BAB 10: LAMARAN UNTUK ADEL

1937 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  2 pasang suami istri yang tengah duduk berhadapan. Yaitu ada Elen dan Anjar sedangkan yang duduk di hadapannya adalah Ratna dan Benjamin. Ratna dan Benjamin tidak tau kenapa tiba-tiba besannya itu datang tanpa adanya kabar sebelumnya. "Jadi kalau boleh kami tau ada apa sebenarnya ini kenapa Mbak Elen dan Mas Anjar tiba-tiba datang, apa ada sesuatu yang mendesak?" tanya Ratna mulai membuka obrolan. Elen menatap suaminya dan di balas anggukan oleh Anjar. Ratna dan Benjamin pun semakin merasa penasaran ada apa sebenarnya. "Kedatangan kami kemari itu dengan 2 tujuan Na, Mas Ben. Kami ingin mengabarkan kalau Kayla sakit, dia di rawat di rumah sakit," Elen menjeda ucapannya. Memperhatikan reaksi 2 besannya di hadapannya itu. "Kayla masuk rumah sakit? Sakit apa dia Mbak?" tanya Ratna dengan paniknya. Terakhir dia melihat cucunya itu masih baik-baik saja dan sehat. Kenapa tiba-tiba di rawat di rumah  sakit. "Demamnya tinggi sama asam lambungnya naik," jawab Elen. Ratna dan Benjamin mengangguk, mereka harus segera menjenguk cucunya itu nanti. Lalu apa tujuan yang kedua? "Lalu ada apalagi Mbak kenapa sepertinya kalian ingin mengatakan sesuatu. Katakan saja, jangan sungkan kita ini kan keluarga." ucap Ratna lagi. Dia melihat sejak tadi, wajah Elen sarat akan kebingungan. "Sebelumnya kami minta maaf Ratna, Mas Ben. Kalau yang akan kami sampaikan ini menyinggung perasaan kalian. Kami datang untuk meminta pernikahan antara Adel dengan Adam." Ratna dan Benjamin saling tatap, apa maksudnya. Meminta pernikahan bagaimana? "Kayla sangat menyayangi Adel, dia sampai sakit saking kangennya sama Adel. Begitu Adel datang, dia sehat. Kayla selalu meminta Adel untuk menjadi Maminya, tinggal sama dia." Anjar menjeda ucapannya. Ratna dan Benjamin, sedikit banyak faham kemana arah pembicaraan besannya itu. Tapi mereka masih belum mengatakan apapun mereka menunggu Anjar menyelesaikan ucapanya. "Kami ingin melamar Adel untuk menjadi maminya Kayla dan istri dari Adam," Anjar menyelesaikan ucapannya. Ratna dan Benjamin tidak tau harus menjawab apa. Di satu sisi mereka senang putrinya ada yang melamar dan itu bukan orang lain melainkan orang yang sudah terikat hubungan dengan mereka. Namun di sisi lain, Ratna tau jika Adam tidak menaruh simpati pada Adel. Terlihat jelas saat mereka berkunjung beberapa waktu yang lalu, Ratna melihat tatapan tidak suka yang Adam berikan pada putrinya. Meski dia ingin putrinya segera menikah, tapi dia tidak ingin putrinya menjalani pernikahan dengan tidak bahagia. Adel adalah harta mereka satu-satunya, putri yang mereka miliki satu-satunya setelah kepergian Sena. Bagaimana bisa Ratna membiarkan putrinya hidup dalam ketidakbahagian, hidup dalam pernikahan semu. "Tolong kami Rat. Selama ini kami tidak pernah melihat Kayla sebahagia dia saat bersama Adel. Dia sangat menginginkan Adel." Elen yang melihat ekspresi bingung dari sepasang suami istri di hadapannya itu dia kemudian memohon. “Jujur sama kami bingung dengan permintaan Mbak Elen dan Mas Anjar ini. Di satu sisi kami senang putri kami ada yang meminang, tapi di sisi lain. Bukan kah pernikahan itu harus di dasari rasa suka saling suka dan saling menerima. Tapi maaf, aku sendiri tidak melihat itu pada Adam. Yang Adam cintai adalah Sena, bukan Adelia. Bagaimana mungkin kami menikahkan putri kami dengan laki-laki yang bahkan masih terikat dengan masa lalunya Mbak?” tanya Ratna langsung. Dia tidak akan memperhalus bahasanya. Ini menyangkut kebahagiaan putrinya, ada banyak pertimbangan yang harus mereka fikirkan. “Justru itu, Adam begitu sulit terlepas dari masalalunya. Dia butuh pendamping yang akan membantunya mengiklaskan yang telah berlalu dan kembali menata hidupnya. Kami yakin Adelia adalah perempuan yang cocok untuk membantu Adam bangkit, apalagi Kayla sangat menyayanginya Adel. Apa itu tidak bisa di jadikan pertimbangan Na? Kami mohon…” Ratna memandang Benjamin suaminya yang sejak tadi diam. Ratna mengisyaratkan agar suaminya yang menjawab, karena dia bingung harus mengatakan apa. Di satu sisi ada hati putrinya yang harus dia jaga, namun disisi lain ada kebahagiaan cucunya yang harus dia perjuangkan. “Begini saja Mbak Elen, Mas Anjar. Kami tidak menolak niat baik kalian, sungguh kami akan merasa bahagia jika hubungan di antara kita tidak terputus karena kepergian Sena. Kami juga bahagia jika memang Kayla bisa di rawat oleh Adelia. Tapi lagi-lagi ini ada kehidupan Adelia, kami tidak bisa menjawabnya atau menolaknya sekarang. Kami harus tanyakan dulu sama Adel, apa dia bersedia menikah dengan Adam atau tidak. Percayalah jika memang Adelia adalah perempaun yang di takdirkan untuk menjadi ibu dari Kayla dan membantu Adam bangkit dari masa lalunya maka Adelia akan menerima pernikahan ini. Doakan saja yang terbaik. Secepatkan kami akan memberi kabar kepada kalian, kalau kami sudah membicarakan ini sama Adelia…” Benjamin menyudahi ucapannya. Elen dan Anjar tidak lagi bisa memaksa, memang benar apa yang di katakan oleh Benjamin bahwa semua keputusan ada di tangan Adel. Mereka hanya bisa menunggu dan terus berdoa agar tuhan benar-benar memberikan jalan yang terbaik untuk semuanya. “Kami menghargai keputusan Mas Ben, kami akan sabar menunggu kabar dari kalian. Memang benar, semua keputusan ada di Adel, kami tidak akan lagi memaksa…” jawab Anjar dengan bijak. Ratna dan Benjamin tersenyum lega, beruntung kedua besannya itu tidak tersinggung dengan sikap mereka yang sarat akan penolakan. Padahal Ratna dan Benjamin tadi sudah merasa khawatir, kalau-kalau besannya itu akan marah dan merasa terhina karena lamaran mereka yang tidak langsung di terima. *** Malam harinya, Adel tengah berbaring di ranjang. Tangannya sibuk mengetik di ponsel, sesekali menggulir layar ponselnya untuk melihat postingan-postingan teman-temannya di media sosial. “Cantikya, anaknya Rika?” Adel langsung menoleh ke belakang saat tiba-tiba mendengar suara mamanya. “Ehh Mama, Adel kira siapa. Iya kemarin ulang tahun yang ke 2 makanya di upload.” Adel mengubah posisinya, yang tadinya berbaring malas berganti dengan duduk di tengah ranjang sambil memangku bantalnya. “Mama ada apa? Tumben kesini, biasanya juga teriak-teriak kalau manggil Adel…” Ratna tersenyum mendengar ucapan putrinya itu. Dia duduk di tepi ranjang, lamat-lamat dia menatap wajah putrinya dengan sayang. Meski selama ini dia sering mengomel dan terus saja memaksa putrinya itu untuk menikah, tapi nyatanya saat ada yang melamar sungguhan kenapa ada rasa tidak rela di sudut hatinya. Tidak rela jika putrinya akan pergi, tidak lagi tinggal bersamanya, tidak lagi merengek dan tidak bertingkah menyebalkan yang akan membuatnya marah. “Kata Tante Elen tadi Adel jenguk Kayla?” Ratna membuka obrolan. “Iya dia sakit Ma,” jawab Adel. “Kasihan ya Kayla…” “Iya kasihan Ma…” “Adel mau tidak mengabulkan permohonan Kayla, dia pasti akan sangat bahagia kalau Adel mau melakukannya…” “Apa Ma? Asal Kayla bahagia dan Adel bisa melakukannya pasti akan Adel lakukan Ma. Demi keponakan Adel yang cantik itu.” Jawab Adel dengan antusiasnya. “Menjadi Maminya Kayla, menikah dengan Mas Adam.” “Hahhh?? Mama masih berusaha menjodohkan Adel sama Mas Adam hahahaha. Adel kan Sudah bilang Ma, Mama jangan berharap terlalu banyak hahahaha…” Adel masih tertawa. Bahkan air matanya sampai keluar. Dia tidak habis fikir jika ternyata mamanya masih berusaha menjodohkannya sama kakak iparnya itu. “Tadi Om Anjar dan Tante Elen datang melamar Adel…” tawa Adel terhenti saat mendengar suara papanya. Benjamin masuk kedalam kamar Adel, ikut duduk di tepi ranjang di sebelah istrinya. “Ini tanggal berapa sih? Adel tidak sedang ulang tahun, tidak perlu di prank,” Adel masih berusaha mengeluarkan tawanya meski terdengar canggung. “Apa Papa dan Mama akan bercanda masalah seperti ini?” tanya Benjamin. Adel benar-benar menghentikan tawanya, apa orang tuanya serius kali ini? “Jadi betulan Om Anjar dan Tante Elen melamar Adel? Untuk Mas Adam? Bukan karangan Mama yang mau punya mantu kaya Mas Adam kan?” tanya Adel lagi dengan tidak percayanya. Ratna dan Benjamin menggeleng pelan. Sekarang Adel benar-benar yakin ini serius bukan hanya sebuah lelucon. “Apa Papa dan Mama menerima lamaran mereka?” tanya Adel, kali ini dengan nadanya yang serius. “Belum, Papa akan tanyakan dulu sama Adel. Ini hidup Adel, Papa dan Mama hanya menunjukkan jalan yang terbaik tapi kan Adel yang akan menjalani dan melewatinya,” jawab Ben. “Syukurlah, kalau begitu bilang sama mereka Adel menolak lamarannya. Kalau mereka punya anak lain selain Mas Adam mungkin Adel bisa mempertimbangkannya. Tapi, kalau anak mereka cuma Mas Adam dan Adel akan menikah dengan Mas Adam. Adel pamit, tidak akan…” jawab Adel menggebu-gebu. “Meski mereka sudah memohon?” tanya Ratna. “Meskipun mereka sudah memohon jawaban Adel tetap tidak.” “Meski Mama yang memohon?” “Adel bisa carikan Mama menantu yang lebih potensial daripada si Adam muka datar itu.” “Meski ini demi kebahagiaankan Kayla?” Adel terdiam beberapa saat. Dia mencerna sebentar apa yang mamanya katakan. “Kebahagiaan Kayla tidak harus Adel menikah dengan Mas Adam kan Ma. Adel bisa bertemu Kayla kapanpun Kayla rindu. Kami bisa sering bertemu, Kayla bisa panggil Adel Mami tanpa harus Adel menikah dengan Papinya Kayla.” “Mas Adam itu laki-laki yang matang dan mapan. Wajahnya juga tampan, akan banyak perempuan -perempuan di luar sana yang akan dengan suka rela menjadi istri Adam. Dari berbagai kalangan dan derajat sosial, mereka akan berlomba-lomba menarik perhatian Adam. Adam bisa menikah dengan perempuan lain, jika Adel menolak lamaran Tante Elen dan Om Anjar itu bukan masalah buat Adam. Adam akan mencari dan menerima istri barunya nanti, tapi apa Kayla juga akan menerima ibu tirinya seperti Kayla menerima Adel. Apa ibu tirinya akan menyayangi Kayla seperti Adel, apa ibu tirinya bisa membahagiakan Kayla seperti Adel membahagiakan Kayla. Apa Adel tidak takut, jika cerita Cinderella yang sering Adel tonton akan menimpa Kayla. Ibu tiri memang tidak selamanya buruk, ada juga yang baik. Tapi kita tidak akan tau perempuan seperti apa pilihan Adam nanti, lingkungan hidup Adam adalah lingkungan dimana perempuan bukan sebagai ibu dengan penuh dedikasi, mereka adalah perempaun yang hidup dengan berbagai kesenangannya. Tapi kalau Adel, Mama yakin Adel bisa menjaga dan menyayangi Kayla. Meski Adel berkarir tapi Mama yakin anak Mama ini bisa menempatkan diri…” Ratna menyelesaikan petuah panjangnya. Dia mulai melihat keraguan di wjah putrinya, yang tadinya terlihat sangat mantap menolak lamaran keluarga Adam kini keraguan mulai terlihat. “Jadi Mama dan Papa ini ceritanya memaksa Adel, meski bahasa kalian sangat halus tapi Adel rasa jawaban Adel tidak akan mengubah apapun. Kalian sudah memutuskannya kan?” tanya Adel dengan lesu. “Tidak Sayang, keputusan tetap ada di Adel. Mama dan Papa hanya berusaha memberikan pandangan dari sisi yang berbeda untuk bahan pertimbangan Adel. Adel bisa pertimbangkan nanti,” ucap Ratna dengan halus. “Kalau Adel percaya sama Allah, jika memang Allah telah menjodohkan Adel dan Mas Adam kalian pasti akan bahagia. Meski sekarang belum bahagia, tapi Papa yakin Allah akan memberikan kebahagian pada Adel nantinya. Karena anak Papa ini anak yang baik, setidaknya jika sekarang Adel belum bisa mencintai Mas Adam, Adel bisa menganggap ini adalah pengabdian Adel untuk membahagiakan Kayla. Masalah Adam biar Allah yang atur, karena sesungguhnya hanya Allah yang bisa membolak balikkan hati dan perasaan manusia.” Kini giliran Benjamin yang menyudai petuahnya. Adel menatap Papa dan Mamanya dengan bergantian. Dia lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan. “Kalau begitu, tolong suruh Mas Adam dan orang tuanya untuk datang 3 hari lagi. Adel akan memberikan jawaban Adel dan tolong apapun nanti jawaban Adel Mama dan Papa mendukung Adel. Tolong jangan pojokkan atau apapun itu, ini hidup Adel. Adel yang akan menentukannya.” Ratna dan Benjamin mengangguk dengan yakin. Menyetujui permohonan putrinya. “Pasti Sayang, Mama dan Papa akan dukungan apapun keputusan Adel. Kalau begitu sekarang Adel istrirahat. Mama sama Papa akan kembali kekamar.” Adel mengangguk pelan. Dia melihat kedua orang tuanya sudah keluar dari kamarnya. Adel kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Matanya memandang langit-langit kamarnya. Berbagai fikiran muncul. Adel jadi tidak bisa memejamkan matanya. “Apapun itu, Ya Allah tolong beri Adel jalan…” Guman Adel pelan.   ***BERSAMBUNG***  YOGYAKARTA, 11 AGS 2021 SALAM E_PRASETYO
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD