Episode 02

820 Words
Bukannya langsung membahas materi iklan yang dia kritik habis habisan tadi, ini malah memaksaku pergi ke klinik kantor setelah pak Hans pamit. Dan disinilah aku. Digiring seperti seekor ayam dengan lengan setengah diseret mahluk ganteng tapi sompret, ke sebuah klinik kantor yang ada di lantai tiga. Ini klinik khusus perusahaan sepertinya. Seorang wanita berjas putih memeriksa kakiku yang memang memar dan belum aku kasih apa apa dari kemarin. Dia juga memeriksa nadiku dan suhu tubuhku. "Gimana dok?" Tanyanya. "Hanya memar saja Pak. Agak demam juga tapi masih batas wajar. Tapi mungkin efek jatuhnya kemarin karena tubuh trauma" "Perlu di rontgen Dok?" "Tidak usah. Tapi kalau mau lebih yakin silakan ke rumah sakit. Nanti bisa saya kasih pengantar" Aku yang merasa jengah dengan percakapan itu, langsung saja berdiri dan bermaksud pergi keluar. Berlebihan sekali tuan sompret itu! "Heyy.. kita rontgen dulu. Tunggu" tegurnya dan menarik kembali lenganku Aku semakin mendelik kesal kepada laki laki itu. "Saya sehat dan hanya perlu istirahat. Gak usah lebay kenapa!" Erangku kesal. "Tapi..." "Saya mau kembali bekerja. Biar cepat selesai urusan kita. Sekarang" Putusku lalu melangkah keluar ruangan klinik itu. Tak lama, laki laki itu mengikutiku dan kami masuk ke dalam lift setelah terbuka. Hening Aku malas memulai percakapan. Dia juga merasa kesal akan kekeraskepalaanku sepertinya. Tak lama kami tiba diruangan rapat sebelumnya dan aku bergegas mengeluarkan laptopku dari ransel coklatku. Dia ternyata mengekoriku dan duduk disampingku ketika aku mulai membuka desainku. "Tolong kasih tahu mau yang seperti apa supaya saya bisa segera revisi." Tuturku setengah hati Terdengar dia menarik nafas lumayan panjang disebelahku. "Saya minta konsep nature nya di tonjolkan. Produknya kan bersumber dari alam. Jadi kesan klasik dan natur lebih ditingkatkan. Kalau yang kamu buat itu modernnya terlalu kuat" Aku hanya mengangguk lalu mulai mengerjakan apa yang laki laki itu minta. Sambil mengotak atik desain, aku menyalakan mp3 di laptopku. Sudah jadi Kebiasaan agar ide ide mengalir deras dari kata kata lagu itu. Baru setengah jam diruangan, pintu ruangan diketuk. Seorang perempuan cantik berblazer merah muda masuk dengan membawa sebuah baki makanan. Laki laki itu menyodorkan baki yang dibawa perempuan itu ke hadapanku. "Kamu makan dulu rotinya trus obatnya diminum. Obat olesnya sekalian saja biar gak tambah bengkak" Mataku membulat tak percaya. Dia masih ngotot mengobatiku?? "Ya ampun.. i'm fine!" Erangku tertahan "Saya balik ke ruangan saya. Kalau sudah selesai kamu kabari saya" Laki laki itu lalu keluar dan meninggalkanku sendirian diruangan diikuti perempuan muda tadi. Aku berdecih sambil kembali fokus ke layar laptopku. Hampir satu setengah jam kemudian aku menghampiri perempuan muda yang mejanya dekat dengan ruanganku. Aku menatapinya lekat seraya mencoba menilai perempuan muda itu. Sembilan, Desisku dalam hati. Favoritnya Bian nih, teman kantorku. Hehehe "Ya Bu ada yang bisa dibantu?" Tanyanya ramah Aku menyodorkan laptopku untuk diberikan kepada atasannya. Dia tersenyum kecil seraya menyuruhku masuk langsung ke ruangan yang ada disebrang mejanya. Dengan enggan akhirnya aku mengetuk pintu berwarna coklat tua bertuliskan Director of Operational. Aku mendorong pintu setelah ada perintah masuk dari dalam. Ku lihat laki laki itu sedang bertelfon di kursi besarnya sambil menyenderkan kepalanya ke kursi. "Iya sayang, nanti Papa pulang cepat. Jangan capek capek mainnya.. iya nanti Papa bawa cheesecake. Sudah dulu ya.. I love U" Uluh uluh. Dia dah punya anak ternyata.. Aku duduk didepan laki laki itu dan memberikan laptopku kepadanya usai dia menutup telfonnya. Cukup lama dia mengamati dan menilai karyaku. "Ok" Putusnya dengan senyum yang sekilas ku lihat menawan "Alhamdulillah. Makasih Pak" Ada kelegaan dalam nada suaraku. Ku lihat dia tersenyum kecil seraya menggangguk dan memberikan laptopku padaku. "Proses saja. Untuk talentnya nanti saya putuskan dengan Pak Hans siapa yang cocok." "Baik Pak. Saya pamit sekalian Pak.." suaraku terdengar riang saat ini "Obat sudah kamu minum?" Eh bujug. Dia inget obat lagi. Ampun deeh! "Nanti saya bawa saja sekalian makanannya. Terima kasih sekali lagi Pak." Aku menangkupkan tanganku di d**a lalu berbalik menuju pintu seraya menenteng laptopku. Bahagia rasanya ketika aku menghubungi Mas Prima di lift saat aku pulang dan disambut teriakan heboh yang keluar dari mulut bawelnya. "Lo dabes dah ndutt! OK. gw tunggu dikantor. Gak pake lama!" Tiba tiba saja aku teringat kalau tadi aku dengan team pakai mobil kantor. Anjir! Terpaksalah aku harus order taksi online karena gak mungkin pakai ojek online dengan kondisiku yang menggunakan dress. Dodol!   ⚘   Usai menyerahkan file master pada Mas Prima, aku bergegas pamit. Entah karena apa, setiba dikantor barusan badanku agak menggigil. Kuatir kenapa kenapa, aku segera saja mengganti bajuku dari dres menjadi pakaian kebesaranku. Usai dari toilet, aku teringat obat yang tadi diberikan dokter klinik. Tak pakai lama aku langsung meminumnya. Keringat dingin terasa mencengkram tubuhku. Menguatkan diri, aku melangkah ke parkiran dengan ransel coklat di punggungku. Aku harus kuat, kuat, kuat! Untunglah kost ku tidak terlalu jauh dari kantor. Cukup dua puluh menit, aku sudah sampai di garasi kostanku. Ah, kenapa semakin pusing saja yaa... aku semakin tak kuat menahan diri. Tak menunggu lama, akhirnya aku terkapar tak berdaya diranjang kamarku. Ugh!  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD