BAB 9: MAMI ADEL DATANG

1517 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  Adel yang sejak tadi tengah sibuk dengan kertas-kertasnya di kejutkan oleh kedatangan Susan yang mengatakan bahwa ada seorang laki-laki yang mencarinya tengah menunggunya di lobby. Adel merasa bingung, tidak pernah ada orang yang mencarinya dan menunggu di lobby apalagi ini laki-laki. Namun untuk menuntaskan rasa penasarannya, Adel langsung pergi ke lobby menemui orang yang katanya mau bertemu dengannya. "Mas Adam..." panggil Adel pelan. Antara percaya dan tidak, jadi laki-laki yang katanya mau bertemu dengannya adalah Adam. Kakak ipar yang terlihat tidak menyukainya. Apa ini mimpi? Adam menatap Adel dari bawah hingga atas, lagi-lagi dengan pandangan tidak sukanya. Adel yang di tatap seperti itu merasa risih, lagi-lagi dia bertanya apa yang salah dengannya. Atau dengan pakaiannnya. Hari ini dia mengenakan rok span warna hitam pendek dengan kemeja panjang berwarna conch shell. Adel merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya, tapi kenapa Adam menatapnya begitu tajam. "Mas mau apa kemari?" Adel kembali bertanya, karena sejak tadi kakak iparmya itu tidak menjawab pertanyaannya. "Ikut saya, Kayla sakit." Kalimat Adam membuat Adel terkejut, ada apa dengan keponakannya. Apa parah sampai - sampai dia di cari seperti ini. "Kayla sakit apa Mas, dia tidak papa kan?" tanya Adeld ngan cemas. "Dia di rumah sakit sekarang." "Ayo Mas, antar aku melihat Kayla." Tanpa menjawab, Adam kemudian berjalan lebih dulu di ikuti Adel. Didalam mobil keheningan terjadi, baik Adam maupun Adel tidak ada yang membuka suara sedikitpun. Suasana benar-benar canggung, Adel duduk dengan sedikit gelisah di sambing Adam yang tengah tenang menyetir. Suasana seperti itu berlangsung sangat lama, selama perjalanan dari kantor Adel sampai kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Adel langsung mengikuti kemana Adam pergi. Mereka sampai di ruang perawatan khusus anak. Saat masuk kedalam ruang perawatan itu, Adel melihat Kayla yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus tertancap di tangannyannya. Adel langsung mendekati Kayla, rasanya dia ingin menangis tidak tega melihat keadaan keponakannya. Kayla yang selalu bertemu dengannya dalam keadaan sehat dan begitu cerita sekarang tergolek lemah di atas ranjang rumah sakit. Kayla membuka matanya dengan pelan, saat merasakan seseorang mengusap keningnya. "Mami Adel..." panggil Kayla dengan senangnya. Kayla langsung bangun dari tidurnya dan memeluk Adel dengan erat. Melupakan jika tangannyanya masih terpasang infus. Beruntung infusnya tidak lepas, hanya darahnya mengalir ke atas. "Kayla, tangannya jangan begitu. Ini darahnya naik," ucap Adel. Dia melepaskan pelan pelukan Kayla darinya. "Kay kangen Mami, Kay sampai sakit saking rindunya..." Adel terkekeh mendengar ucapan Kayla. Meski air mata belum kering dari wajahmu, tapi Adel bisa tersenyum dengan tingkah Kayla yang begitu menggemaskan. "Kay sakit apa? Kenapa bisa ada disini?" tanya Adel lembut. Dia duduk di kursi yang ada di samping ranjang Kayla. Sedangkan Kayla tengah duduk di atas ranjanganya. "Sakit rindu," jawaban Kayla kembali mengundang gelak tawa. Tidak hanya Adel, namun Elen dan Anjar pun tertawa. Setidaknya mereka bisa lega, mendengar ucapan Kayla gadis itu sudah jauh lebih baik. "Masa sakit rindu sampai ada disini, kalau rindu kan bisa datang ke rumah Mami. Bukan malah menginap disini?"  "Saking rindunya, jadi tidak enak makan. Tidak nyenyak tidur, jadinya sakit. Papi tidak bolehkan Kayla datang," Kayla menatap papinya yang tengah duduk di sofa yang tak jauh dari ranjangnya dengan kesal. "Papi itu menjengkelkan," bisik Kayla pelan pada Adel. Adel lagi-lagi hanya tersenyum. Benar saja yang di katakan Kayla, Adel setuju kalau Adam memang laki-laki yang menjengkelkan. Ternyata bukan dia saja yang berpendapat seperti itu tapi putrinya sendiri juga mengatakan hal yang sama. "Kayla sudah makan belum?" tanya Adel saat dia melihat jatah makanan Kayla masih utuh di rak sampun ranjang. "Belum," Kayla menggeleng dengan pelan. "Kenapa?" "Mau nunggu Mami, mau di suapi Mami," jawab Kayla lagi. Adel lalu mengambil makanan yang ada di atas rak, dia kemudian mulai menyuapkan makanan itu untuk Kayla. Dengan senang hati Kayla menerima suapan dati Adel. "Kalau Kay mau cepat sembuh Kay harus makan yang banyak, harus minum obat yang rajin." "Kalau Kay sembuh, mau ke rumah Mami, mau tinggal sama Mami." "Ehh kenapa begitu, Kay tidak harus tinggal sama Mami. Kay bisa datang kapanpun Kay mau," Adel mulai merasa canggung dengan obrolannya dengan Kayla. Di ruangan yang sama dengan mereka masih ada Anjar, Elen dan Adam. Dia tidak mau, jika mereka semua berfikir jika dirinya mempengaruhi Kayla. Adel ingat tadi Kayla mengatakan jika Adam tidak mengizinkan putrinya itu bertemu denganmu, jadi Adel semakin yakin jika Adam tidak menyukainya bahkan mungkin membencinya. Meski Adel tidak tau letak kesalahannya di mana. "Nanti kalau Kay sudah sembuh, Kay boleh menginap di rumah Mami Adel.  Oma kasih izin 3 hari," Elen ikut adalah obrolan Kayla dan Adel. Dia ikut mendekat ke arah ranjang cucunya itu. Elen melihat Kayla yang sangat menyayangi Adel. Dia juga melihat Adel yang memiliki begitu besar kasih sayang untuk Kayla. Mereka saling menyayangi, meski belum lama bertemu dapi Elen tau itu. "Betul Oma?" tanya Kayla dengan antusiasnya. "Betul, nanti Oma antarkan kalau Papi tidak mau antarkan Kay," Elen melirik putranya yang sejak tadi diam. "Iya mau, nanti kita nonton film bareng ya Mi, nanti kita main bareng. Kayla mau main itu yang di pencet-pencet yang empuk di kamar Mami apa namanya?" "Squishy," "Iya itu..." "Iya, yang penting Kayla sehat dulu. Mami punya satu kotak besar Squishy ada lol surprise juga, ada supermarket play juga. Nanti kita main semua," ucap Adel. Kayla terlihat begitu antusias dengan ucapan Adel. Dia benar-benar merasa senang. "Nanti nonton film yang ada perempuan perangnya itu ya Mi. Kemarin belum sempat nonton sampai selesai, itu kenapa dia pergi mencuri pakaian perang ayahnya Mi?" "Karena keluarga Mulan tidak memiliki anak laki-laki. Mulan tidak mau ayahnya yang kakinya sakit itu pergi perang, jadi dia diam-diam menggantikan Ayahnya pergi perang. Kayla tau tidak, dia itu perempuan hebat. Dia bisa berperang, melawan pasukan musuh. Meski dia di benci banyak orang karena orang-orang berfikir perempuan itu tidak berperilaku seperti Mulan tadi Mulan memiliki kepribadian yang kuat, dia tidak peduli dengan omongan orang kalau perempuan punya batasan. Mulan membuktikan kalau perempuan bisa hebat seperti laki-laki dan menerjang batasannya, dia menyelamatkan satu dinasti." "Kay mau seperti Mulan, dia hebat. Kay mau berperang jadi pahlawan seperti Mulan," ucap Kayla dengan menggebu-gebu. Adel tertawa mendengar ucapan Kayla yang polos. Untuk apa berperang seperti Mulan, mereka sudah tidak di jajah sekarang lagi pula itu kan sejarah masa lalu dan sudah tidak terjadi di masa sekarang. "Kay tidak akan berperang seperti Mulan, untuk apa. Kita kan sudah merdeka, tidak ada lagi perang dengan pedang dan naik kuda. Kalau Kay mau seperti Mulan, sekarang perangnya pakai pikiran. Kayla sekolah yang benar, jadi perempuan yang cerdas dan berwawasan luas. Kayla akan membanggakan, sama seperti Mulan. Mulan berperang dengan senjata dan Kayla berperang dengan pemikiran," jelas Adel. "Iya-iya, Kayla mau. Kayla janji sama Mami, Kayla akan jadi perempuan yang rajin sekolah. yang pintar, jadi Mami bangga sama Kayla." "Anak pintar, mau Mami potongan buah?" Adel menunjuk buah apel yang dia ambil dari rak di samping ranjang. "Mau..." Adel lalu memotongkan dan mengupas apel itu untuk Kayla. Lalu menyuapkannya pada Kayla, Kayla begitu bahagia menerima suapan buah dari Adel. Mereka kembali bercerita dan tertawa bersama sambil memakan Apel. Tanpa mereka sadari sejak tadi ada 3 pasang mata yang mengawasinya setiap gerak gerik mereka. Setiap mata punya penilaiannya sendiri dan kita tidak tau penilaian seperti apa yang mereka berikan. *** Adel kembali dari kamar mandi dan melihat Kayla sudah tidur. Mungkin karena habis minum obat. Adel memberiksa ponselnya yang sejak tadi dia silent. Adel melihat banyaknya panggilan masuk dari Susan. Dia langsung menghubungi Susan. "Hallo San, kenapa menelpon saya?" tanya Adel saat Susan sudah mengangkat panggilannya. "Ibu tidak lupa kan setelah makan siang kita ada rapat?" jawab Susan dari seberang sana. "Astagfirullah saya Lupa San. Tolong kamu siapkan semuanya, saya akan usahakan kembali sebelum rapat di mulai." Adel memukul pelan keningnya. Kenapa dia bisa lupa, ada rapat penting siang ini. Rapat akan di adakan jam 1, dan sekarang sudah jam 12 lebih 20. Masih ada waktu untuk kembali kekantor, tapi jam makan siang pasti jalanan akan padat. Dia langsung membuka salah satu aplikasi ojek online yang ada di ponselnya. Dia tidak bisa naik mobil ataupun taksi untuk kembali kekantor, bisa sampai di kantor jam 2 dia nanti karena terjebak macet. Setelah beberapa saat, dia sudah mendapatkan seorang driver. Adel langsung berpamitan kepada Anjar dan Elen yangs ejak tadi masih ada di ruang perawatan Kayla. "Om Tante, Adel harus kembali kekantor. Ada rapat setelah ini, Adel pamit ya. Tolong sampaikan ke Kayla, Adel buru-buru tidak sempat pamitan." Kata Adel pada Elen. "Iya, terima kasih ya Del. Maaf merepotkan kamu. Biar di antar sama Adam ya kekantor," jawab Elen dengan ramah. "Terimakasih Tan, tapi Adel sudah pesan ojek. Pasti macet kalau naik mobil." Tolak Adel dengan halus, lagi pula dia melihat kakak iparnya itu dan jelas tidak memiliki keinginan untuk mengantarnya kembali kekantor. "Yasudah kalau begitu, hati-hati ya." Ucap Anjar. "Iya Tan. Om saya permisi," pamit Adel juga pada Anjar. Anjar mengangguk sambil tersenyum, setelah itu Adel benar-benar pergi dari ruangan Kayla. Dia harus segera kembali sebelum rapat di mulai. Seperginya Adel, Elen menatap putranya dengan tajam, namun Adam memilih untuk mengabaikan tatapan mamanya yang seakan-akan ingin menelannya bulat-bulat. *** BERSAMBUNG***  YOGYAKARTA , 8 AGS 2021  SALAM  E_PRASETYO 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD