1

736 Words
"Mommy hiks...hiks..." ucap anak kecil itu lagi kali ini dengan tubuhnya yang sudah menghambur memeluk tubuh Prisil. Priscil? Dia hanya diam mencerna semuanya sambil sesekali menggarup kepalanya yang tidak gatal itu, bingung. "Mom..hiks..my.. sa..hiks..kit hiks hiks" ucapnya di sela-sela tangisannya yang berhasil menyadarkan prisil. Dan langsung mengangkat anak itu kedalam gendongannya lalu berjalan ke arah mobilnya tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. "Mommy hiks tangan shaw..hiks.. sakit" ucap anak itu lagi ketika mereka sudah berada di dalam mobil prisil. "Kamu kenapa?" Hanya itu. Iya hanya itu. Karena sejujurnya dia sendiri bingung harus bagaimana. "Shawn hiks.. lagi main hiks... tiba tiba lebah gigit tangan shawn mommy hiks... SAKIT huwaaaa..." ucap anak itu diiringi tangisan yang cukup kencang di akhir ceritanya. "Mana sini coba tante lihat tangan kamu" ucap Prisil dengan diselingi sedikit nada khawatir di ucapannya. Karena Prisil sendiri adalah perempuan penyuka anak-anak jadi ketika melihat ada anak yang menangis membuat sisi ke ibuannya muncul. "Ini" tunjuknya kepada lengannya yang sudah memerah tinggal menunggu bengkaknya saja jika sengatnya tidak segera di cabut. "Shawn sayang mommy?" Tanya Prisil kali ini dengan menyebut dirinya sendiri dengab sebutan 'MOMMY'  "cuman buat kali ini aja biar dia nyaman toh nggak bakal ketemu lagi ini" batinnya "Heum" angguk anak itu dengan polosnya. "Kamu tahan ya, mommy mau keluarin sengatan lebahnya dulu biar nggak bengkak" ucap Priscil. "No mom don't touch it! Sakit" ucap anak itu melarang Prisil menyentul lukanya "Sayang, anak mommy Prisil harus kuat ini nanti kalo nggak di cabut tangan Shawn bakalan bengkak" jelas Prisil sebenarnya dia geli sendiri mendengar kata-katanya tapi mau gimana lagi. "No mom no" ucap anak itu lagi kali ini memilih mundur meringsut ke pintu mobil. Sabar. Hanya itu kata-kata yang Prisil ucapkan untuk menenangkan hatinya. Mencari solusi agar anak kecil di depannya ini mau menuruti ucapannya, seketika ingatannya melayang sewaktu dia kecil kejadiannya sama seperti ini menangis karena disengat lebah. Sepertinya dia tau solusinya. "Shawn" panggil Prisil "..." "Shawn" panggilnya sekali lagi tetap tidak ada jawabannya "Shawn anak kesayangan mommy" panggilnya sekali lagi dan itu sukses membuat shawn anak laki-laki itu menoleh kearah Prisil, yang kaget dengan ucapannya sendiri, tidak terduga. "Yes mommy" ucap anak laki-laki itu dengan senyumnya. Sepertinya dia suka dengan ucapan Prisil. "Wanna hear my stories baby?" Ucap prisil "Of course mommy" jawab shawn dengan senyumnya sekali lagi tapi tetap dengan matanya yang masih sembab bekas tangisannya. "Come here" ucap prisil sambil menepuk pahanya mengintrupsi agar shawn duduk di pangkuannya. Dan dituruti langsung oleh shawn "You know?! Dulu mommy juga pernah digigit lebah" mulainya "seperti shawn, mommy juga pernah digigit lebah sampai tangan mommy memerah lalu mommy masuk ke dalam rumah sambil menangis lalu mengadu ke ayah mommy kalau digigit lebah, kamu tau apa yang dilakukan ayah mommy?" Tanya Prisil yang dibalas dengan gelengan kepala. "Dia memeluk mommy seperti ini lalu melihat luka mommy kemudian mencabut sengatan lebah itu dari tangan mommy seperti ini" lanjut Prisil kali ini dengan tangan yang sedang berusaha mengeluarkan sengatan lebah itu dengan sehalus mungkin. "Mommy cry?" Tanya shawn dengan sesekali meringis. "Menurutmu bagaimana?" Jawab prisil balik bertanya "Mommy nangis!?" Jawab Shawn ragu "no, mommy tidak menangis, karena mommy wanita yang kuat sama seperti shawn yang tidak menangis waktu mommy mencabut sengatan lebah" ucap prisil yang dibalas dengan tatapan bingung oleh shawn "Shawn adalah anak yang kuat buktinya shawn tidak menangis waktu mommy ambil sengatan lebahnya" jelasnya lagi dengan bahasa yang sedikit ringan "Shawn kuat memang" ucap anak itu membanggakan diri. "Iya shawn anak kuat. tunggu mommy di sini sebentar mommy mau beli ice cream buat shawn, okay boy?" Tanya prisil. "Iya" jawab Shawn patuh "Ini kamu mainan dengan ini dulu" ucap prisil sambil memberikan papper bag berisikan mainan robot-robotan yang rencananya akan dia berikan untuk kado anak sahabatnya besok, tapi ya sudahlah dia bisa membelinya lagi nanti. Lalu keluar menuju kafe tempat mobilnya parkir. "Mbak saya pesen es batunya satu sama ice cream ukuran sedang satu" ucap prisil memesan "Ice creamnya rasa apa mbak?" Tanya penjaga kasir itu yang sukses membuat prisil kebingungan dia lupa menanyakan itu. "Campur saja mbak" putus Prisil "Totalnya tiga puluh lima ribu mbak" ucap penjaga kasir yang dibalas anggukan oleh prisil lalu mengeluarkan selembar uanga lima puluh ribu dari dompetnya. °°°°°° "Shawn mana tangannya mommy kompres dulu biar nggak sakit" pinta prisil yang dibalas shawn dengan langsung menjulurkan tangan kanannya kearah Prisil sedangkan tangan kirinya sibuk menyendokkan ice cream kedalam mulutnya. "Shawn jangan makan menggunakan tangan kiri sayang itu tidak bagus" tegur prisil halus "Tapi tangan kanan shawn sedang di obati" ucap anak itu polos "Berhenti sebentar, nanti kalau sudah selesai lanjut lagi" ucap prisil menatap mata shawn tapi tangannnya tetap mengompres luka sengatan di lengan shawn. "Sudah kamu bisa lanjut makan" ucap prisil setelah selesai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD