Pagi Yang Panas

1307 Words
Setelah drama menangis histeris yang dilakukan oleh Danita, wanita itu jatuh tertidur lagi di atas kasur Yudit. Dan karena tidak tega melihat teman Naya itu menangis dan masih merasakan hangover, jadi Yudit membiarkannya saja dan dia kini tengah berada di pusat kebugaran yang letaknya masih satu gedung dengan tower apartemennya. Salah satu alasan dia memilih tinggal di apartemen ini ya karena tersedia pusat kebugaran, jadi Yudit tidak perlu lagi pergi keluar apartemen setelah lelah bekerja tapi dia harus tetap menjaga tubuhnya karena ada lain yang membutuhkan kebugarannya sebagai hal utama. Setelah 1 jam dia melakukan workout, Yudit kini memilih untuk beristirahat dengan duduk di kafetaria yang juga ramai karena hari libur kerja dan banyak orang yang sarapan di kafetaria setelah selesai berolahraga. Yudit hanya memesan secangkir americano. Dia tidak terlalu suka makan berat setelah olahraga. Tapi kemudian dia ingat soal Danita, wanita itu masih di apartemennya yang entah sudah bangun atau belum. Maka Yudit pun bergegas kembali ke tempat tinggalnya dan terkejut ketika melihat seorang wanita kini tengah berdiri di dekat bar. Bukan itu sebenarnya yang membuat Yudit terkejut, tapi karena wanita itu menggunakan kemeja miliknya dengan rambut yang juga dalam keadaan basah serta bertelanjang kaki. Lalu dengan santai bersliweran di dapurnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?" Danita, wanita itu kemudian menoleh dan tersenyum lebar pada Yudit. "Oh.. kamu sudah kembali...," bukannya menjawab pertanyaan Yudit, Danita justru hanya menyapa dan kembali mengolah entah apa yang ada di friying pan di atas kompor elektrik. Yudit yang penasaran akhirnya mendekati Danita dan melihat wanita itu sedang memasak entah apa di sana dan terlihat luwes menggunakan alat dapur Yudit yang selama ini menjadi pajangan saja di tempat tinggalnya ini. Bahan makanan yang selama ini hanya mengendap hingga membusuk di lemari pendinginnya pun tampak diolah dengan sempurna oleh Danita, hingga Yudit yang kini berdiri di sebelah Danita penasaran dengan hasil masakan wanita itu. "Sebentar ya.. beberapa menit lagi ini akan matang, duduk saja dulu." Celetuk Danita yang tahu Yudit berdiri di belakangnya. Yudit belum menuruti apa kata Danita, pria ini justru sedang memandangi salah satu kemejanya yang dikenakan Danita saat ini. Kemeja itu berwarna abu, karena cahaya matahari dari jendela di dapur, dia bisa melihat bahwa Danita tidak memakai bra ataupun celana dalam. Wah.... Gumam Yudit merasa terkesan dengan keberanian Danita yang tidak memakai apa pun di dalam kemeja yang dikenakan. Sementara ada seorang pria yang juga dalam satu ruangan dengannya. Yudit kemudian duduk di kursi bar sambil meminum air putih, tapi matanya juga masih mengamati Danita. Wanita itu terlihat semakin lincah di dapur, kaki jenjangnya jelas terlihat karena panjang kemejanya hanya bisa menutupi setengah paha Danita. Beberapa kali juga Danita mengibaskan rambut panjangnya yang sepertinya mengganggu wanita itu memasak. Dan hal itu membuat otak Yudit berfikir hingga menemukan ide. Yudit berjalan menuju kabinet dan mengambil sebuah selotip yang penah dia beli ketika memperbaiki kran wastafel karena bocor. Sebab kalau harus menuggu teknisi, pasti apartemennya sudah kebanjiran. Setelah mendapat selotip  itu, Yudit kemudian menghampiri Danita dan kembali berdiri di belakang wanita itu. Danita terjingkat terkejut ketika Yudit tiba-tiba sudah berada di belakangnya dan sekarang sedang menyentuh rambutnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Danita. "Mengikat rambutmu." Kata Yudit singkat. Yudit kemudian langsung bergerak merapikan rambut Danita menjadi satu dan mengikatnya seperti ekor kuda. Danita mendadak merasa merinding ketika tangan Yudit beberapa kali menyentuh tengkuknya, entah itu tak sengaja atau memang disengaja, Yudit menyentuh tengkuknya berkali-kali. Dan tubuh Danita spontan menegang ketika Yudit mengecup tengkuknya sesaat setelah selesai menguncir rambutnya. Tanpa kata Yudit lalu kembali duduk di atas kursi bar. Sedangkan Danita mashi berusaha meredam desir aneh yanng dia rasakan seta masih merasa kaku setelah menerima kecupan dari assisten bosnya itu. Setelah masakannya rampung, Danita membawanya ke bar dan meletakkannya ke hadapan Yudit. Masakan Danita adalah nasi goreng dengan tambahan sosis, telur yang cukup pedas karena menggunakan saus. Menu sarapan yang sebenarnya biasa saja, tapi Yudit menemukan aroma yang didapati dari masakan Danita ini berbeda hingga perutnya terasa keroncongan. Yudit merasa dia akan mendobrak kebiasaannya untuk tidak memakan makanan berat setelah berolahraga. Danita duduk di kursi sebelah Yudit dan menyantap nasi goreng juga. Wanita itu tanpa banyak bicara memakan masakannya sendiri dan matanya tertutup dengan wajah puas mendesah dengan hasil masakannya sendiri. Hal itu tidak luput dari perhatian Yudit yang tiba-tiba saja merasa gerah melihat Danita melakukan itu. What The.... Danita cuma mendesah karena masakan wanita itu memang enak, tapi kenapa kamu jadi turn-on? Batin Yudit. Dengan mati-matian Yudit kembali fokus pada makananya ketimbang Danita yang berkali-kali memejamkan mata dan mendesah puas dengan rasa nasi goreng yang dimasak olehnya beberapa menit lalu. Tapi pemandangan itu mengacaukan konsentrasi Yudit yang selama ini diagung-agungkan pria itu. Karena sudah tidak tahan dengan kelakuan Danita, Yudit membanting sendok dan garpunya ke atas piring hingga menimbulkan bunyi dentingan keras yang membuat Danita terkejut. Wanita itu membuka kelopak matanya lalu menatap heran dan bingung pada Yudit. "Ada apa? Makanannya nggak enak?" tanya Danita saat Yudit memutar kursi bar yang didudukinya hingga kini dia berhadapan dengan Yudit. Yudit hanya diam dengan matanya yang menatap lekat pada Danita. Nafasnya sudah memburu saat ini, apalagi ketika pandangannya turun dan menemukan bibir merona milik Danita. Ibu jarinya menyentuh bibir itu dan merasakan teksturnya. Lalu tiba-tiba saja Yudit bangkit berdiri dan mengangkat Danita ke atas meja bar setelah sebelumnya menggeser paksa piring makanan mereka hingga ada yang terjatuh dan terpecah belah di atas lantai. Kini mereka saling berhadapan dengan Danita yang duduk di atas meja bar dan Yudit berdiri di antara kakinya, pria ini juga memeluk pinggang Danita dengan posesif. Mata Yudit masih fokus pada bibir Danita dan kini mulai mendekatkan wajahnya pada Danita. Sedangkan Danita sendiri berusaha mengatur detak jantungnya setelah tahu maksud dari semua tindakan Yudit. Seharusnya dia menolak karena baru saja dia patah hati karena pria yang ingin memanfaatkannya saja. Dan sekarang dia malah membiarkan saja ketika Yudit kini mencium bibirnya dengan tergesa dan mengikis jarak tubuh mereka hingga dia dapat merasakan bukti gairah pria di hadapannya ini. Yudit semakin mengeratkan pelukanya pada tubuh Danita dan memperdalam ciumannya sampai mengulum lidah wanita itu. Tangannya juga megusap punggung Danita sebagai pelampiasan rasa panas yang dia rasakan. Dan Yudit puas ketika Danita akhirnya mengalungkan tangan mungilnya pada leher Yudit dan membalas cumbuannya tak kalah bersemangat. Karena posisi Danita saat ini mengangkangi Yudit yang berdiri di hadapannya, kemeja yang dia gunakan pun tersingkap dan memperlihatkan bagian paling pentingnya yang sudah menjadi sasaran tangan Yudit hingga membuat Danita mendesah dalam ciuman mereka berdua. Yudit mengentikan cumbuannya di bibir Danita dan kini beralih melahap leher Danita yang tadi menarik perhatiannya ketika dia menguncir rambut wanita itu. leher putih dan jenjang itu menjadi sasarannya dan mendapat banyak tanda di sana.  Saat tiba kemudian Yudit yang sudah dalam puncak dan siap dengan miliknya di hadapan hal terpenting milik Danita, sebuah suara yang memekik berasal dari ponselnya yang ada di atas nakas berbunyi. Dari nada dering ponselnya itu, Yudit tahu jika itu Fazran lah yang menghubunginya dan menganggu apa yang sedang dia lakukan. Dalam hati Yudit mengumpat sejadi-jadinya karena gairahnya dihentikan oleh panggilan telepon yang dia yakin Fazran meminta dia segera menemui pria itu. Danita mengamati itu. Dia yang juga sedang dalam gairah merasa kesal karena harus diinterupsi walau di sisi lain dia juga merasa lega. Dia kemudian meraih kemeja yang tergeletak di sampingnya. Dia mencoba menutupi tubuhnya dengan kemeja milik Yudit itu, tapi Yudit justru merebut kemeja itu dan menatap Danita tajam. "Kenapa menutupinya?" tanya Yudit tajam. Danita mendadak gugup ditatap setajam itu oleh Yudit. "Emm.. karena sepertinya kamu ada panggilan penting?" Yudit bergerak ke arah nakas dan mematikan notifikasi ponselnya lalu kembali menindih tubuh Danita dan menatap lekat pada wajah Danita. "Kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai." Kata Yudit sembari tangannya mengusap hal terpenting milik Danita membuat wanita itu mendesah keras. "Ah.." . /// Instagram: Gorjesso Purwokerto, 2 September 2020 Tertanda, . Orang yang mau tanya, apa kalian suka cerita ini? 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD