“Rey .... Reyhan ... Rey ...” Suara wanita yang sedari tadi memanggil namanya tidak Reyhan hiraukan, hingga akhirnya ketukan pada meja kubikelnya membuat Reyhan tersadar, dan menoleh ke arah tetangga kubikelnya yang sedari tadi memanggilnya. Reyhan menoleh,wajah murung yang sedaritadi dia perlihatkan berubah menjadi senyuman manis saat Jihan berada di dekatnya. “Kenapa cantik?” puji Reyhan membuat rekan satu magangnya itu tersipu. “Kenapa lo daritadi, diem aja. Ada sesuatu?” tanya Jihan yang hanya dijawab Reyhan dengan senyuman lebarnya. “Nggak papa, perut gue laper tadi pagi belum sarapan,” elak Reyhan. Padahal sedari tadi, dia menunggu pesan atau bahkan telepon dari Deeva. Memikirkanbagaimana sahabatnya itu diantarkan oleh seorang pria terutama Pria itu adalah pria yang terus dipu

