kini benar-benar nyata di depannya. Tanpa ragu lagi Syana berhambur memeluk Gibran dengan erat. Menyalurkan rindu yang teramat dalam di hatinya. “Kamu jahat tau, kenapa kamu gak bilang kalo Gibran sahabat aku dulu. Aku kangen banget sama kamu.” “Maaf,” jawab Gibran. Hening, sama-sama diam menikmati nyamannya pelukan seorang sahabat yang lama mereka rindukan. Hingga terdengar suara yang mengagetkan keduanya. “Eherm..” Dua orang yang asyik berpelukan itupun langsung melepaskan satu sama lain. Menatap kearah pintu, ternyata ada bunda Rahma disana. Malu karena kepergok keadaan yang memalukan. “Turun yuk, gak baik berduaan di kamar. Meskipun kalian sudah di jodohkan tetap tidak baik. Kita bicara di bawah.” Ucap Rahma sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan dua anak muda di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD