Aku mendengar suara-suara asing. Suara siapa itu? Tapi mataku tidak mau terbuka. Samar aku merasakan kakiku di usap-usap. Begitu pun dengan tangan dan dadaku. Aku mencium bau menyengat panas di hidungku. Tidak lama mataku mengerjap. Aku melihat Pingkan. Sahabatku itu menangis. "Ta...." dia langsung memelukku. Aku melihat Rangga di ujung ranjang sedang menggosok kakiku. Suaraku terbata. "Al..drich.." "Masih operasi Ta. Please Ta, kuat Ta. Lo gak boleh tumbang begini. Aldrich butuh lo..." Pingkan terisak dan kembali memelukku. Aku terdiam dan menurunkan kakiku. "Bangun pelan-pelan Ta." Rangga menyodorkan teh hangat dan aku meneguknya sekali. "Gw pengen nungguin Aldrich" aku bangkit tapi Rangga menahan tanganku. "Disini dulu sebentar lagi Ta. Lo butuh istirahat." Aku mendelik, cengkram

