2

804 Words
Priscilia Rahdiansyah PoV Dengan modal petunjuk dari Shawn yang ala kadarnya akhirnya aku sampai di depan sebuah perusahaan tempat ayah shawn bekerja. Aku berjalan sambil menggandeng tangan shawn menuju lobi perusahaan. "Shawn siapa nama ayahmu?" Tanyaku ketika sudah didekat lobi "Alexander edzardo" ucapnya dengan bangga dengan pengucapannya yang fasih. Kuakui setelah kebersamaan yang kami lalui aku sedikit tau tentang kepribadiannya, anak yang pintar dan sikapnya yang membuatku sedikit khawatir karena dia bersikap terlalu dewasa dibandingkan dengan usianya. "Mbak permisi" ucapku kepada perempuan resepsionis di depanku "Iya mbak ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya ramah "Saya mau ke---eh shawn kamu mau kemana sayang?" Ucapku sedikit berteriak kepada shawn yang tiba-tiba melepas gandengannya dan berlari menuju lift. "Permisi ya mbak sebentar" pamitku malu lalu berjalan menyusul shawn yang sepertinya sudah hapal betul dengan jalannya. "Mommy c'mon ke ruangan daddy ayo ayo ayo" teriak shawn masih dengan larinya. "Shawn jangan berlari nanti jatuh!" Ucapku yang tidak di indahkan oleh Shawn.  "Shawn stop" ucapku sekali lagi, kali ini dengan nada yang sedikit tegas. Dan itu berhasil membuat langkah shawn berhenti lalu berbalik menuju kearahku dan menggandeng tanganku. °°°° "Shawn di lantai berapa tempat dady kamu kerja?" Tanya prisil setelah masuk kedalam lift "mommy tidak tau? mommy tidak pernah ke kantor dad? kenapa?" tanya Shawn beruntun membuat Prisil bingung harus menjawab apa.  "Paling atas deddy biasanya menekan tombol paling atas" lanjut shawn ketika Prisil akan membuka mulutnya menjawab. dengan mengetukkan jari telunjuk ke dagunya Shawn mendongak menatap tombol lift. Prisil menekan tombol bertuliskan 25 menuruti apa yang dikatakan shawn. Prisil diam mengamati Shawn yang sedang memainkan robotnya. melihat semua tingkah laku Shawn sejak awal dia mengambil kesimpulan bahwa anak itu sangat kekurangan kasih sayang terutama dari seorang ibu. shawn yang tiba-tiba memanggilnya "Mommy". Ting... Lift berhenti bergerak pertanda mereka sudah sampai di lantai yang mereka tuju, Prisil keluar dengan tangan kanan yang setia menggandeng tangan kiri Shawn sedangkan tangan kirinya dia pergunakan untuk membawa clutch warna hitam senada dengan dress nya. Prisil menatap sekelilingnya "warna hitam mengartikan sosok yang perfeksionis,mandiri,tegas,mudah mengontrol emosi, misterius. Sedikit warna putih diantara hitam yang berarti keras diluar lembut didalam." batin Prisil "Mommy ayo ayo" ucap Shawn semangat berlari mendahului Prisil "Permisi, apa benar ini ruangan tuan Alexander Edzardo?" Tanya prisil ketika sampai di depan meja sekertaris, jangan tanya bagaimana dia tau, karena di bagian tengah meja terdapat papan kecil bertuliskan Secretary. "Iya benar apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap wanita sekertaris itu ramah. "Apa saya bisa bertemu dengan beliau?" "Apa anda sudah membuat janji terlebih dahulu?" "Belum, tapi ini sangat penting " ucap Prisil memohon "Tapi menurut peraturan jika belum membuat janji tidak bisa bertemu karena beliau sedang sibuk" ucap wanita itu memberi pengertian "Ada apa in--Shawn?" Ucap seorang pria yang tiba tiba keluar dari bilik pintu dengan wajah yang terlihat gusar dan rambut acak-acakan "khawatir, dia sedang khawatir dan bingung" batin prisil ketika melihat penampilan pria itu. "Shawn masuk" ucap pria itu dengan wajah merah menahan emosi. Shawn menggeleng "Shawn daddy bilang masuk" ucap pria itu lagi kali ini dengan nada sedikit membentak yang membuat Shawn beringsut memeluk Prisil takut "Permisi bisakah anda sedikit halus?" Tanya prisil yang mulai tidak tega melihat Shawn hampir menangis.  "Maaf sebelumnya bukan maksud saya ikut campur urusan anda dengan Shawn, tapi bisakah anda berperilaku halus dengan anak anda?" Lanjut prisil. Pria itu menatap Prisil dengan tatapan menyelidik. "Perkenalkan saya Priscilia Rahdiansyah saya bekerja di RS. Darmawansyah sebagai Dokter Psikiater" ucap Prisil tenang "Saya tidak peduli" ucap pria itu datar lalu mengalihkan matanya kepada Shawn anaknya yang setia bersembunyi dibalik tubuh Prisil "tidak biasanya dia seperti itu" batin pria itu heran. "Shawn ikut mommy" ucap Shawn yang membuat mata Pria itu membulat terkejut. "Siapa yang kamu sebut mommy?" Ucap pria itu datar menatap Shawn "Bisa kita bicara di dalam saya akan menjelaskan semuanya" ucap Prisil yang tau akan situasi dan dibalas panggilan oleh pria itu °°°° Didalam ruangan yang di d******i warna abu-abu itu Prisil duduk di sofa panjang yang tersedia dengan Shawn yang sudah tertidur menjadikan paha Prisil sebagai bantal dan jangan lupakan seorang pria yang bernama Alexander Edzardo yang duduk dihadapan Prisil memperhatikan setiap interaksi yang terjadi antara wanita itu dengan anaknya. "Apa yang mau anda jelaskan?" Tanya Alexander setelah memastikan Shawn tidur nyenyak. Prisil menceritakan semuanya pertemuan pertamanya dengan Shawn sampai ketika dia mengantar shawn tanpa ada yang dikurangi dan dilebihkan. "...setelah itu anda pasti sudah tau kelanjutannya bukan" ucap prisil setelah selesai menjelaskan semuanya "Terima kasih karena telah mengantar Shawn kesini" ucap Alexander dengan wajah yang tetap datar "Tidak masalah, kalau begitu saya pamit karena saya masih ada janji dengan salah satu ibu dari pasien yang saya tangani" ucap prisil sambil membenarkan tidur Shawn menggantikan pahanya dengan bantal sofa yang tersedia. "Oh iya, tolong luangkan sedikit waktu anda untuk Shawn karena semua sikapnya yang selalu memberontak itu adalah bagian dari protesnya karena merasa terabaikan dan kesepian" lanjut prisil ketika dia sedang berdiri merapikan dressnya, yang dibalas anggukan oleh pria dihadapannya "Silahkan hubungi saya jika anda perlu bantuan jangan sungkan-sungkan, ini kartu nama saya" ucap prisil sambil menaruh kartu namanya diatas meja di depannya lalu pamit tidak lupa mecium kening dan pipi Shawn yang sedang tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD