Aku membuka kulkas, hanya ada spageti dan bumbunya serta sosis dikulkas atas. Jadi aku mulai memasak bahan makanan itu. Aku sedang mengaduk saos spageti saat mendengar suara pintu kamar terbuka.
"Kok gak pesen Ta?" Aku mecicipi rasa bumbu itu ditanganku. Enak..
"Gak usah. Lagian udah malem juga. Besok aja kita baru pesennya." Aldrich berjalan menghampiriku. Dia memelukku dari belakang dan menaruh dagunya di ceruk leherku.
"Aku belum pernah senyaman ini sama siapa pun Ta. Baru kamu aja.."
Aku tersipu kemudian mencibir. "Gombal.. Mami kamu bilang kamu pernah pacaran sebelum aku".
"Iya, maksudku, belum pernah ada yang mau aku ajak nginep Ta.."
"Jadi kamu sering ngajakin cewek lain nginep tapi gak ada yang mau gitu?!" Ujarku agak sewot.
Aldrich membalik tubuhku ke arahnya, aku masih memegang lap di tangan satu dan spatula ditangan lainnya. "Maksudnya, selama ini aku belum pernah berhubungan serius sama siapapun selain kamu Cinta. Cuma kamu cewek yang baru aku ajak kenalan sama orangtuaku, cuma kamu cewek yang aku pernah minta nginep disini." Cowok itu menyatukan dahinya ke dahiku. "Cuma kamu yang baru bisa bikin aku jatuh cinta setengah mati." Suaranya berubah serak.
Aldrich mengecup bibirku, kemudian bergeser ke pipi dan turun ke leherku. Aku menengadah, rasanya geli-geli enak. Bibirnya kembali mencari bibirku kemudian melumatnya, tanganku reflek melingkar ke lehernya. Ciuman kami terhenti saat mendengar desisan saus spagetiku yang mulai menguap. Kami tertawa kemudian mulai makan.
Setengah jam kemudian kami selesai makan, tidak terasa sudah pukul sepuluh. Aku mencuci piring, sedangkan Aldrich masih menonton film di Netflix. Aku bergabung, ternyata filmnya tidak jauh dari balapan mobil. Aku meringkuk didalam pelukannya. Aku menyandarkan kepalaku ke bahunya, satu tanganku menangkup ke tangannya yang memeluk pinggangku dan satu tanganku lainnya kuletakkan diatas pahanya.
Tiba-tiba adegan film itu berubah ke adegan romantis diantara para pemainnya. Suasana berubah canggung, aku mendengar degup jantung Aldrich bertambah kencang ditelingaku. Begitu pun aku, aku merasakan dadaku berdebar. Tangan cowok itu yang sebelumnya memegang remot kini berpindah menarik daguku ke atas, bibir kami hanya berjarak lima senti saat aku melihat manik matanya menatap sayu kedalam mataku.
Aku memejamkan mata saat bibir kami menyatu. Suara tv tidak lagi jelas, yang terdengar hanya suara kecapan dan erangan saat mulut kami saling beradu, tanganku meremas celananya, membuatnya mengetat seketika. Aku terengah dengan ciuman kami yang semakin dalam. Aku menengadahkan kepala saat Aldrich meciumi leherku. Tangannya membelai pinggang dan turun ke pahaku. Napas kami mulai berat.
Aldrich mengajakku berdiri dan kami masuk ke kamarnya. Aldrich menahanku dipintu dan kembali menciumku dengan rakus. Tanganku meremas rambut dan belakang lehernya. Sedangkan dia terus mengelus pinggang, punggung dan bokongku. Dengan berani kutarik kaosnya ke atas. Dia pun membantuku melepaskan bajuku. Kulit kami bersentuhan, dadaku menempel padanya membuat Aldrich menggeram. Aku merasakan sensasi aneh menggelenyar di perutku. Apa ini?
Aldrich masih menciumku sambil membawa tubuhku ke ranjang. Kami setengah berdiri, menopang tubuh kami dengan lutut masing- masing. Rasanya aku ingin terus berciuman. Rasanya luar biasa saat kulit kami saling merasakan. Rasanya aku tidak ingin berhenti...
^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*
*Aldrich pov..
Aku menyentuh kulit Cinta. God, rasanya begitu benar. Baru pertama kali ini aku menyentuh tubuh seorang cewek. Sebelumnya aku tidak berani jika make out sampai jauh, tapi dengan Cinta, rasanya aku selalu ingin lebih dan lebih.
Tanganku bergerilya dipunggung mulus cewek itu. Untuk ukuran perempuan sebenarnya Cinta gak gemuk, cuma lebih berisi. Terutama bagian payudaranya yang sudah sedari tadi menggoda untuk ku belai.
No, no..
Aku harus perlahan. Aku gak mau Cinta jadi takut kalau aku terburu-buru, malah rusak semuanya. Aku tidak tahu bagaimana malam ini akan berakhir, aku tidak akan memaksa jika Cinta tidak mau berbuat lebih jauh. Tapi aku akan melanjutkan jika dia tidak menolak.
Hubungan kami belum pernah sejauh ini. Aku hanya berani sampai menciumnya saja. Tetapi aku berharap Cinta tahu bahwa aku serius dengannya sampai aku membelikan hadiah termahal yang pernah aku belikan untuk seorang cewek, kalung itu membuatku merogoh kocek dalam karena itu bukan sembarang liontin, itu diamond asli bukan sirkon.
Aku menciumnya lagi, sampai wajahnya berubah merah karena kehabisan napas. Wajahnya terlihat malu dan b*******h sekaligus. Membuatku semakin gemas ingin menggodanya. Lalu ciumanku turun ke lehernya. Cinta menengadah membuat aksesku untuk mencicipinya disana semakin leluasa. Ada bauku disana, bau sabun dan shampoku. Aku menyukainya saat bau maskulinku bercampur dengan bau tubuhnya.
Tanganku mengusap bokongnya, meremasnya pelan, menekannya ke gairahku yang sudah menegang sejak tadi. Aku mendengar napasnya berubah pendek-pendek saat aku menggesekkan kejantananku di bagian depan miliknya. Aaah, rasanya luar biasa nikmat.
Aku menurunkan bibirku. Mulai menciumi dadanya, tanganku bergerak melepas kait branya. Cinta terkesiap pelan saat aku menurunkan tali di bahunya, cewek itu menunduk malu. Aku menelan salivaku susah payah saat melihat p******a indah milik Cinta yang sudah polos. Payudaranya lumayan besar, kencang dengan pucuk coklat muda yang sudah menegang.
Aku memandang matanya meminta ijin. Tanganku bergerak naik ke sekitar perutnya. Mengelus pelan disana sebelum semakin naik ke atas. Cinta menatapku, matanya sudah berkabut gairah, aku memeluk pinggangnya lalu membenamkan kepalaku ke antara payudaranya.
Rasanya hangat. Aku menggerakan bibirku mengecup daging kenyal itu, semakin ke arah tengah dan mulai mengulum putingnya. Cinta mendesah saat merasakan mulutku melingkupi payudaranya, sedangkan tanganku yang satu lagi meremas pelan dan menggoda tonjolan kecil yang semakin menegang di p******a satunya. Aku terus melakukan itu, menjilat, menghisap dan sedikit menggigitnya, lalu gantian dipayudara satunya membuat Cinta merem melek keenakan. Aku membuat dua kissmark dimasing-masing payudaranya. Suaranya terdengar seksi ditelingaku. Aku tidak menduga bibir cerewet milik Cinta bisa mengeluarkan suara desahan seperti itu. Aaah, aku semakin b*******h. Milikku terasa ngilu, meminta dibebaskan secepatnya.
Cinta meraih kepalaku dan kembali menciumku. Bibir kami saling melumat tidak mau kalah. Cinta termasuk cewek yang pandai berciuman. Ciumannya tidak basah dan belepotan. Tidak selalu menggunakan lidah tapi tetap bisa memberi kenikmatan.
Tanganku bergerak turun menurunkan celana pendek dan boxerku, tapi tidak mengeluarkannya dari kaki, aku berjaga jika Cinta menolak maka dengan mudah aku dapat mengenakannya kembali. Bagaimanapun ini pengalaman pertama kami, aku tidak mau gairahku yang tinggi ini merusak hubungan kami.
Kejantananku mengacung tepat ke bagian depan milik Cinta. Aku menelan salivaku berusaha menahan keinginan untuk mengoyak celana yang Cinta pakai dan membenamkan milikku dalam-dalam ke miliknya. Aku mendengar erangan tertahan yang membuatku semakin mengeras saja.
Tanganku bergerak ke bagian samping celana cewek itu, kemudian aku menatap matanya. Cinta seolah mengerti tatapan mataku, dia mengangguk memberiku ijin untuk menurunkan celananya.
Dengan perlahan aku membiarkan tanganku yang gemetar menurunkan kain itu.
Shit!
Aku lupa bahwa Cinta tidak memakai celana dalam, dengan jelas aku menatap celana sexy itu selama lima menit dikamar mandi, sebelum aku menyadari bahwa milikku menegang hanya dengan melihat celana dalamnya saja, apalagi melihat isinya, bisa-bisa meledak.
Samar aku melihat bulu halus saat aku semakin menurunkan celana itu. Aku menaikkan mataku ke mata Cinta, mengurangi rasa malu cewek itu. Aku membiarkan celananya teronggok dilutut, sama seperti milikku. Lalu aku kembali mendekatkan tubuh kami.
Astaga.... rasanya luar biasa..
Aku menempelkan kejantananku pada milik Cinta, menyelipkan diantara kedua pahanya. Dengan begitu saja rasanya aku sudah akan keluar. Aku kembali mencium bibir ranum cewekku. Tanganku sibuk meremas payudaranya, sedangkan bokongku maju mundur terus menggesekkan milikku. Sesekali aku menyelipkan tanganku kebagian belakang pahanya, aku sudah merasakan milik Cinta basah. Rasanya aku ingin tenggelam disana. Nanti, sebentar lagi...
"Al..." sahutnya tersengal.
"Heem..." Aku tidak berhenti melakukan kegiatanku.
"Aku takut..." suaranya lirih.
Seketika tanganku berhenti, gerakanku berhenti. Cinta takut-takut menatapku. Kemudian aku tersenyum sambil membelai rambutnya. "Kita gak kan sampe jauh kok."
Aku melihat Cinta menghembuskan napas lega. "Tapi aku kentang Cin, gesekin aja ya.."
Cewek itu tersenyum gemas, lalu mengangguk membuatku senang. Aku kembali memeluk dan menciuminya. Kami kembali b*******h. Aku terus menggesekan milikku di antara dua paha Cinta, tanganku tidak berhenti membelai semua bagian tubuhnya, mulutku tidak berhenti membuai bibir dan payudaranya. Cinta seakan mengerti dan menjepit milikku membuatku menggeram rendah saat pelepasanku datang. Aku melakukan tembakan beberapa kali sebelum tubuh kami terpisah. Aku dapat melihat dengan jelas cairanku menempel di pahanya. Aku mengelus pipinya.
"Thankyou baby.. kapan-kapan gantian aku yang bikin kamu klimaks ya.." Aku mengedipkan satu mataku padanya. Cinta menunduk malu lalu beranjak ke kamar mandi. Aku masih lemas, merebahkan tubuhku sambil melihatnya berjalan kikuk menjauh. Aku tertawa kecil saat melihatnya berjalan seperti pinguin karena celananya teronggok dikaki saat cewek itu berjalan.
Aku harus cukup puas malam ini. Selanjutnya mungkin aku akan mencoba untuk bisa menerobos palang pintu. Yihaaa...
*_*_*_*_*_*_*_*_*CUT*_*_*_*_*_*_*_*_*