Gadis cantik dengan rambut kecoklatan yang panjang menghentakkan kakinya dengan kesal saat orang yang ia tunggu-tunggu tidak kunjung datang.
Baru saja ia mendumel tidak jelas sebuah mobil berwarna hitam yang mengkilap berhenti tepat di depannya.
Dari mobil tersebut keluarlah seorang laki-laki dan berjalan dengan cepat ke arahnya.
"Kamu..."
"Iya aku udah nunggu lama! Aku nungguin kamu tiga puluh menit di sini! Kaki aku pegel! Aku capek aku haus kenapa kamu baru dateng dari tadi kemana aja, hah? Kamu sengaja bikin aku nungguin kamu biar aku marah-marah dulu sama kamu, iya?!"
Diam-diam laki-laki itu menghela napas.
"Ya udah ayo kita pergi."
"ZIO!" Pekik perempuan tersebut ketika melihat kekasihnya berjalan ke arah pintu mobil.
Kekasihnya pun kembali mendekat kepadanya.
"Aku mau bukain pintu mobil buat kamu tadi. Soal aku telat jemput kamu karena tadi aku masih ada kelas. Dan soal kenapa aku gak angkat telfon gak bales chat kamu karena kamu kan tau sendiri aku emang gak pernah hidupin handphone aku kalo lagi di kelas, aku minta maaf." Katanya dengan lembut.
"Selalu minta maaf."
"Jadi kalo aku gak minta maaf kamu maunya aku kayak gimana, hmm?"
"Vika," panggil Zio karena kekasihnya hanya diam saja.
"Udah lah, gak mood aku ngomong sama kamu." Vika menjauhkan tangan Zio dari pipinya.
"Ya udah kita pergi. Kita mau kemana?"
Vika yang berjalan di depan Zio langsung berhenti.
"Tuh kan kamu..."
"Oh iya kita mau ke Sephora." Potong Zio sebelum kekasihnya itu mengeluarkan kata-katanya yang seperti air, terus mengalir.
️
"Aku besok mau pulang. Kamu juga pulang?"
Vika menggeleng seraya melihat alat-alat make-up. Vika memang sangat suka memoles wajahnya dengan make-up, semua produk dan kebutuhan untuk make-up Vika tahu dan tanpa polesan make-up pun wajah Vika sudah terlihat cantik didukung oleh warna kulitnya yang putih. Untuk membeli kebutuhan make-up nya saja Vika bisa menghabiskan sampai berjuta-juta.
"Kenapa?" Tanya Zio.
"Gak papa, males aja. Emang berapa hari kamu di Indonesia?"
"Tiga hari, abis itu aku langsung pulang." Zio berjalan dibelakang Vika mengikuti kemanapun Vika pergi.
"Atau kamu mau ikut ke rumah aku?"
"Gak, ada Nia."
Zio mengatupkan bibirnya.
Zio tidak terkejut mendengar pernyataan Vika barusan karena ia sudah tahu masalah apa yang ada diantara kekasih dan adik perempuannya tersebut.
"Jadi kamu mau di sini aja?"
Vika mengangguk.
"Tapi kamu cepet balik ke sini kan?"
"Iya, aku bakal langsung balik ke sini kok."
Vika mengambil empat item dan langsung membawanya ke kasir.
"Two hundred and sixty dollars."
Saat Vika hendak mengeluarkan uang dari dompetnya Zio sudah terlebih dahulu menyodorkan sebuah kartu berwarna platinum.
"Aku cuma minta anterin sama kamu, bukan minta bayarin." Jujur Vika tidak suka dengan tindakan Zio barusan. Vika tidak suka jika Zio mengeluarkan uang untuk kebutuhan pribadi nya, seperti membeli make-up.
"Gak papa, sekali-sekali." Zio mengambil kartunnya yang sudah dikembalikan membawa make-up Vika yang sudah ditaruh di dalam paper bag berwarna hitam
️
Zio dan Vika sedang mengantri untuk memesan makanan di salah satu restoran cepat saji.
"Kamu mau makan yang mana?" Zio sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Vika yang sedang menempelkan pipi di bahunya sambil memainkan jemari Zio dengan tatapan tertuju ke arah menu yang terpampang di depan mereka.
Vika mendongak, "happy meal. Yang chicken Mcnuggets."
Zio tertawa, "kamu mau ngejar toy yang mana lagi?"
"Rilakkuma." Balas Vika sambil tersenyum.
Vika kembali memperhatikan pilihan menu karena ia ingin memilih menu yang lain.
"Terus aku mau es krim sama kentang goreng, boleh?" Vika menatap Zio.
"Boleh," Zio mengangguk membuat Vika tersenyum lebar.
"Burger juga ya, biar kenyang soalnya kan ada dagingnya. Kamu belum makan siang juga kan?"
"Aku gak mau burger."
"Kok enggak, biar kenyang. Lagian kamu belum ada makan nasi."
"Gak mau ah. Ntar malem aku makan nasi." Kata Vika.
"Pagi gak makan nasi siang gak makan nasi terus malem baru mau makan nasi, gimana perut kamu gak sakit. Besok aku pulang ke Indonesia, aku gak ada di sini jadi..."
"Iya-iya burger." Vika membekap mulut Zio.
Zio mengambil tangan Vika yang menutupi mulutnya.
"Gitu dong." Zio tersenyum sambil mengelus punggung tangan Vika dengan jempol.
Saat Zio tersenyum, Vika langsung mengalihkan perhatiannya.
"Eh, Vika."
Zio dan Vika menoleh ke asal suara.
Melihat siapa yang memanggil Vika, Vika lebih mendekatkan tubuhnya pada Zio menggenggam erat tangan Zio.
"Gak di Indonesia gak di Singapur ketemu Lo terus. Jangan-jangan ntar Lo nikahnya sama gue lagi." Laki-laki berkulit sawo matang dengan hidung yang cukup mancung tertawa.
"Ih apaan sih." Vika menjauhkan tangannya yang hendak dipegang.
"Lo gak liat ada cowok gue, mata Lo dimana sih?!" Vika berdiri disebelah kiri Zio jika tadi ia berdiri disebelah kanan.
"Oh, Lo cowok Vika?"
Zio mengangguk diselingi dengan senyuman.
"Gue mantannya." Kata laki-laki tersebut.
Zio hanya tersenyum menggandeng Vika untuk berjalan maju karena orang yang berdiri di depan mereka sudah pergi.
️
"Ini saus tomat kamu." Zio memberikan sebuah wadah kecil yang diisi oleh saus tomat sedangkan saus milik Zio adalah saus sambal.
"Kok malah diem? Ntar kalo udah dingin kamu gak mau makannya." Zio membuka kotak happy meal Vika dan memasukkan nugget yang ia ambil ke dalam mulut Vika.
"Kamu gak cemburu?"
Zio yang kebetulan sedang minum langsung terbatuk-batuk, apalagi ia meminum minuman soda.
"Cemburu sama siapa cemburu kenapa?"
"Tapi tadi kamu barusan ketemu sama mantan aku!" Vika meremas tisu yang sama sekali belum terpakai.
Zio tertawa.
"Aku ketemu sama mantan kamu bukan sama pacar atau selingkuhan kamu, terus aku cemburu? Enggak lah."
"Lagian aku juga pengen tau gimana mantan kamu, kamu kan gak pernah cerita." Lanjut Zio sambil makan kentang goreng.
"Sesuai perjanjian gak ada yang namanya bahas-bahas soal mantan ya."
Zio mengangguk.
"Kalo pun boleh aku juga gak bisa bahas soal mantan, aku kan gak punya mantan."
"Bohong."
Zio tertawa.
"Tuh kan bohong!"
"Dimakan, burger nya juga jangan lupa dimakan."
"Aku lagi diet."
Zio mengurungkan niatnya untuk memakan kentang gorengnya.
Zio memperhatikan tubuh Vika.
"Diet untuk apa? Badan kamu udah bagus kok."
"Sejak kapan kamu merhatiin badan aku?" Vika mengangkat sedikit tinggi wajahnya.
"Barusan." Jawab Zio dengan polosnya.
Vika memperhatikan Zio. "Jadi selama ini kamu gak pernah merhatiin badan aku?"
Zio menggeleng.
"Kenapa?!" Timbul rasa kesal pada diri Vika.
"Ya, kalo aku perhatiin nanti kamu bilang aku kurang ajar. Lagian aku cuma mau perhatiin badan istri aku aja nanti."
"Oh jadi kamu berharap gitu istri kamu bukan aku?"
"Terus kamu berharap ya bisa jadi istri aku?"
"Iyalah!" Balas Vika secara spontan.
Zio tersenyum hingga matanya menyipit.
"Kamu ketauan." Zio menggerakkan telunjuknya di depan wajah Vika.
"Ish, apa sih!" Vika membuka bungkus burger nya dan langsung memakannya dengan wajah dan pipi yang terasa panas.
️
Zio POV~
Hai, long time no see, I guess.
Pertama-tama, gue bukan lagi Zio/Io yang menggemaskan. Itu menurut gue, *ketawa
Umur gue udah 21 tahun, setahun lagi gue wisuda dan abis itu kerja.
Gue kuliah di Singapura ngambil fakultas bisnis. Gue kuliah di negara dimana gue dibesarin. Untuk keluarga gue mereka ada di Indonesia, pindah ke Indonesia waktu gue masih SMP. Lulus SMA gue gak langsung kuliah. Sempet nganggur setahun karena Papi sama opa gue. Papi sama opa sempet adu argumen gara-gara keinginan mereka. Opa pengen banget gue jadi pilot, jujur gue gak ngerti kenapa pilot. Dan Papi pengen gue nerusin perusahaan nya. Singkat cerita akhirnya opa ngalah dan ngebiarin gue nerusin perusahaan Papi. Kalo Fazra yang nerusin katanya bisa miskin mendadak sekeluarga, kalo Nia juga gak mungkin. Lagian Nia gak mau.
Di sini gue tinggal sendirian di rumah yang udah gue tempati dari gue masih kecil. Kadang keluarga gue sering dateng ke sini, sebulan bisa beberapa kali. Mungkin karena jarak Indonesia-Singapura gak terlalu jauh dari mereka bisa dateng beberapa kali dalam sebulan.
Soal pacar, gue udah punya. Nama pacar gue Havika Claresta, biasa gue panggil Vika, Vika asal Indonesia, umur Vika 20 tahun beda setahun dari gue. Gue sama Vika pacaran udah setahun lebih.
Gue dapet julukan boyfriend goals, gue pikir itu terlalu berlebihan tapi kalo ada yang bilang kayak gitu suka lucu aja rasanya, it doesn't matter to me.
Gue sama Vika satu kampus cuma beda fakultas. Vika ngambil faculty of dentistry.
Kalo gue deskripsikan soal Vika. Vika itu gampang kesel orangnya, gak gampang bergaul gak gampang bersosialisasi. Vika banyak ngabisin waktu bareng gue, gue gak pernah liat Vika kumpul bareng temen-temennya. Bisa dibilang Vika juga cewek yang posesif, gue jarang dikasih izin pergi ataupun ngumpul sama temen-temen gue. Kecuali menyangkut soal keluarga, Vika gak pernah dan sama sekali gak ngelarang gue kalo udah soal keluarga. Vika juga orangnya cemburuan banget. Tapi gak tau kenapa semua sikap Vika yang kata orang buruk itu gak pernah buruk di mata gue, mungkin karena Vika pacar gue.
Diawal gue emang gak ada rasa sama Vika, tapi seiring berjalannya waktu rasa itu ada. Rasa sayang gue untuk Vika.
Dan inilah kisah gue, kisah dimana gue dapet julukan Boyfriend Goals.